Kamis, 12 November 2009
MUHAMMADIYAH
Oleh : Nono Warsono
Mahasiswa PPS STAIN Cirebon
Konsentrasi Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (A)
1. Pendahuluan
Perkembangan organisasi gerakan Islam di Indonesia tumbuh dan berkembang sejak dari negeri ini belum mencapai kemerdekaan secara fisik sampai pada masa reformasi sekarang ini. Perkembangannya, bahkan, kian pesat dengan dilakukannya tajdid (pembaharuan) di masing-masing gerakan Islam tersebut. Salah satu organisasi gerakan Islam itu adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Bahkan merupakan gerakan kemanusiaan terbesar di dunia di luar gerakan kemanusiaan yang dilaksanakan oleh gereja, sebagaimana disinyalir oleh seorang James L. Peacock . Di sebahagian negara di dunia, Muhammadiyah memiliki kantor cabang internasional (PCIM) seperti PCIM Kairo-Mesir, PCIM Republik Islam Iran, PCIM Khartoum–Sudan, PCIM Belanda, PCIM Jerman, PCIM Inggris, PCIM Libya, PCIM Kuala Lumpur, PCIM Perancis, PCIM Amerika Serikat, dan PCIM Jepang. PCIM-PCIM tersebut didirikan dengan berdasarkan pada SK PP Muhammadiyah . Di tanah air, Muhammadiyah tidak hanya berada di kota-kota besar, tapi telah merambah sampai ke tingkat kecamatan di seluruh Indonesia, dari mulai tingkat pusat sampai ke tingkat ranting.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, yang berarti bahwa Warga Muhammadiyah menjadikan segala bentuk tindakan, pemikiran dan prilakunya didasarkan pada sosok seorang Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Nabi dijadikannya model (uswah al hasanah), yang sebenarnya tidak hanya bagi warga Muhammadiyah tetapi juga seluruh umat Islam bahkan bagi warga non-muslim—kaum yang tidak mempercayainya sebagai rasul—sekalipun.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam memiliki cita-cita ideal yang dengan sungguh-sungguh ingin diraih, yaitu mewujudkan “masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah memiliki arah yang jelas dalam gerakannya, sebagaimana dikemukakan oleh DR. Haedar Nashir dalam makalah Muhammadiyah dan Pembentukan Masyarakat Islam (Bagian I, 2008).
Organisasi Islam Muhammadiyah tumbuh makin dewasa bersama organisasi Islam besar lainnya sekelas Nahdlatul Ulama (NU), merambah ke segala bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap mengedepankan kepentingan umat dari segi sosial-budaya, ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Namun demikian, Muhammadiyah tetap selalu melakukan tajdid dalam aspek ruh al Islam (jiwa keislamannya).
2. Pendiri Muhammadiyah
Organisasi Islam Muhammadiyah yang kini lebih dikenal dengan sebutan Persyarikatan Muhammadiyah, didirikan oleh Muhammad Darwis—yang kemudian dikenal dengan nama K.H. Ahmad Dahlan—di Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H / 18 Nopember 1912. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.
Pada masa kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan (1912-1922), daerah pengaruh Muhammadiyah masih terbatas di karesidenan Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.
KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934. Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.
Di samping itu, Muhammadiyah juga mendirikan organisasi untuk kaum perempuan dengan Nama 'Aisyiyah yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, yakani Nyi Walidah Ahmad Dahlan berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya.
Daftar Pimpinan Muhammadiyah Indonesia sejak berdirinya sampai sekarang, yang dapat penulis susun adalah:
• KH Ahmad Dahlan 1912-1922
• KH Ibrahim 1923-1934
• KH Hisyam 1935 - 1936
• KH Mas Mansur 1937 - 1941
• Ki Bagus Hadikusuma 1942 - 1953
• Buya AR Sutan Mansur 1956
• H.M. Yunus Anis 1959
• KH. Ahmad Badawi 1962 - 1965
• KH. Faqih Usman 1968
• KH. AR Fachruddin 1971 - 1985
• KHA. Azhar Basyir, M.A. 1990
• Prof. Dr. H. M. Amien Rais 1995
• Prof. Dr. H.A. Syafii Ma'arif 1998 - 2005
• Prof. Dr. HM Din Syamsuddin 2005 - 2010
3. Beberapa Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah
Sebagaimana disebutkan pada bagian pendahuluan di atas bahwa persyarikatan Muhammadiyah merupakan organisasi yang memiliki cita-cita ideal yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Hal itu sesuai dengan apa yang termaktub dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah, Pasal 6 Maksud dan Tujuan: "Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya". Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah memiliki arah yang jelas dalam gerakannya (yakni dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatannya).
Untuk mencapai maksud dan tujuan itu, Muhammadiyah melaksanakan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan . Agar dalam pelaksanannya tidak terjadi gesekan dan benturan yang dapat mengancam kesatuan umat, walaupun gesekan dan benturan pasti ada, namun diupayakan untuk diminimalisir. Maka diperlukan adanya pemikiran-pemikiran yang komprehensif di kalangan cendekiawan Muslim Muhammadiyah dan gerakan-gerakan yang nyata amaliyahnya.
Namun dalam perjalanannya terjadi banyak varian pemikiran. Konteks sosial diklaim menjadi penyebab munculnya varian pemikiran dalam Muhammadiyah. Ini terjadi dikarenakan Muhammadiyah memang banyak bergerak dalam bidang sosial; baik pendidikan, kesehatan, panti sosial yatim piatu, dll. Dalam Muhammadiyah, seperti dalam pengantar Muhajir Effendy dan Din Syamsuddin pada acara Kolokium Nasional Kaum Muda Muhammadiyah pada tanggal 11-13 Februari 2008 di Universitas Muhammadiyah Malang, dinyatakan bahwa pemikiran-pemikiran dalam Muhammadiyah itu sangat variatif; ada yang sekte ulama, sekte cendekiawan, sekte pelayan, dan sekte penggembira. Keempat-empat berkembang dan ada pengikutnya masing-masing. Oleh sebab itu melihat Muhammadiyah hanya satu sekte saja sebenarnya agak kurang proporsional. Melihat Muhammadiyah, karena itu, mestinya menyeluruh keempat sekte tersebut, sekalipun dikatakan paling banyak sebenarnya sekte penggembira dan pelayan, bukan ulama maupun cendekiawan.
Hal yang paling penting untuk kasus ini adalah bahwa semua varian pemikiran Islam itu merupakan proses pembaharuan (Tajdid) dan akan menjadi bahan pembaharuan di masa datang yang memang dihormati dalam khazanah persyarikatan Muhammadiyah. Azyumardy Azra, mensinyalir bahwa pembaruan pemikiran modern Islam abad ke-20 sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gerakan pembaruan abad sebelumnya. Sebagian besar berkonsentrasi pada seruan untuk kembali pada alquran dan sunnah (hadits), ketaatan pada syariah. Jika bisa dikategorikan dalam tipologi maka ada pemikiran pra-modern, modernisme, puritanisme, neo-tradisionalisme, sufisme, neo-sufirmse, fundamentalisme dan isme-isme yang lainnya. Gerakan pembaruan sebelum abad ke-20 juga mengambil tipologi yang hampir sama, yakni ada neo-sufisme, radikalisme (seperti Kaum Padri) dan puritanisme. (Azya, 1990: 11). Pemikiran-pemikiran itu dibenarkan sepanjang dimaksudkan untuk menegakkan syariah Islamiyah, memperkokoh ukhuwah, menyempurnakan aqidah, meningkatkan semangat sosial, dan memperbiki metodologi pelanyanan umat dan amal usaha Muhammadiyah, baik bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Kini Muhammadiyah makin dewasa dan arif dalam menyikapi tuntutan umat. Itulah sebabnya mengapa setiap lima tahun sekali diadakan muktamar Muhammadiyah sebagai wahana mempertemukan dan mempersatukan pemikiran-pemikiran yang berkembang di masyarakat terutama warga Muhammadiyah.
Dalam perkembangannya, Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan, oleh M. Syamsuddin dikatakan sebagai organisasi yang demikian hidmat dalam masalah amal (perbuatan nyata) seperti membangun sekolah, rumah sakit, panti asuhan, sehingga agak kurang memberikan perhatian serius pada pembaruan pemikiran (tajdid), sebagai sebuah konsekuensi dari organisasi yang berusaha menterjemahkan tesis-tesis pembaruan pemikiran yang telah mendahuluinya. Dari sana Muhammadiyah akhirnya (a) terpusat perhatiannya pada amal dakwah, sehingga kurang perhatiannya pada perkembangan pemikiran, yang berakibat pada munculnya (b) kegersangan intelektual, sebagai refleksi atas tesis-tesis pembaruan pemikiran yang pernah muncul atau sebagai evaluasi terhadap amal dakwah yang diselenggarakan, hal ini berakibat pula pada (c) membawa amal dakwah Muhammadiyah berlangsung dalam rutinitas dan berada di luar ide dasar penyelenggaraan, hal ini berakibat pula pada (d) kurang efektifnya Muhammadiyah sebagai gerakan reformasi (pembaru) Islam. Mobilisasi yang relatif besar dari Muhammadiyah untuk menyelenggarakan berbagai bentuk amal usaha dakwah dewasa ini agak kurang memiliki signifikansi bagi tuntutan terjadinya rekulturisasi” Islam Indonesia. Padahal, jika amal usaha dakwah Muhammadiyah dibarengi dengan penguatan pembaruan pemikiran dalam Muhammadiyah, sungguh akan lain dampaknya. Inilah yang sebenarnya menjadi bagian penting dari masa depan Muhammadiyah yang memiliki banyak amal usaha dakwah dan jamaah yang relatif besar dibanding dengan ormas Islam lainnya. Tentu, Muhammadiyah tidak boleh mengabaikan peran-peran dari kelompok (organisasi Islam) lainnya, tetapi Muhammadiyah juga tidak boleh berhenti dengan menyatakan organisasi Islam lain lebih maju atau kurang berperan di tanah air. (Din Syamsuddin, 1990: vii)
Muhammadiyah, sebagai gerakan keagamaan yang berwatak sosio kultural, dalam dinamika kesejarahannya selalu berusaha merespon berbagai perkembangan kehidupan dengan senantiasa merujuk pada ajaran Islam (al-ruju‘ ila al-Qur’an wa as-Sunnah al-Maqbulah). Di satu sisi sejarah selalu melahirkan berbagai persoalan dan pada sisi yang lain Islam menyediakan referensi normatif atas perbagai persoalan tersebut. Orientasi kepada dimensi ilahiah inilah yang membedakan Muhammadiyah dari gerakan sosio kultural lainnya, baik dalam merumuskan masalah, menjelaskannya maupun dalam menyusun kerangka operasional penyelesaiannya. Orientasi inilah yang mengharuskan Muhammadiyah memproduksi pemikiran, meninjau ulang dan merekonstruksi manhaj-nya.
Seiring dengan perubahan nama Majelis Tarjih menjadi Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, pada 2000 telah dirumuskan manhaj yang lebih komprehensif dengan menggunakan berbagai pendekatan, pendckatan bayani, burhani, dan irfani. Pendckatan bayani merupakan pendekatan yang menempatkan nash sebagai sumbcr kebenaran dan sumber norma untuk bertindak, sementara aka1 hanya mcncmpati kedudukan yang sekunder dan berfungsi menjelaskan dan menjustifikasi nash yang ada. Pendekatan ini lebih didominasi oleh penafsiran gramatikal dan semantik. Dalam pandangan Muhamniadiyah, pendekatan ini masih diperlukan dalam rangka menjaga komitmennya 'kembali ke Al-Qur'an dan As-Sunnah (Djamil. 2005).
Pendekatan burhani merupakan pendekatan yang rnengandalkan rasio dan pengalaman empiris sebagai sumber kebenaran dan sumber norma bertindak. Dengan demikian pendekntan ini lebih difokuskan pada pendekatan yang rasional dan argumentatif, berdasarkan dalil logika, dan tidak hanya merujuk pada teks, namun juga konteks. Pendekatan burhani diperlukan Muhammadiyah dalam memahami dan menyelesaikan masalah-masalah yang termasuk al umur al dunyawiyah (urusan dunia), untuk tercapainya kemaslahatan manusia. Belajar dari khazanah sejarah Islam, pemaduan antara pendekatan bayani dan burhani tidak banyak menimbulkan masalah. Sejak zaman klasik upaya pemaduan telah dicoba dilakukan, misalnya oleh al-Gazzali yang mengenalkan mantik (logika Aristoteles) ke dalam usul fikih untuk menggantikan dasar-dasar epistemologi kalam yang biasa digunakan ahli-ahli usul fikih, dan mengenalkan teori maslahat dan metode munasabah dengan konsep pokok tentang spesies illat (nau' al illah) dan genus illat jins al illah, serta spesies hukum (nau' al hukm) dan genus hukum jins al hukm, (Anwar, 2005).
Pendeltatan 'irfani adalah pendeltatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalaman batin: dzauq, qalb, wijdan, dan ilham. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan ini biasanya disebut pengetahuan dengan kehadiran (hudhuri), suatu pengetahuan yang berupa inspirasi langsung yang dipancarkan Allah ke dalam hati orang yang jiwanya selalu bersih. Pendekatan 'irfani, walaupun ada kritikan, karena antara lain melahirkan tradisi sufi yang tidak dikenal dalam Muhammadiyah, bagaimanapun ada gunanya. Intuisi dapat menjadi sumber awal bagi pengetahuan, setidaknya menjadi sumber inspirasi pencarian hipotesis. Dalam pengamalan agama dan dalam mengembangkan sikap terhadap orang lain, hati nurani dan qalbu manusia dapat menjadi sumber bagi kedalaman penghayatan keagamaan, kekayaan rohani, dan kepekaan batin. Sedangkan bagi ijtihad hukum, intuisi dan kalbu manusia dapat menjadi sumbcr pencarian hipotesis hukum, dan pembuktian akhir terletak pada bukti-bukti bayani dan burhani (Anwar, 2005).
Ketiga pendekatan di atas, bayani, burhani, dan 'irfani, telah dijadikan pedoman bagi warga Muhammadiyah dalam berpiltir, terutama dalam memahami dan menyelesaikan masalah-masalah muamalah duniawiah .
Sebagai produk pemikiran dan gerakan Islam Muhammadiyah itu, maka muncullah apa yang disebut Himpunan Putusan Tarjih (HPT), Putusan Muktamar Muhammadiyah, Pembaharuan Strategi Da'wah Muhammadiyah, Pembaharuan Diklitbang manajemen Muhammadiyah, dan pemantapan keyakinan warga Muhammadiyah.
Pemikiran-pemikiran yang menjadi alat pendewasaan Muhammadiyah dalam segala bentuk usahanya diwujudkan dalam penerapan amal usaha, program dan kegiatan yang meliputi :
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan.
2. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.
3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya.
4. Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia.
5. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian.
6. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas
7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
8. Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan.
9. Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri.
10. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
11. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan.
12. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan gerakan.
13. Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan pembelaan terhadap masyarakat.
14. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah
Sehingga secara garis besar, perwujudan pemikiran-pemikiran tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa amal usaha, antara lain yaitu : da'wah amar ma'ruf nahi munkar, amal usaha bidang pendidikan, amal usaha bidang sosial, amal usaha bidang kesehatan, dan lain-lain.
Dalam da'wahnya, Muhammadiyah selalu menekankan amar ma'ruf nahi munkar (menyeru kepada perbuatan yang benar lagi baik dan mencegah segala bentuk kemungkaran) di lingkungan masyarakat, beraqidah dan mengajak kepada aqidah Islam, dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Untuk menyamakan gerak langkah dalam da'wah, para da'i Muhammadiyah berpedoman pada putusan tarjih sebagai hasil proses analisis dalam menetapkan hukum dengan menetapkan dalil yang lebih kuat (rajih), lebih tepat analogi dan lebih kuat mashlahatnya. Putusan tarjih itu dihasilkan oleh Majelis Tarjih yaitu lembaga ijtihad jama‘i (organisatoris) di lingkungan Muhammadiyah yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang memiliki kompetensi ushuliyyah dan ilmiah dalam bidangnya masing-masing.
4. Beberapa Hasil Yang Dicapai Muhammadiyah di Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Soaial
Gerak langkah organisasi Muhammadiyah dalam amal usahanya telah banyak dirasakan oleh berbagai kalangan. Hal ini diakui, terutama oleh pemerintah, sangat membantu pemberdayaan dan kondisi masyarakat luas saat ini. Dalam bidang pendidikan misalnya, hingga tahun 2000 ormas Islam Muhammadiyah telah memiliki 3.979 taman kanak-kanak, 33 taman pendidikan Alquran, 6 sekolah luar biasa, 940 sekolah dasar, 1.332 madrasah diniyah/ibtidaiyah, 2.143 sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP dan MTs), 979 sekolah lanjutan tingkat atas (SMA, MA, SMK), 101 sekolah kejuruan, 13 mualimin/mualimat, 3 sekolah menengah farmasi, serta 64 pondok pesantren. Dalam bidang pendidikan tinggi, hingga tahun ini Muhammadiyah memiliki 36 universitas, 72 sekolah tinggi, 54 akademi, dan 4 politeknik (Data Cahgemawang, 2009). Nama-nama seperti Bustanul Athfal/TK Muhammadiyah, SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, SMK Muhammadiyah, dan Universitas Muhammadiyah bermunculan di berbagai daerah.
Dalam amal usaha bidang kesehatan, Muhammadiyah telah dan terus mengembangkan layanan kesehatan masyarakat, sebagai bentuk kepedulian. Balai-balai pengobatan seperti rumah sakit PKU (Pembina Kesejahteraan Umat) Muhammadiyah, yang pada masa berdirinya Muhammadiyah bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat), kini mulai meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan buku Profil dan Direktori Amal Usaha Muhammadiyah & ‘Aisyiyah Bidang Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:
1. Rumah sakit berjumlah 34
2. Rumah bersalin berjumllah 85
3. Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 50
4. Balai Kesehatan Masyarakat berjumlah 11
5. Balai Pengobatan berjumlah 84
6. Apotek dan KB berjumlah 4
7. Institusi Pendidikan berjumlah 54
Pada tahun 2009 diperkiran jumlah fisik balai pengobatan Muhammaiyah lebih banyak lagi seiring dengan makin berkembangnya usaha-usaha yang diselenggarakan oleh persyarikatan Muhammadiyah.
Adapun Muhammadiyah sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial, telah mendirikan lembaga amal usaha sosial dalam bentuk panti sosial Muhammadiyah, sebagai wujud kepedulian persyarikatan Muhammadiyah dalam menghadapi permasalahan kemiskinan, pembodohan dan meningkatnya jumlah anak yatim piatu dan anak terlantar. Dalam hal ini Muhammdiyah terinspirasi dan berpijak pada QS Al-Ma'un. Panti sosial Muhammadiyah sebagai lembaga pelayanan di masyarakat, memiliki perangkat dan sistem serta mekanisme pelayanan yang diharapkan akan lebih menjamin efektifitas pelayanan.
Selanjutnya dalam bidang kesejahteraan sosial ini, hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki 228 panti asuhan yatim, 18 panti jompo, 22 balai kesehatan sosial, 161 santunan keluarga, 5 panti wreda/manula, 13 santunan wreda/manula, 1 panti cacat netra, 38 santunan kematian, serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah).
Forum Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah (Forpama) yang dibentuk untuk Periode 2007 s.d 2010, sejak diberikan tanggungjawab, terus melakukan berbagai macam terobosan dan langkah-langkah strategis untuk menjadikan panti sosial Muhammadiyah-Aisyiyah sebagai lembaga profesionalisme, prima dalam kualitas pelayanan dan memiliki keteguhan komitmen dalam pembinaan anak-anak asuh panti sosial Muhammadiyah-Aisyiyah yang berjumlah lebih dari 22.000 anak se-Indonesia dari 351 kelembagaan Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah (Direktori Forpama, 2008). Dengan demikian anak asuh Panti Sosial Muhammadiyah-‘Aisyiyah menjadi labor kader utama guna membangun sumber daya insani yang berkualitas di Persyarikatan Muhammadiyah. Demikian pula hasil-hasil amal usaha yang lain yang telah dicapai oleh persyarikatan Muhammadiyah, seperti bidang tarjih, ekonomi, dll.
5. Penutup
Sebagai sebuah gerakan Islam yang lahir pada tahun 1912 Masehi dan kini hampir memasuki usia 100 tahun, telah banyak yang dilakukan oleh Muhammadiyah bagi masyarakat dan bangsa Indonesia secara luas. Sehingga harus diakui bahwa Muhammadiyah memiliki kontribusi dan perhatian yang cukup besar dalam dinamika kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Persyarikatan Muhammadiyah telah menempuh berbagai usaha meliputi bidang dakwah, sosial, pendidikan, ekonomi, politik, dan sebagainya, yang secara operasional dilaksanakan melalui berbagai institusi organisasi seperti majelis, badan, dan amal usaha yang didirikannya.
Peningkatan jumlah yang demikian spektakuler tidak dapat menutup kenyataan lain di seputar perkembangan amal usaha Muhammadiyah, yaitu kualitas amal usaha tersebut. Harus diakui, amal usaha Muhammadiyah untuk hal kualitas mengalami dua masalah sekaligus. Pertama, keterlambatan pertumbuhan kualitas dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakuler. Kedua, ketidakmerataan pengembangan mutu lembaga pendidikan. Oleh karenanya, untuk membenahi masalah ini, kehadiran kontribusi pemikiran dan gerakan nyata dari berbagai kalangan mutlak diperlukan. Ingat, Muhammadiyah adalah gerakan sosial yang kepedualiannya ditunggu masarakat luas.
Muhammadiyah difahami, bahwa demikian banyak empowerment measures (ukuran pemberdayaan) atau centennial revitalizating (revitalisasi ultahnya yang ke 100 tahun) yang harus dilaksanakan oleh gerakan transformasi ini. Revitalisasi di bidang theologi, ideology, pemikiran, organisasi, kepemimpinan, amal usaha dan aksi, semuanya diletakkan dalam konteks pemahaman kembali akan tujuan membangun umat.
Akhirnya, sebagai organisasi sosial keagamaan, Muhammadiyah perlu kita dukung, meski organisasi kita berbeda. Terlebih Muhammadiyah sebagai gerakan, dalam mengikuti perkembangan dan perubahan, senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar ma'ruf nahi-mungkar, serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, sebagai usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya, yakni: "menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT.
***
DAFTAR BACAAN
Anonym. 1997. Profil & Direktori Amal Usaha Muhammadiyah & ‘Aisyiyah Bidang Kesehatan. Jakarta: Pusat Data Minaco Adv.
Azhar, M. 2005. Posmodernisme Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammadiyah
http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia
http://philtar.ucsm.ac.uk/encyclopedia/indon/muham.html
http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=22&Itemid=35
http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=17&Itemid=74
http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=14&Itemid=77
http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=22&Itemid=35
http://www.muhammadiyah.or.id_PDF_POWERED_PDF_GENERATED
Maarif, Ahmad Syafii. 2007. Strategi Dakwah Muhammadiyah. Masa Lalu, Kini dan Masa Depan dalam Prespektif Kebudayaan. Yogyakarta.
Markus, Sudibyo. 2008. MUHAMMADIYAH-Dari Gerakan Pembaharuan ke Gerakan Amal Usaha. Adobe reader
PP Muhammadiyah. 2005. Tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke 45. Malang.
Ricklefs, MC. 1991. A History of Modern Indonesia since c.1300- 2nd Edition. Stanford: Stanford University Press.
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
makasih informasinya
BalasHapusMju terus PCIM ( Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah ) Khartoum, Sudan. Berjuang terus untuk Islam Berkemajuan diseluruh Pelosok Benua.
BalasHapusMju terus PCIM ( Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah ) Khartoum, Sudan. Berjuang terus untuk Islam Berkemajuan diseluruh Pelosok Benua.
BalasHapus