tag:blogger.com,1999:blog-49743642262991283642024-02-19T17:19:44.174-08:00MAKALAHAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/01389283657369153170noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-4974364226299128364.post-21345089064715885682011-03-18T08:05:00.000-07:002011-03-18T08:38:44.040-07:00JAMES S. COLEMAN: SEBUAH SKETSA BIOGRAFIS-- (Terjemahan )<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUwuSh_yl_tfqkCZoD0oV8kszZgIn9LEoZX3uyuKQIEKKQmQd5L6mv2JYQ2YxdvTnutc7xzK3RUZ3q0N4GnJvq2Cr8sWkC0dM9O0WfeX7QHDkaeExqOQWTMTqPWrLof8slr5Qx2NJqGf0/s1600/terjemah+Coleman+cover.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 252px; height: 400px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUwuSh_yl_tfqkCZoD0oV8kszZgIn9LEoZX3uyuKQIEKKQmQd5L6mv2JYQ2YxdvTnutc7xzK3RUZ3q0N4GnJvq2Cr8sWkC0dM9O0WfeX7QHDkaeExqOQWTMTqPWrLof8slr5Qx2NJqGf0/s400/terjemah+Coleman+cover.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5585440794953803970" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh35YOw7_cS1Q4sUvMG_ICSTKKsixp0m6Yw7SOD_yhrbkG3R0IRIqIo9kOpgtUU9iVfBh3AgDl1lxZliMrkV5KCE1NICsOESqTvBkGvUpyFGiy73d8qAkOuNJ76lW6BXNCOGJ1-alrDaXY/s1600/coleman.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 228px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh35YOw7_cS1Q4sUvMG_ICSTKKsixp0m6Yw7SOD_yhrbkG3R0IRIqIo9kOpgtUU9iVfBh3AgDl1lxZliMrkV5KCE1NICsOESqTvBkGvUpyFGiy73d8qAkOuNJ76lW6BXNCOGJ1-alrDaXY/s320/coleman.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5585444174637901634" /></a><br /><br />James S. Coleman memiliki karir yang sangat beragam dalam sosiologi; label "teoretisi" adalah hanya salah satu dari beberapa yang dapat diterapkan kepadanya. Dia menerima gelar Ph.D. dari Columbia University pada tahun 1955 dan setahun kemudian ia memulai karier akademisnya sebagai Asisten Profesor di Universitas Chicago (dimana ia kembali kesitu pada tahun 1973, setelah empat belas tahun tinggal di Johns Hopkins University, dan di mana dia tinggal sampai kematiannya). Pada tahun yang sama bahwa ia mulai mengajar di Chicago, Coleman adalah penulis junior (dengan Seymour Martin Lipset dan Martin A. percaya pd) dari salah satu studi tengara dalam sejarah sosiologi industri, jika tidak sosiologi secara keseluruhan, Uni Demokrasi. (Disertasi doktor Coleman di Columbia, disutradarai oleh Lipset, berurusan dengan beberapa isu dibahas dalam Uni Demokrasi.) Coleman kemudian mengalihkan perhatiannya pada penelitian tentang pemuda dan pendidikan, puncak yang merupakan laporan pemerintah tengara federal (itu datang untuk luas dikenal sebagai "Coleman Laporan") yang membantu memimpin dengan kebijakan yang sangat kontroversial dari angkutan bus sebagai metode untuk mencapai kesetaraan rasial di sekolah-sekolah Amerika. Melalui karya ini bahwa Coleman telah membawa dampak yang praktis lebih besar daripada sosiolog Amerika lainnya. Selanjutnya, Coleman mengalihkan perhatian dari dunia praktis untuk suasana yang kompleks sosiologi matematika (khususnya ntroduction untuk Mathemathical Sosiologi [1964] dan The Matematika Kolektif Aksi [1973]. Pada tahun kemudian, Coleman beralih ke teori sosiologis, khususnya teori pilihan rasional , dalam publikasi buku Yayasan Sosial Teori (Coleman, 1990) dan berdirinya pada tahun 1989 dari jurnal Rasionalitas dan Masyarakat. Tubuh pekerjaan yang disebutkan di sini mencerminkan keragaman hampir tidak bisa dipercaya, dan tidak bahkan mulai menggaruk permukaan 28 buku dan 301 artikel yang tercantum di resume Coleman.<br />Coleman menerima gelar BS dari Universitas Purdue pada tahun 1949 dan bekerja sebagai seorang ahli kimia untuk Eastman Kodak sebelum ia memasuki departemen sosiologi terkenal di Universitas Columbia pada tahun 1951. Salah satu pengaruh utama Coleman adalah teoretisi Robert Merton (lihat Bab 3), terutama kuliah-kuliahnya tentang Durkheim dan faktor-faktor penentu sosial perilaku individu. Pengaruh lain yang terkenal adalah pakar methodologi Paulus Lazarsfeld, dimana Coleman memperoleh minat yang diperoleh sepanjang hidupnya dalam metode kuantitatif dan sosiologi matematis. Pengaruh penting ketiga adalah Seymour Martin Lipset, yang tim peneliti Coleman ikuti, sehingga akhirnya berpartisipasi dalam produksi studi tengara, Uni Demokrasi. Dengan demikian, pelatihan lulusan Coleman memberinya pengenalan yang kuat kepada teori, metode, dan hubungan mereka dalam riset empiris. Dan dengan cara ini, model untuk semua calon sosiolog. <br />Atas dasar pengalaman-pengalaman ini, Coleman menggambarkan "visi"nya untuk sosiologi ketika ia meninggalkan sekolah pascasarjana dan memulai karir profesionalnya:<br />Sosiologi ... harus memiliki sistem sosial (apakah sistem kecil atau besar) sebagai unit analisa, bukan individu, tetapi hal itu harus menggunakan metode kuantitatif, yang hidup di balik teknik-teknik yang sistematis meminjami diri ke bias penyidik, gagal untuk meminjamkan diri untuk replikasi, dan sering kurangnya penjelasan atau fokus sebab-akibat. Mengapa aku, dan para mahasiswa lain di Columbia pada saat itu, memiliki visi ini? Saya percaya itu adalah kombinasi unik dari Robert K. Merton dan Paul Lazarsfeld. (Coleman, 1994:30-31)<br />Melihat kembali dari sudut pandang pada pertengahan 1990-an, Coleman menemukan bahwa pendekatannya telah berubah, tetapi tidak sebanyak yang diasumsikan. Sebagai contoh, sehubungan dengan karyanya tentang permainan simulasi sosial di Johns Hopkins pada 1960-an ia berkata, "Mereka membawa saya untuk mengubah orientasi teoretis saya dari satu di mana sifat-sifat sistem tidak hanya penentu tindakan (a la Emile Durkheim's studi Suicide ), ke satu yang lain di mana mereka juga kadang-kadang merupakan konsekuensi dari tindakan yang dimaksudkan, kadang-kadang tidak disengaja "(Coleman, 1994:33).<br />Jadi, Coleman memerlukan teori aksi, dan ia memilih, sama dengan sebagian besar para ekonom, yayasan yang paling sederhana , yang rasional, atau jika Anda lebih suka, tindakan yang bertujuan. Tugas sosiologi yang paling hebat adalah pengembangan teori yang akan bergerak dari tingkat tindakan mikro ke tingkat makro dari norma-norma, nilai-nilai sosial, distribusi status dan konflik sosial. (Coleman, 1994: 33)<br />Inilah minta yang menjelaskan mengapa Coleman ditarik ke arah ilmu ekonomi:<br />Apa yang membedakan ekonomi dari ilmu-ilmu sosial lainnya adalah bukan penggunaan dari "pilihan rasional" tetapi penggunaan dari suatu cara analisis yang memungkinkan bergerak antara tingkat tindakan individu dan tingkat system yang berfungsi. Dengan membuat dua asumsi, bahwa orang-orang bertindak rasional dan pasar yang sempurna dengan komunikasi penuh, analisis ekonomi mampu menghubungkan tingkat makro sistem yang berfungsi dengan tingkat mikro tindakan individu. (Coleman, 1944:32).<br />Aspek lain visi Coleman terhadap sosiologi, sesuai dengan penelitian awalnya di sekolah, adalah bahwa hal itu berlaku untuk kebijakan sosial. Bagian dari teorinya dia berkata, "Salah satu kriteria untuk menilai karya dalam teori sosial adalah kegunaan potensial untuk menginformasikan kebijakan sosial" (Coleman, 1994:33). Beberapa sosiolog akan tidak setuju dengan tujuan dari Coleman tentang teori, metode, dan kebijakan social yang berhubungan, meskipun banyak juga yang akan tidak setuju dengan setidaknya beberapa cara yang Coleman memilih untuk menghubungkannya. <br />Apakah mereka setuju atau tidak dengan spesifikasi tersebut, para sosiolog di masa depan akan terus ditantang oleh kebutuhan untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menghubungkan ketiga aspek kunci praktik sosiologis ini, dan setidaknya beberapa dari mereka akan menemukan sebuah model yang bermanfaat dalam karya James Coleman. (James Coleman meninggal pada tanggal 25 Maret 1995).<br /><br />TEORI PILIHAN RASIONAL<br /><br />Meskipun mempengaruhi perkembangan teori pertukaran, teori pilihan rasional pada umumnya marjinal bagi teori sosiologis utama. Hal ini terutama melalui upaya seorang, James S. Coleman, bahwa teori pilihan rasional telah menjadi salah satu teori "panas" dalam sosiologi kontemporer. Untuk satu hal, pada tahun 1989 Coleman membuat sebuah jurnal, Rationality and Society (Rasionalitas dan Masyarakat), yang ditujukan untuk penyebaran karya dari perspektif pilihan rasional. Untuk yang lain, Coleman (1990) menerbitkan sebuah buku yang sangat berpengaruh, Foundations of Social Theory (Yayasan Teori Sosial), berdasarkan perspektif ini. Akhirnya, Coleman menjadi presiden Asosiasi Sosiologi Amerika pada tahun 1992 dan menggunakan forum itu untuk mendorong teori pilihan rasional dan menampilkan alamat yang berjudul "Rekonstruksi Rasional Masyarakat" (Coleman, 1993b).<br /><br />Rasionalitas dan Masyarakat.<br /><br />Karena kami sebelumnya telah menggariskan prinsip-prinsip dasar teori pilihan rasional, ini akan sangat berguna untuk memulai komentar-komentar pengantar (1989) Coleman untuk edisi pertama Rasional dan Masyarakat. Jurnal ini menjadi interdisipliner karena teori pilihan rasional (atau, seperti Coleman menyebutnya, "paradigma tindakan rasional" [1989:5]) adalah satu-satunya teori dengan kemungkinan menghasilkan integrasi paradigmatik. Coleman tidak ragu-ragu untuk berargumen bahwa pendekatan tersebut beroperasi dari basis dalam individualisme metodologis dan menggunakan teori pilihan rasional sebagai dasar level mikro untuk penjelasan fenomena level makro. Bahkan yang lebih menarik adalah pendekatan Coleman apa yang tidak menemukan "pekerjaan yang menyenangkan":<br />yang secara metodologis holistik, mengambang pada tingkat sistem tanpa recourse kepada para aktor yang aksinya menggerakkan system itu ... pandangan tindakan sebagai ekspresif murni, pandangan tindakan sebagai tidak rasional, dan juga pandangan tindakan sebagai sesuatu yang sepenuhnya disebabkan oleh kekuatan luar tanpa intermediasi niat atau tujuan. Ini tidak termasuk pekerjaan empiris yang dilakukan secara luas di bidang ilmu sosial di mana perilaku individu adalah "dijelaskan" oleh faktor-faktor tertentu atau faktor-faktor penentu model tanpa tindakan apapun. (Coleman, 1989:6).<br />Dengan demikian, sebagian besar pekerjaan dalam sosiologi adalah dikecualikan dari halaman Rasionalitas dan Masyarakat. Tidak untuk dikecualikan, bagaimanapun, adalah keprihatinan tingkat makro dan hubungan mereka pada tindakan rasional. Selain masalah akademis seperti itu, Coleman ingin pekerjaan yang dilakukan dari sebuah perspektif pilihan rasional untuk memiliki relevansi praktis pada dunia sosial kita yang berubah.<br />Rasionalitas dan Masyarakat sekarang telah ada selama beberapa tahun dan telah menerbitkan aplikasi dari teori pilihan rasional untuk fenomena yang beragam seperti Hamlet (Orbell, 1993), pendekatan fenomenologis Alfred Schutz (Esser, 1993), diskriminasi etnis (Cornell, 1995), agama (Chaves dan Cann, 1992), gender dan pekerjaan (Brinton, 1993), revolusi di Eropa Timur (Goldstone dan Opp, 1994), Nazisme (Brustein dan goyah, 1994), dan Revolusi Kebudayaan Cina (Walder, 1994). Kita tidak dapat mensurvei badan pekerjaan yang sedang berkembang ini di sini, tapi kita bisa membahas secara rinci pekerjaan teoritis utama James S. Coleman yang berasal dari tradisi teori pilihan rasional.<br /><br />Dasar-dasar Teori Sosial<br /><br />Coleman berpendapat bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada sistem sosial, tetapi fenomena makro tersebut harus dijelaskan oleh factor-faktor internal kepada mereka, secara prototipikal individual. Dia menyukai bekerja di tingkat ini karena beberapa alasan, termasuk fakta bahwa data biasanya dikumpulkan pada tingkat individu dan kemudian dikumpulkan atau disusun untuk menghasilkan tingkat system itu. Di antara alasan-alasan lain untuk mendukung fokus pada tingkat individu adalah bahwa ini adalah tempat dimana "intervensi" biasa dilakukan untuk menciptakan perubahan-perubahan sosial. Sebagaimana akan kita lihat, pusat dari perspektif Coleman adalah gagasan bahwa teori sosial tidak hanya merupakan latihan akademis tetapi harus mempengaruhi dunia sosial melalui "intervensi" semacam itu. <br />Mengingat fokus pada individu, Coleman mengakui bahwa ia adalah seorang individualis metodologis, meskipun ia melihat perspektif tertentu sebagai varian "khusus" dari orientasi itu. Pandangannya adalah khusus dalam arti bahwa ia menerima ide kemunculan dan bahwa meskipun berfokus pada factor-faktor internal pada system itu, faktor-faktor tersebut belum tentu tindakan dan orientasi individu. Artinya, fenomena tingkat mikro selain individual dapat menjadi fokus analisisnya. <br />Orientasi pilihan rasional Coleman adalah jelas dalam gagasan dasarnya bahwa "orang-orang bertindak secara purposif menuju tujuan, dengan tujuan (dan demikian juga tindakan-tindakan) yang dibentuk oleh nilai-nilai atau preferensi" (1990:13). Tapi Coleman (1990:14) kemudian melanjutkan berpendapat bahwa untuk kebanyakan tujuan teoritis, ia akan memerlukan konseptualisasi yang lebih tepat terhadap aktor rasional yang berasal dari ekonomi, yang melihat aktor yang memilih tindakan-tindakan itu yang akan memaksimalkan utilitas, atau kepuasan kebutuhan dan keinginan mereka.<br />Ada dua elemen kunci dalam teorinya—aktor dan sumberdaya. Sumber daya adalah mereka yang dimana aktor memiliki kontrol dan di mana mereka memiliki kepentingan tertentu. Mengingat kedua unsur ini, Coleman merinci bagaimana interaksi mereka mengarah ke tingkat sistem:<br />Sebuah basis minimal untuk sistem sosial tindakan dalam dua aktor, masing-masing memiliki kontrol atas sumber daya yang memiliki kepentingan terhadap yang lain. Ini adalah kepentingan masing-masing di bawah kontrol sumber daya lain yang mengarah keduanya, sebagai aktor purposive, untuk terlibat dalam aktivitas yang melibatkan satu sama lain ... suatu sistem tindakan .... Adalah struktur ini, bersama-sama dengan fakta bahwa para aktor adalah purposive , masing-masing yang memiliki tujuan memaksimalkan realisasi kepentingannya yang memberikan kemerdekaan, atau karakter sistemik, kepada tindakan mereka. (Coleman, 1990:29)<br /><br />Meskipun ia memiliki iman dalam teori pilihan rasional, Coleman tidak percaya bahwa perspektif ini, setidaknya hingga kini, memiliki semua jawaban. Tetapi jelas bahwa ia percaya bahwa ia dapat bergerak ke arah itu, karena ia berpendapat bahwa "keberhasilan sebuah teori sosial yang didasarkan pada rasionalitas terletak pada pengurangan secara berturut-turut domain kegiatan sosial yang tidak dapat dijelaskan oleh teori" (Coleman, 1990:18).<br />Coleman mengakui bahwa dalam dunia nyata orang tidak selalu bersikap rasional, tetapi ia merasa bahwa ini membuat sedikit perbedaan dalam teorinya: "Asumsi implisit saya adalah bahwa prediksi teoritis yang dibuat di sini akan secara substansial sama apakah pelaku bertindak tepat sesuai dengan rasionalitas sebagaimana biasanya dipahami atau menyimpang dengan cara-cara yang telah diamati "(1990:506).<br /> Mengingat orientasinya pada tindakan rasional individu, ini terdapat bahwa fokus Coleman dalam hal masalah mikro-makro adalah keterkaitan mikro-ke-makro, atau bagaimana kombinasi tindakan individu menimbulkan perilaku sistem tersebut. Sementara dia menyelaraskan prioritas kepada issue ini, Coleman di sini juga tertarik dalam hubungan makro-ke-mikro, atau bagaimana sistem membatasi orientasi pelaku tersebut. Akhirnya, ia menunjukkan dengan jelas minat pada aspek hubungan mikro-mikro itu, atau dampak dari tindakan individu terhadap tindakan individu lain.<br />Meskipun keseimbangan yang tampak ini, paling tidak ada tiga kelemahan utama dalam pendekatan Coleman. Pertama, dia menyelaraskan prioritas yang besar sekali kepada issue mikro-ke-makro, dengan demikian memberikan sedikit perhatian pada hubungan lainnya. Kedua, ia mengabaikan issue/masalah makro-makro. Akhirnya, panah-panah lepasnya hanya masuk dalam satu arah, dengan kata lain, ia mengabaikan hubungan dialektis antara dan di antara fenomena mikro dan makro.<br />Menggunakan pendekatan pilihan rasional-nya, Coleman menjelaskan serangkaian fenomena tingkat makro. Posisi dasarnya adalah bahwa para teoretikus perlu menjaga konsepsi aktor mereka agar tetap konstan dan bangkit dari citra variatif konstanta mikro dari fenomena tingkat makro. Dengan cara ini, perbedaan dalam fenomena makro bisa dilacak ke arah struktur yang berbeda dari hubungan di tingkat makro dan bukan kepada variasi pada tingkat mikro. <br />Sebuah langkah kunci dalam gerakan mikro-ke-makro adalah pemberian wewenang dan hak-hak yang dimiliki oleh satu individu ke individu lainnya. Tindakan ini cenderung menyebabkan subordinasi satu aktor yang lain. Lebih penting lagi, ia menciptakan fenomena makro yang paling dasar—sebuah unit akting yang terdiri dari dua orang, bukan dua aktor independen. Struktur hasil berfugsi secara independen dari para aktor. Alih-alih memaksimalkan kepentingan sendiri, dalam hal ini aktor berupaya mewujudkan kepentingan aktor lain, atau dari unit kolektif independen. Tidak hanya ini kenyataan sosial yang berbeda, tetapi adalah salah satu yang "memiliki kekurangan khusus dan menghasilkan masalah-masalah khusus" (Coleman, 1990:145). Mengingat orientasi nya diterapkan, Coleman tertarik dalam diagnosis dan solusi masalah ini. <br />Salah satu contoh pendekatan Coleman berkenaan dengan fenomena makro adalah kasus perilaku kolektif. Dia memilih untuk menghadapi perilaku kolektif karena karakter yang sering tidak teratur dan tidak stabil dianggap sulit untuk menganalisis dari perspektif pilihan rasional. Tapi pandangan Coleman adalah bahwa teori pilihan rasional bisa menjelaskan semua jenis fenomena makro, bukan hanya mereka yang teratur dan stabil. Apa yang terlibat dalam bergerak dari aktor rasional ke "fungsi sistemik liar dan turbulen yang disebut perilaku kolektif adalah transfer kendali yang sederhana (dan rasional) diatas tindakan seseorang dengan aktor lain ... dibuat secara sepihak, bukan sebagai bagian dari pertukaran". (Coleman, 1990:198).<br />Mengapa orang secara sepihak transfer kontrol atas tindakan mereka kepada orang lain? Jawabannya, dari perspektif pilihan rasional, adalah bahwa mereka melakukan hal itu dalam upaya untuk memaksimalkan kegunaannya. Biasanya, maksimalisasi individu melibatkan keseimbangan kontrol antara beberapa aktor, dan ini menghasilkan keseimbangan dalam masyarakat. Namun, dalam kasus perilaku kolektif, karena ada transfer sepihak kontrol, maksimalisasi individu tidak selalu menyebabkan kesetimbangan sistem. Sebaliknya, ada karakteristik disekuilibrium perilaku kolektif.<br />Fenomena tingkat makro lain yang muncul di bawah pengawasan Coleman adalah norma. Sementara kebanyakan para sosiolog mengambil norma-norma seperti yang diberikan dan memohon mereka untuk menjelaskan perilaku individu, mereka tidak menjelaskan mengapa dan bagaimana norma-norma muncul. Coleman heran, dalam satu kelompok pelaku rasional, bagaimana norma-norma dapat muncul dan dipertahankan. Coleman berpendapat bahwa norma-norma yang diprakarsai dan dikelola oleh beberapa orang yang melihat manfaat yang dihasilkan dari pengamatan norma-norma dan membahayakan yang berasal dari pelanggaran norma. Orang-orang yang bersedia menyerahkan sebagian kontrol atas perilaku mereka sendiri, tapi pada proses mereka mendapatkan beberapa kontrol (melalui norma-norma) terhadap perilaku orang lain. Coleman merangkum posisinya pada norma:<br />Unsur sentral dari penjelasan ini ... adalah memberikan sebagian dari hak kontrol atas tindakannya sendiri dan menerima sebagian hak kontrol atas tindakan orang lain, yaitu munculnya norma. Hasil akhir adalah bahwa kontrol ... yang diselenggarakan oleh masing-masing secara terpisah, secara luas menjadi terdistribusikan melalui seluruh rangkaian aktor, yang melakukan kontrol tersebut. (Coleman, 1990:292).<br /><br />Sekali lagi, orang-orang yang dipandang sebagai memaksimalkan utilitas mereka dengan penyerahan sebagian hak-hak kontrol atas diri mereka sendiri dan mendapatkan sebagian kontrol atas orang lain. Karena pemindahan kontrol tidak sepihak, ada keseimbangan dalam hal norma-norma. <br />Tapi ada juga situasi di mana norma-norma bertindak untuk keuntungan beberapa orang dan kerugian orang lain. Dalam beberapa kasus, pelaku menyerahkan hak untuk mengendalikan tindakan mereka sendiri kepada mereka yang berinisiatif dan menjaga norma-norma. Norma-norma tersebut menjadi efektif bila konsensus muncul bahwa beberapa orang memiliki hak untuk mengendalikan (melalui norma-norma) tindakan orang lain. Selain itu, efektivitas norma-norma tergantung pada kemampuan untuk menegakkan konsensus itu. Ini adalah konsensus dan penegakan hukum yang mencegah jenis karakteristik disekuilibrium perilaku kolektif. <br />Coleman mengakui bahwa norma-norma menjadi saling terkait, tapi ia melihat masalah makro seperti itu sebagai luar lingkup karyanya pada fondasi sistem sosial. Di sisi lain, dia bersedia untuk mengambil isu mikro internalisasi norma-norma. Dia mengakui bahwa dalam membahas internalisasi ia memasuki "perairan yang berbahaya bagi teori yang didasarkan pada pilihan rasional". (Coleman, 1990:292). Dia melihat internalisasi norma-norma sebagai pembentukan sistem sanksi internal; orang memberi sanksi dirinya sendiri bila mereka melanggar norma. Coleman melihat ini dalam hal gagasan satu aktor atau sekumpulan aktor yang berusaha untuk mengendalikan orang lain dengan meminta agar norma-norma terinternalisasi padanya. Oleh karena itu, demi kepentingan satu set aktor untuk meminta yang lain menginternalisasi norma dan dikendalikan oleh mereka. Dia merasa bahwa ini adalah rasional "ketika upaya tersebut dapat efektif dengan biaya murah". (Coleman, 1990:2940. <br />Coleman melihat norma-norma dari sudut pandang tiga unsur kunci dari teorinya— tindakan purposive, mikro ke makro pada tingkat mikro, dan makro ke mikro. Norma-norma adalah fenomena tingkat makro yang muncul atas dasar tindakan purposive tingkat mikro. Setelah ada, norma-norma, melalui sanksi atau ancaman sanksi, mempengaruhi tindakan individu. Tindakan tertentu dapat didorong, sementara yang lain tidak dianjurkan. <br /> Dengan kasus norma, Coleman telah pindah ke tingkat makro, dan ia melanjutkan analisisnya pada tingkat ini dalam diskusi aktor korporasi. Dalam kolektivitas seperti itu, aktor tidak dapat bertindak dalam hal kepentingan dirinya sendiri tapi bertindak dalam kepentingan kolektivitas.<br />Ada berbagai peraturan dan mekanisme untuk beralih dari pilihan individual ke pilihan (sosial) kolektif. Yang paling sederhana adalah kasus pemungutan suara dan prosedur untuk mentabulasi suara individu dan mengajukan suatu keputusan kolektif. Ini adalah dimensi mikro-ke-makro, sementara hal-hal itu seperti halnya daftar calon yang diusulkan oleh kolektivitas melibatkan hubungan makro-ke-mikro. <br />Coleman berpendapat bahwa kedua aktor perusahaan dan aktor-aktor manusia memiliki tujuan. Lebih jauh lagi, dalam sebuah struktur perusahaan seperti organisasi, aktor manusia mungkin mengejar tujuan mereka sendiri yang berbeda dengan tujuan perusahaan. Konflik kepentingan ini membantu kita memahami sumber pemberontakan/revolusi terhadap otoritas perusahaan. Keterkaitan mikro-ke-makro di sini melibatkan cara-cara di mana orang melepaskan kewenangan dari struktur perusahaan dan legitimasi tetap pada mereka yang terlibat dalam pemberontakan/revolusi itu. Tapi ada juga keterkaitan makro-ke-mikro di tingkat makro tertentu yg kondisi memimpin orang-orang kepada tindakan divestasi dan investasi seperti itu.<br />Sebagai ahli teori pilihan rasional, Coleman memulai dengan individu dan gagasan bahwa semua hak dan sumber daya ada pada tingkat ini. Kepentingan individu menentukan jalannya peristiwa. Namun, hal ini tidak benar, terutama dalam masyarakat modern, dimana "sebagian besar hak-hak dan sumber daya, dan oleh karena itu kedaulatan, mungkin berada di aktor korporasi". (Coleman, 1990:531). Dalam aktor perusahaan dunia modern telah mengambil kepentingan yang meningkat. Aktor korporasi dapat bertindak kepada manfaat atau kerugian individu. Bagaimana kita menilai aktor korporasi dalam hal ini? Coleman berpendapat bahwa "hanya dengan memulai secara konseptual dari sebuah titik di mana semua kedaulatan yang terletak pada orang perorangan adalah mungkin untuk melihat seberapa baik kepentingan utama mereka diwujudkan dengan sistem sosial yang ada. Dalil bahwa orang perorangan berdaulat memberikan jalan dimana para sosiolog dapat mengevaluasi fungsi sistem sosial ". (1990:531-532).<br />Bagi Coleman, kunci perubahan sosial telah menjadi munculnya aktor perusahaan kepada aktor pelengkap "orang alamiah". Keduanya dapat dianggap aktor karena mereka memiliki "kontrol atas sumber daya dan peristiwa, kepentingan sumber daya dan peristiwa, dan kemampuan mengambil tindakan untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan itu melalui kontrol". (Coleman, 1990:542). Tentu saja, selalu ada aktor korporasi, tapi yang lama, seperti keluarga, yang terus digantikan dengan yang baru, dibangun secara purposive, aktor korporasi yang berdiri sendiri. Keberadaan aktor-aktor perusahaan yang baru ini menimbulkan masalah bagaimana memastikan tanggung jawab sosial mereka. Coleman menyarankan bahwa kita dapat melakukan ini dengan membentuk reformasi internal atau dengan mengubah struktur eksternal seperti hukum yang mempengaruhi perusahaan seperti itu aktor atau lembaga yang mengatur mereka. <br />Coleman membedakan antara struktur primordial yang berdasarkan keluarga, seperti lingkungan dan kelompok agama, dan struktur purposive, seperti organisasi ekonomi dan pemerintah. Dia melihat keberserakkan progresif yang kegiatan yang pernah diikat bersama dalam keluarga. Struktur primordial "terurai" sebagai fungsi mereka tengah tersebar dan diambil alih oleh berbagai aktor korporasi. Coleman khawatir tentang penguraian ini dan juga tentang fakta bahwa kita sekarang dipaksa untuk berurusan dengan posisi dalam struktur purposive daripada dengan orang-orang yang mempopulasikan struktur primordial. Ia kemudian menyimpulkan bahwa tujuan dari karyanya adalah "menyediakan dasar untuk membangun struktur sosial yang layak, sebagai struktur primordial dimana orang mempunyai kelenyapan yang bergantung ". (Coleman, 1990:652).<br />Coleman adalah yang paling kritis terhadap kebanyakan teori sosial untuk mengadopsi pandangan bahwa dia memberi label homo sociologicus. Perspektif ini menekankan pada proses sosialisasi dan kecocokan antara individu dan masyarakat. Oleh karena itu, homo sociologicus tidak mampu menghadapi kebebasan individu untuk bertindak sebagai yang mereka mau meskipun kendala-kendalanya ditempatkan atas mereka. Lebih jauh, perspektif ini tidak memiliki kemampuan untuk mengevaluasi tindakan sistem sosial. Sebaliknya, homo economicus, dalam pandangan Coleman, memiliki semua kapasitas. Selain itu, Coleman menyerang teori sosial tradisional untuk melakukan sedikit lebih dari mengucapkan mantra teoretis tua dan karena tidak relevan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat dan tidak mampu membantu kami mengetahui di mana masyarakat dipimpin. Teori Sosiologi (serta penelitian sosiologis) harus memiliki tujuan, sebuah peranan dalam fungsi masyarakat. Coleman adalah mendukung teori sosial yang tertarik tidak hanya pada pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan tetapi juga dalam "mencari pengetahuan untuk rekonstruksi masyarakat". (1990: 651).<br />Pandangan Coleman pada teori sosial berhubungan erat dengan pandangannya tentang perubahan sifat masyarakat. Pengesahan struktur primordial dan penggantian mereka dengan struktur purposive telah meninggalkan serangkaian kehampaan yang belum cukup diisi oleh organisasi-organisasi sosial baru. Teori sosial, dan ilmu-ilmu sosial yang lebih umum, dibuat penting oleh kebutuhan untuk merekonstruksi masyarakat baru. (Coleman, 1993a, 1993b). Tujuannya bukan untuk menghancurkan struktur purposive melainkan untuk mewujudkan peluang dan menghindari masalah struktur tersebut. Masyarakat baru memerlukan ilmu sosial yang baru. Keterkaitan antara bidang kelembagaan telah berubah, dan sebagai akibat ilmu-ilmu sosial harus bersedia melintasi batas-batas disiplin tradisional.<br /><br />Kritik.<br /><br />Tak perlu dikatakan, karya Coleman dalam teori pilihan rasional dan khusus (Alexander, 1992) secara umum telah mendapat kecaman berat di bidang sosiologi. Banyak kritik datang dari pendukung posisi-posisi alternatif dalam teori sosiologis. Misalnya, dari sudut pandang feminis, Inggris dan Kilbourne (1990) mengkritik asumsi keegoisan dalam teori pilihan rasional; dari perspektif egoisme-altruisme mereka harus dianggap sebagai sebuah variabel. Asumsi dari keegoisan merupakan bias maskulin. Mereka mengakui bahwa menolak asumsi ini, dan melihat sebagai variabel, akan mengurangi "determinasi deduktif" teori pilihan rasional, tapi mereka pikir manfaat orientasi teoritis yang kurang bias, lebih realistis, lebih besar daripada biaya.<br />Dari perspektif simbolis-interaksionis, Denzin (1990b; lihat juga Bab 5 dari buku ini) hanya menawarkan kritik yang orang mungkin harapkan dari suatu orientasi teoritis yang secara diametric bertentangan:<br />Teori pilihan rasional ... gagal menawarkan jawaban yang meyakinkan atas pertanyaan itu: Bagaimana masyarakat mungkin? ... norma-norma rasionalitas yang ideal tidak cocok dengan kehidupan sehari-hari dan norma-norma rasionalitas dan emosionalitas yang mengatur kegiatan aktual dari interaksi individu.<br /><br />Teori pilihan rasional telah membatasi kepentinan untuk teori sosial kontemporer. Skema kehidupan kelompoknya dan gambarnya atas manusia, tindakan, interaksi, diri, gender, emosionalitas, kekuatan, bahasa, ekonomi politik terhadap kehidupan sehari-hari, dan sejarah, adalah yang amat sempit dan benar-benar tidak memadai untuk tujuan interpretatif. (Denzin, 1990a :182-183; cetak miring ditambahkan).<br /><br />Sebagian besar yang beroperasi dari perspektif penafsiran yang luas akan menerima kritik kuatnya Denzin tentang teori pilihan rasional.<br />Akhirnya, walaupun banyak kritik lain dapat digambarkan, kita dapat menyebutkan argumen (1992) Smelser yang seperti banyak perspektif teori lain, teori pilihan rasional telah merosot sebagai akibat dari evolusi internal atau tanggapan atas kritik eksternal. Jadi, teori pilihan rasional telah menjadi tautologis dan kebal terhadap falsifiability, dan yang paling penting, telah mengembangkan "kapasitas untuk menjelaskan segala sesuatu dan karenanya tidak ada". (Smelser, 1992:400).<br /><br /><br />==Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01389283657369153170noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4974364226299128364.post-71578506207752270562010-01-27T01:18:00.000-08:002010-01-27T01:37:38.285-08:00TAFSIR: MEKANISME PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARANOleh : Nono Warsono <br /><br />1. Pendahuluan<br />Islam adalah agama yang sangat toleran terhadap pendidikan dan pembelajaran. Bahkan Al Quran sebagai kitab sucinya, hampir seluruhnya berbicara dan berintikan pendidikan dan pembelajaran sejak dari Nabi Adam AS diciptakan sampai hari ini, bahkan mungkin samapai kiamat digelar.<br />Namun di sisi lain, penerapan pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan oleh umat Islam sebagai pengautnya, masih tidak mengetahui atau mungkin mengetahunya, akan tetapi tidak memahaminya. Celakanya, jika mekanisme itu diabaikan sama sekali, tanpa mau tahu bagaimana Islam memandang dan berbicara. Padahal semua itu diatur dan diterangkan oleh Allah SWT dalam Al Quran. Bukan hanya seputar pendidikan dan pengajaran peribadatan kepada Allah, Tuhan pencipta alam semesta semata, namun lebih dari itu semuanya, baik yang berkaitan antara manusia dengan Allah, dengan lingkungan biotic maupun abiotik sekelilingnya, lingkungan social (antar sesama manusia), maupun dengan luar angkasa. Semuanya dijelaskan dengan jelas, meski sebagian dijelaskan dengan hadits-hadits Rasulillah SAW. <br />Andaikan semua kita, yang berkecimpung di bidang pendidikan, merujuk kepada Al Quran sebagai pegangan hidup dan kehidupan kita dengan sebenarnya dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan peserta didik kita, niscaya kita semua akan menemukan petunjuk yang lurus dari Allah SWT. Pelaksanaannya akan dibarengi dengan sikap roja', yakni berharap mardlatillah (ridlo dari Allah SWT). Penghasilan yang diperolehnya adalah sebuah konsekwensi logis yang timbul akibat pekerjaannya yang merupakan pemberian dari Allah yang mesti disyukurinya. Namun sebaliknya, jika al Quran dinafi'kan. Yang dirujuk adalah system pendidikan dan pengajaran barat yang ia pandang sebagai suatu system kurikulum mutakhir yang berlaku di Negara-negara maju, jelas ia akan kehilangan kendali keislamannya. Yang dikejar adalah keseimbangan pendapatan dan mutu pendidikan umum berbasis teknologi tanpa mengenal etika agama dan kebudayaannya.<br />Maka ada baiknya jika kita sejenak menelaah mekanisme pendidikan dan pembelajaran yang sesuai dengan petunjuk AlQuran. Hal ini dimaksudkan dan diharapkan agar pendidikan yang mengandung nilai-nilai Islam membumi di segenap lapisan pendidikan, terutama pendidikan Islam.<br /><br />2. Perintah Mengajar/melakukan Pembelajaran<br />Manusia adalah makhluk social, tidak mungkin hidup menyendiri. Kehadirannya suka atau tidak suka pasti membutuhkan dan dibutuhkan oleh manusia yang lain. Ia tidak bisa selamat sendirian tanpa bantuan orang lain. Demikian halnya dalam pendidikan, secara umum, tidak ada yang mampu belajar dan mendidik dirinya sendiri tanpa keterlibatan orang lain, baik orang tua, kerabat, teman dekat, tetangga, kiyai, ustadz, guru, dll. <br />Maka amat wajar jika kemudian orang belajar/berguru kepada orang lain yang lebih pandai/alim, meskipun mereka berada di tempat lain yang jauh. Rasul pernah menyuruh agar sahabatnya belajar ke negeri yang jauh secara geografis, yakni Cina, dengan sabdanya:<br />اطلبوا العلم ولو بالصين<br />Hal itu dikandung maksud agar ilmu pengetahuan yang diperolehnya kelak diajarkan kembali kepada para sahabat yang lain. Dengan demikian ilmu tersebut akan dapat dirasakan oleh mereka. Karena pentingnya mengajarkan kembali itu, sampai-sampai jerih payahnya diseimbangkan dengan payahnya pergi ke medan perang dalam jihad fi sabilillah. Allah tegaskan dalam Al Quran [9:122] :<br /><br />"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya."<br /><br />Mengajar adalah tugas mulia karena menyebabkan manusia lepas dari belenggu kebodohan, arif dalam kebijakan, beretika dalam menghasilkan peradaban yang berkebudayaan tinggi. Tidak ada yang akan didlolimi dan berniat untuk mendlolimi orang lain. Yang berlaku adalah bertebarannya segala bentuk kebaikan dan tertahannya segala macam kemungkaran. Masing-masing menganjurkan dan menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran, terutama sekali jika semua itu dilakukan oleh sang guru. Dalam al Quran pada [3:104] dan [3:110] dijelaskan:<br />104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.<br />110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. <br /><br />Para ulama sepakat bahwa orang yang beruntung dan umat terbaik dari umat-umat yang lain yang pernah ada di muka bumi ini adalah jika memenuhi persyaratan : (1) menyeru kepada kebajikan, (2) menyuruh kepada yang ma'ruf, (3) mencegah dari yang munkar, (4) beriman kepada Allah. Mereka pun sepakat bahwa amar ma'ruf nahi munkar itu wajib hukumnya berdasarkan kepada Al Quran [31] : 17 dan kebanyakan hadits, antara lain tertulis dalam kitab Fathul Barinya Ibnu Hajar, yakni " وكفروا من ترك الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر", hadits Imam Muslim dalam al Minhaj Imam Nawawi, yakni :<br />"مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرا فَلْيُغَيّرْهُ بِيَدِهِ. فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ. فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ. وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ". , juga dalam Mustadrak Imam Hakim, yakni :<br />والذي نفسي بيده لا تقوم الساعة على رجل يقول لا إله إلا الله ويأمر بالمعروف وينهى عن المنكر هذا حديث صحيح على شرط مسلم.<br />Dasar hadits-hadits lainnya adalah seperti : (1) Hendaklah kamu beramar ma'ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo'a dan tidak dikabulkan (do'a mereka). (HR. Abu Zar); (2) Wahai segenap manusia, menyerulah kepada yang ma'ruf dan cegahlah dari yang mungkar sebelum kamu berdo'a kepada Allah dan tidak dikabulkan serta sebelum kamu memohon ampunan dan tidak diampuni. Amar ma'ruf tidak mendekatkan ajal. Sesungguhnya para robi Yahudi dan rahib Nasrani ketika mereka meninggalkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, dilaknat oleh Allah melalui ucapan nabi-nabi mereka. Mereka juga ditimpa bencana dan malapetaka. (HR. Ath-Thabrani); (3) Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak mengasihi dan menyayangi yang lebih muda, tidak menghormati orang yang lebih tua, dan tidak beramar ma'ruf dan nahi mungkar. (HR. Tirmidzi); dan (4) Sesungguhnya Allah 'Azza wajalla tidak menyiksa (orang) awam karena perbuatan (dosa) orang-orang yang khusus sehingga mereka melihat mungkar di hadapan mereka dan mereka mampu mencegahnya, tetapi mereka tidak mencegahnya (menentangnya). Kalau mereka berbuat demikian maka Allah menyiksa yang khusus dan yang awam (seluruhnya). (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani. <br />Situasi paling efektif dan kondusif dalam melakukan amar ma'ruf nahi munkar adalah dalam proses pembelajaran, baik di lembaga formal, informal, maupun non formal. Meskipun demikian ucapan sang guru/pendidik terkadang lebih didengar disbanding yang lainnya, termasuk ucapan orang tuanya. Oleh karena itu pantaslah kalau Allah memuji dengan firmanNya:<br />"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (AlQuran [41]: 33). "<br /><br />Para guru diminta/disuruh untuk mengajarkan nilai-nilai yang menyebabkan para peserta didik memahami jalan agama Allah, yakni Islam, dengan cara yang baik (baik ucapan maupun pelajaran) dan dengan sebaik-baiknya.<br /><br />"Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (AlQuran [12]: 108)"<br /><br />3. Tujuan Pendidikan/pembelajaran<br />Tujuan pendidikan secara nasional disebutkan dengan jelas dalam pembukaan UUD 1945 dan UU Sistem Pendidikan Nasional RI. Namun secara Islami (dalam pendidikan Islam), di samping sesuai tujuan nasional di atas juga untuk menyampaikan ajaran dan nilai-nilai agama Islam. Innaa arsalnaaka syaahidan wamubassyiran wanadziiran. Litu-minuu billaahi warasuulih watu'azziruuhu watuwaqqiruuhu watusabbihuuhu bukratan waashiilan. (AlQuran [48]: 8-9). <br />Tujuan lainnya adalah agar peserta didik dididik bertaqwa kepada Allah, mengetahui bagaimana beribadah kepada Allah dengan baik. Allah berfirman: "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa." (Al Quran [2]: 21). Begitu juga agar peserta didik tidak berubah menjadi manusia yang menyombongkan diri kepada Allah, yakni tidak mau tunduk merendahkan diri kepadaNya , melainkan menjadi manusia-manusia muslihun (suka berbuat kebaikan), sebagaimana Allah berfirman:<br />"Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan". (alQuran [11] : 117)<br /><br />Dan yang paling utama dan terutama adalah agar peserta didik menjadi orang yang beriman dengan segala bentuk pengamalannya dan suka beramal shaleh yang menyebabkan kita terhindar dari murka Allah di dunia ini.<br />"Dan Mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu." (Al Quran [10] : 98) <br /><br />Dengan begitu Negara kita kelak akan dihuni oleh orang-orang yang berkebudayaan dan berperadaban tinggi di mata manusia (umat lain) dan Allah SWT berkat pendidikan dan pengajaran yang benar sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.<br /><br />4. Sikap Para Guru/Ustadz<br />Para pendidik baik guru di sekolah umum maupun ustadz di madrasah, dalam melaksanakan proses pembelajaran di lingkungan pendidikan, hendaknya berhati-hati dalam berperilaku / bersikap. Percayalah, jika dunia pendidikan dilakukan oleh orang-orang yang berperilaku baik, luhur akhlaknya, mengajar dengan cara yang baik, ucapannya santun, tindakannya sopan, mencontohkan kebaikan apa yang ia sampaikan, shaleh dalam peribadatan, niscaya semua itu akan ter-refleksi pada para peserta didiknya. Namun jika sebaliknya, para peserta didik akan melakukan hal yang sama dengan perspektif para pengajarnya. Oleh karenanya guru sebagai model / suri tauladan dalam keseharian, segala gerak geriknya, ucapannya akan banyak diikuti oleh para peserta didik, maka ibarat kendaraan yang dikemudikan oleh seorang supir, wajib berhati-hati . Guru tidak mengumbar ucapannya, menyuruh kebaikan sementara ia sendiri tidak melakukannya. Pantaslah kalau Allah menegurnya dengan firrmanNya:<br />Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab? Maka tidaklah kamu berpikir?" (AlQuran [2]: 44), <br /><br />"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (alQuran[61]: 2-3)<br /><br />Sikap demikian hampir banyak dilupakan oleh para pendidik dewasa ini. Mereka hanya mampu menyuruh orang lain tapi tidak mampu menyuruh dirinya dalam melakukan kebaikan dan takwa kepada Allah. Cocoklah kiranya pepatah mengatakan : "semut di seberang laut jelas kelihatan, gajah di pelupuk mata tidak kelihatan".<br />Selanjutnya sebagai pendidik, para guru biasanya dihadapkan dengan tingkah laku para peserta didiknya yang beraneka ragam, ada yang menurut tapi ada pula yang nakal, sulit diatur. Kelakuannya membuat kebanyakan guru menjadi kesal. Tetapi tidak perlu ditanggapi perlakuan kekerasan dari sang guru, melainkan hendaknya disikapi dengan cara-cara yang baik yang terkadang membaikkan kejahatan peserta didik tersebut. Allah berfirman:<br /><br />"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang sangat setia. (Lihat al Quran [41]: 34)<br /><br />Tidak perlu guru bersikap emosional, mudah tersinggung dan marah, karena sebagai agen pembelajaran, guru bertugas merangkul mereka dari keadaan tidak tahu diarahkan menjadi tahu, dari keadaan tidak sopan santun kearah sopan santun, pendek kata dari yang semula tidak baik kearah yang lebih baik. Semua itu dilakukan dengan cara yang rendah diri dan bukan merendahkan dirinya. Andaikan kelemahlembutan sikap para pendidik dapat dilakukan, ini menandakan mereka beroleh rahmat yang dijanjikan Allah kepada mereka. Oleh karena itu Allah mengingatkan kita, para pendidik dengan firmanNya:<br />"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (alQuran [3]: 159).<br /><br />"Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.<br />Jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan"; (alQuran [26] : 215-216)<br /><br />5. Semangat Mengajar dan Mendidik<br />Nampaknya motivasi mengajar dan mendidik dalam dunia Islam lebih baik, ketika diasumsikan bahwa apa saja pendidikan yang dilakukan yang didasari keikhlasan karena Allah SWT semua bernilai ibadah. Rasulullah SAW menegaskan : "idzaa maata ibnu aadam inqatha'a 'amaluh illaa min tsalaats …aw 'ilmin yuntafa'u bih" (jika manusia meninggal dunia semua amalnya terpustus kecuali tiga hal, yaitu … atau ilmu yang bermanfaat). Gaji/honor yang diterima menjadi tambahan motivasi dan keberkahan tersendiri. Ingat, mendidik anak manusia berarti menyelamatkannya, berarti pula kita berjihad di jalan Allah dalam menyelamatkan banyak manusia. Allah menyejukkan hati para pendidik dengan firmanNya:<br />"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui. " (Lihat alQuran [9]: 41)<br /><br /><br />"10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?<br />11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.<br />12. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. (Lihat alQuran [61]: 10-12)<br /><br /><br />Nampak dengan jelas bahwa para pendidikan yang melakukan proses pembelajaran dan pendidikan hakekatnya sedang melakukan perniagaan dengan Allah. Tenaga, lisan dan pikiran adalah berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa yang merupakan dagangan yang transaksikan kepada Allah. Dengan harapan Dia membelinya dengan memberi ridlo dan memberinya laba/keuntungan dengan pahala yang terbesar (surga).<br /><br />6. Bahasa Pengantar Pembelajaran<br />Ada beberapa sekolah yang dengan gengsinya, ia menerapkan penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar pembelajaran, misalnya salah satu sekolah swasta di Cirebon yang menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Di satu sisi ada baiknya agar para siswa terbiasa menggunakan bahasa itu dengan mudah jika menempuh pendidikan di negeri kincir angina itu. Akan tetapi di sisi lain menjadi kick back, jika ternyata kurikulum sekolah itu justru menjadi terbelakang. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran yang menjadi target kurikulumnya. Rasulullah SAW saja dalam menyampaikan dakwah agamanya tidak menggunakan bahasa asing yang berakibat sulit dipahaminya ajaran agama tersebut, melainkan dengan menggunakan bahasa Arab karena rasulullah memang orang Arab. <br />"Dan Jikalau kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka . Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". ( Lihat Al Quran [41]: 44)<br /><br /><br />Tidak hanya Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan risalah ajaran agamanya dalam bahasanya sendiri, rasul-rasul sebelumnya pun penggunakan pengajaran dengan bahasa kaumnya sendiri. Hal ini, sebagaimana disebutkan diatas, agar wahyu Allah mudah diterima dan dipahami oleh mereka.<br />"Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya , supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana". (AlQuran [14]: 4)<br /><br /><br />7. Teguran Allah terhadap Pendidikan yang salah<br />Amat berat memang mengajar dan mendidik anak manusia yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Dan memang perbedaan latar belakang itu merupakan seni heterogen para peserta didik yang harus dimulyakan dan di layani dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh kita, para pendidik, meninggalkan dan membiarkan mereka karena mereka berlaku tidak baik. Justru kita hendaknya mengajak dan melakukan komunikasi dengan mereka untuk dicari titik temu dalam mengatasi masalah yang mungkin dihadapi, baik oleh guru maupun oleh siswa itu sendiri.<br />"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, Maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur)." (AlQuran [80]: 15).<br /><br />Kesabaran musti dipupuk dalam diri pribadi sang guru. Tidaklah pantas seorang guru mencampakkan rasa sabar dan menyandang keangkuhan dalam pendidikan. Ia mengabaikan siswa-siswi dari kalangan tidak mampu yang tidak sanggup membeli buku paket atau LKS yang jumlahnya cukup besar, untuk mementingkan mereka yang berkecukupan dari sisi financial. <br />Seharusnya para guru memperlakukan hal yang sama dalam pelayanan kepada mereka, baik itu mereka mampu ataupun tidak. Pelaksanaannya yang harus disesuaikan dengan keadaan mereka. Teguran Allah terhadap mereka, para guru, yang mengabaikan hal ini hendaknya membukakan mata hatinya untuk memperbaiki sikap dan pola pikirnya yang salah, sehingga kedepan terjadi keselaran / harmoni. Tidak terjadi apa yang disebut kesenjangan pendidikan. Untuk itu Allah menegur mereka sebagaimana yang tertuang dalam Al Quran [18]: 28) sebagai berikut :<br />"Dan Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."<br /><br /><br />8. Hasil Pendidikan <br />Akhirnya apapun hasil yang diperoleh selama proses pembelajaran dan pendidikan akan menjadi tolok ukur yang harus dievaluasi untuk perbaikan di masa yang akan datang. Jika hasil yang diraih tidak maksimal, maka hendaknya dicari permasalahannya dan direkonstruksi (reka ulang) model dan metode yang dipakai dalam proses kegiatannya. Selain itu dilakukan refleksi diri serta dilakukan perbaikan dan peningkatan pengetahuan tentang pedagogic, didaktik, dan metodiknya. Jika hasilnya sudah sesuai yang diharapkan, kita tidak harus berbangga diri tanpa control dan usaha perbaikan karena dirasa sudah puas. Sebaliknya berhasil baik atau tidak, tetap dilakukan ikhtiyar (usaha kearah yang lebih baik). Selanjutnya kita bertawakkal kepada Allah atas segala usahanya itu dengan harapan dan doa semoga semuanya dinilai ibadah dan mendapat balasan yang terbaik dari Allah.<br /><br />Faidzaa faraghta fanshab wa ilaa rabbika farghab<br /> ==Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01389283657369153170noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4974364226299128364.post-17434843078639116802010-01-27T01:12:00.000-08:002010-01-27T01:16:44.587-08:00PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIMPANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM <br />IBNU RUSYD<br />TENTANG ILMU PENGETAHUAN<br /><br /><br />Makalah<br />Disusun untuk memenuhi tugas <br />Mata Kuliah : Sejarah Intelektual Pendidikan Islam<br /><br /><br />Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Abdurrahman Mas'ud, Ph.D<br />DR. Saefudin Zuhri, MA<br /><br /><br />Oleh :<br />Nono Warsono<br />NIM. : 505 910 026<br /><br /><br /><br />PROGRAM PASCA SARJANA STAIN CIREBON<br />KONSENTRASI PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM<br />2010<br />====================================================<br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />A. Latar belakang <br />Dunia Islam merasakan kebanggaan tersendiri, ketika lahir para pemikir yang cerdas dalam mencari format kemaslahatan hidup dan menyelamatkan umat manusia dari ketersesatan memahami ajaran Tuhan. Salah seorang diantaranya adalah Ibnu Rusyd. Beliau adalah seorang yang piawai dalam berbagai format intelektualitasnya. Tersebut dalam beberapa literature bahwa Ibn Rusyd ahli dalam bidang fiqih, politik, filsafat, dan juga kedokteran , disamping bidang-bidang yang lain meskipun tidak populer. Kepiawaiannya dalam berbagai bidang ilmu itu ditunjukkan dengan banyaknya karya ilmiah yang beliau tulis. Ibnul Abbar, sebagaimana diungkapkan oleh H. Zaenal Abidin Ahmad (1975), mendapati empat buah buku karya Ibnu Rusyd, yaitu Kulliyat (Kedokteran), Bidayat al Mujtahid (Fiqih), Mukhtashar Mustasyfa fil Ushul (Fiqih), dan Kitab ad Dharury fin Nahwi (Sastra). Sementara Ibnu Abi Ushaybi'ah menyebutkan tidak kurang dari 50 buah. Berbeda dengan apa yang didapati oleh kedua sejarahwan itu, Ernest Renan mendapatkan karangan-karangan Ibnu Rusyd sebanyak 78 buah buku di perpustakaan Escurial di Madrid, Spanyol. Yang menarik dari jumlah itu, terdapat buku-buku dalam ilmu falsafah, teologi, astronomi, sastra, dan berbagai ilmu, di samping nama-nama yang telah disebutkan di atas. Ini menandakan bahwa Ibnu Rusyd adalah sosok yang mumpuni dalam berbagai bidang disiplin ilmu .<br />Membicarakan Ibnu Rusyd sebagai seorang filosof bukanlah sesuatu yang asing, baik oleh umat Islam atau non Islam terutama di dunia Barat, karena ia terkenal dengan pemikiran filsafatnya, sehingga muncul suatu ungkapan “Aristoteles dikembalikan tanpa basa basi ke Barat yang merupakan dunianya bersama Averroes muridnya yang besar” . Averroes adalah nama Ibnu Rusyd yang lebih dikenal di Barat sehingga ilmu dan pemikirannya lebih dahulu dimanfaatkan oleh orang-orang di dunia Barat tersebut.<br />Namun kenyataan itu belum begitu banyak dikenal oleh kebanyakan umat Islam sendiri pada masa sekarang, kecuali oleh kaum terpelajar tingkat tinggi yang secara kebetulan mempelajari dan menelusuri jejak para ilmuwan, terutama ilmuwan muslim. Masyarakat muslim awam nampaknya hanya sibuk dengan ubudiyah rutin dengan meninabobokan akal tanpa optimalisasi daya nalarnya. Sehingga aktivitas ibadah itu dikhawatirkan menjadi semu dan tak bermakna karena kurangnya ilmu terhadap yang diibadahi. Patut dipahami bahwa bukankan akan berbahaya jika seseorang menjalankan syari'at agama atau kegiatan mu'amalah dengan orang lain tanpa mengetahui ilmunya.<br /><br />B. Rumusan Masalah<br />Berdasarkan latar belakang yang disebut di atas, maka perlu kiranya dirumuskan permasalahan yang muncul tersebut, terutama tentang perlunya sosialisasi pribadi Ibnu Rusyd dan pemikirannya kepada kaum muslimin dewasa ini, sehingga mereka dapat ikut merasakan manfaat dari buah pikirnya intelektual muslim Ibnu Rusyd. Maka dalam pembahasan bab bewrikutnya akan menjadi inti dari rumusan berikut ini:<br />1. Bagaimana riwayat hidup Ibnu Rusyd secara singkat sehingga kita mengenal pribadinya dengan lebih baik?<br />2. Bagaimana pandangannya tentang ilmu dan pengetahuan baik secara filsafat maupun metode ilmiah?<br />3. Bagaimana sikapnya dalam membela ilmu dan filsafat dari kritik yang dikemukakan oleh ilmuwan lain?<br /><br />C. Tujuan dan Kegunaan <br />Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan informasi yang jelas dan gambaran bagaimana pandangan Ibnu Rusyd, sebagai intelektual muslim yang masyhur pada abad pertengahan, tentang ilmu pengetahuan. Di samping itu penulisan ini pun dimaksudkan sebagai wahana sosialisasi tokoh intelektual muslim dan pemikirannya kepada umat Islam secara umum agar supaya buah nalarannya dapat dimanfaatkan dan diteladani.<br />Penulisan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi rekan-rekan mahasiswa, umat Islam, dan siapa pun yang ingin mempelajari lebih jauh tentang Ibnu Rusyd, khususnya bagi penulis dalam meningkatkan pemahaman literature para tokoh intelektual kelas dunia, khususnya intelektual muslim, karena memang para ilmuwan kebanyakan terinspirasi dari pemikiran dan teori para intelektual muslim, meskipun ilmuwan Barat juga ikut mewarnai khazanah ilmu pengatahuan. <br /><br /><br />D. Metodologi <br />Dalam penulisan makalah ini, penulis melakukan kajian literature/pustaka dengan menerapkan metode induktif, yaitu dengan menarik pengetahuan dari fakta empiris analisis data literature yang harus mampu ditarik dalam dunia ide. Langkah yang pertama diambil dalam menganalisa tokoh ibnu Rusyd adalah mencari tahu riwayat hidupnya yang disarikan dari berbagai rujukan. Selanjutnya tentang keahlian dan sepak terjangnya dalam membela dan mempertahankan eksistensinya di bidang keahliannya itu. Kemudian menganalisa pendapat-pendapat orang lain tentang kekuatan dan kelemahan sosok Ibnu Rusyd. Dan langkah yang terakhir adalah membuat kesimpulan atas hasil kajian.<br /><br /><br /><br /><br /> <br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br /><br /><br />1. Riwayat Hidup Ibnu Rusyd <br />Diantara para filosof Islam, Ibnu Rusyd adalah salah seorang yang paling dikenal dunia Barat dan Timur. Nama lengkapnya Abu al-Walid Muhammad ibnu Ahmad Ibnu Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ahmad ibnu rusyd, lahir di Cordova, Andalus pada tahun 520 H/ 1126 M, sekitar 15 tahun setelah wafatnya abu Hamid al-Ghazali. Ia ditulis sebagai satu-satunya filsuf Islam yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang semuanya menjadi fuqaha’ dan hakim. Ayahnya dan kakeknya menjadi hakim-hakim agung di Andalusia. Ibnu Rusyd sendiri menjabat hakim di Sevilla dan Cordova pada saat terjadi hubungan politik yang penting antara Andalusia dengan Marakasy, pada masa Khalifah al-Manshur. Hal itu mencerminkan kecerdasan otak dan ghirah kepada ilmu pengetahuan dalam keluarga ini sudah tumbuh sejak lama yang kemudian semakin sempurna pada diri ibnu Rusyd. Karena itu, dengan modal dan kondisi ini ia dapat mewarisi sepenunya intelektualitas keluarganya dan menguasai berbagai disiplin ilmu yang ada pada masanya.<br />Latar belakang keagamaan inilah yang memberinya kesempatan untuk meraih kedudukan yang tinggi dalam studi-studi keislaman. Al Quran beserta penafsirannya, hadits Nabi, ilmu fiqih, bahasa dan sastra Arab dipelajarinya secara lisan dari seorang ahli ('alim). Dia merevisi buku madzhab Malikiyah, Al Muwatta, yang dipelajarinya bersama ayahnya dan dihapalnya. Dia juga mempelajari matematika, fisika, astronomi, ilmu logika, filsafat, dan ilmu pengobatan. Guru-gurunya dalam ilmu-ilmu tersebut memang tidak terkenal, tapi secara keseluruhan Cordova terkenal sebagai pusat studi-studi filsafat dan ilmu, sedangkan Seville terkenal karena aktivitas seninya. Oleh karena itu Ibnu Rusyd mengungkapkan dalam sebuah dialog bersama ahli fisika, Ibnu Zuhri, bahwa jika seorang terpelajar meninggal di Seville, maka buku-bukunya akan dikirim ke Cordova untuk di jual di sana; dan jika seseorang penyanyi meninggal di Cordova, maka alat-alat musiknya akan dikirim ke Seville . Ini menandakan bahwa kota asal kelahiran Ibnu Rusyd adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mampu mempengaruhi kebudayaan dan peradaban Eropa.<br />Tidak hanya seorang ilmuan terpandang, ia juga ikut ke medan perang melawan Alphonse, raja Argon. Khalifah begitu menghormati Ibnu Rusyd melebihi penghormatannya pada para pejabat daulah al-Muwahhidun dan ulama-ulama yang ada masa itu. Walau pun demikian Ibnu Rusyd tetap menjadi orang yang rendah hati, ia menampilkan diri secara arif selayaknya seorang guru dalam memberi petunjuk dan pengajaran pada umat. Hubungan dekat dengan Khalifah segera berakhir, setelah Khalifah menyingkirkannya dari bahagian kekuasaan di Cordova dan buku-buku karyanya pernah diperintahkan Khalifah untuk dimusnahkan kecuali yang berkaitan dengan ilmu-ilmu murni saja. Ibnu Rusyd mengalami hidup pengasingan di Yasyanah. Tindakan Khalifah ini menurut Nurcholish Madjid, hanya berdasarkan perhitungan politis, dimana suasana tidak kondusif dimanfaatkan oleh para ulama konservatif dengan kebencian dan kecemburuan yang terpendam terhadap kedudukan Ibnu Rusyd yang tinggi. <br />Pengalaman pahit dan tragis yang dialami Ibnu Rusyd adalah seperti pengalaman hidup yang dialami para pemikir kreatif dan inovatif terdahulu. Namun kecintaannya kepada ilmu pengetahuan, membaca, menulis dan bermuzakarah tidak pernah surut. Kecintaan pada ilmu pengetahuan membentuk kepribadiannya sebagai seorang inklusif, toleran dan suka memberi maaf. Sifat kepribadian ini menurut al-Aqqad menyebabkan ia (saat menjadi hakim) selalu sulit dalam menjatuhkan eksekusi, dan jika eksekusi harus dilakukan ia serahkan kepada para wakilnya.<br />Di dunia Barat ia disebut dengan Averrois, menurut Sirajuddin Zar, sebutan ini sebenarnya lebih pantas untuk kakeknya. Karena sebutan ini adalah akibat terjadinya metamorfose Yahudi-Spanyol-Latin. Kata Arab Ibnu oleh orang Yahudi diucapkan seperti kata Ibrani Aben, sedangkan dalam standar Latin Rusyd menjadi Rochd. Dengan demikian, nama Ibnu Rusyd menjadi Aben Rochd, maka melalui asimilasi huruf-huruf konsonan dan penambahan sisipan sehingga akhirnya menjadi Averroes . Ini berasal dari bahasa Latin yang dibaca mengikuti lidah Spanyol . Ia lebih terkenal dengan sebutan itu di Barat karena buah pemikirannya lebih dihargai dibanding dengan di Timur pada abad pertengahan. Dia adalah pendiri pikiran merdeka sehingga memiliki pengaruh yang sangat tinggi di Eropa.<br />Dari Averroes ini muncul sebuah kelompok pengikut Ibnu Rusyd dalam bidang filsafat yang menamakan diri Averroisme. Dalam bidang ini, Ibnu Rusyd memang membuktikan diri sangat ahli dan terhormat, penjelasan-penjelasannya tentang filsafat dan komentarnya terhadap filsafat Aristoteles dinilai yang paling tepat dan tidak ada tandingannya. Sebab itu ada yang menamakannya sebagai guru kedua (bukan al-Farabi), setelah guru pertama Sang Filsuf atau Aristoteles. <br />Itu tidak berarti Ibnu Rusyd tidak memiliki pemikiran filsafat sendiri, dalam penjelasan al-Ahwani, pandangan-pandangan pribadi Ibnu Rusyd yang mencerminkan pandangan dan pahamnya sendiri terdapat dalam rumusan kesimpulan setelah memberikan uraian dan komentas terhadap filsafat Aristoteles. Ulasan dan Kesimpulan-kesimpulan tersebut terkadang lebih panjang dari terjemahannya terhadap pemikiran Aristoteles sendiri. Sementara pandangan-pandangan filosofisnya sendiri termaktub dalam dalam tiga buku penting, yaitu Fashl, Kasyf, Tahafut dan al Ittishal .<br />Hidup terkucil demikian tidaklah lama (1 tahun) dialami Ibnu Rusyd, karena Khalifah segera mencabut hukumannya dan posisinya direhabilitasi kembali. Tidak lama menikmati semua itu, Ibnu Rusyd wafat pada 1198 M/ 595 H di Marakesh dan usia 72 tahun menurut perhitungan Masehi dan 75 tahun menurut perhitungan Hijrah.<br />2. Pandangan Tentang Ilmu Pengetahuan <br />.Ibnu Rusyd adalah sosok yang terkenal sebagai pengulas karya-karya Aristoteles, yang lebih setia kepada "Sang Guru Pertama" dibandingkan Alexander dari Aphrodisias dan Themistius. Hasil ulasannya mampu mempengaruhi filsafat Barat pada abad pertengahan di Eropa. Andaikan Ibnu Rusdy tidak berkeinginan untuk membuat ulasan-ulasan tersebut, sebagaimana diminta dan diperintahkan oleh Abu Ya'qub setelah Ibnu Tufail yang diperintah berudzur tidak mampu menerima tugas itu, maka niscaya sangat sedikit orang yang mampu memahami filsafat dan pemikiran Aristoteles yang tertuang dalam buku-bukunya. Hal ini diungkapkan oleh Ibnu Tufail, ketika mendengar Abu Ya'qub sebagai seorang amir mengeluh tentang kesulitan terhadap ungkapan Aristoteles dan para penerjemahnya, dengan berkata : "Jika seseorang mau menyunting buku-buku ini, merangkum dan menjelaskan maksud-maksudnya secara terinci setelah benar-benar memahaminya, maka akan lebih mudah bagi banyak orang untuk memahami buku-buku tersebut" .<br />Ia mau menuliskan ulasan-ulasan atas buku-buku karya Aristoteles itu sebagai bentuk pengabdian bukan hanya kepada seorang amir, Abu Ya'qub, tetapi juga bagi kemuliaan ilmu dan pengetahuan. Ia bangga jika karyanya (hasil ulasan berikut pandangan sedniri) menjadi manfaat bagi orang lain sebagai sumbangan yang tak terhingga nilainya bagi dunia. Untuk itu ia dikenal dengan julukan "Juru Ulas" dan dengan julukan itulah maka nama Ibnu Rusyd atau Averroes dikenal oleh masyarakat Eropa abad pertengahan. <br />Ibnu Rusyd berpandangan bahwa orang tidak hanya secara dogmatis mengikuti doktrin-doktrin agama, jika harus terbungkam dan tidak berpengetahuan tentang mengapa beragama dan bagaimana doktrin itu dipahami. Sehingga terbuka jalan bagi orang untuk menggali ilmu dan pengetahuan untuk itu. Oleh karenanya, ketika ia dipermasalhkan dalam menguak ilmu pengetahuan dan filsafatnya, justru ia membuka risalahnya dengan mengajukan pertanyaan tentang apakah filsafat itu sah, dilarang, dianjurkan atau diharuskan dalam Syari'ah (hokum Islam). Jawabannya, sejak dini, adalah bahwa filsafat itu diwajibkan atau setidaknya dianjurkan dalam agama. Betapa tidak, sebab fungsi filsafat hanyalah membuat spekulasi atas yang maujud dan memikirkannya selama membawa kepada pengetahuan akan Sang Pencipta . <br />Jalan menuju pengetahuan merupakan salah satu masalah besar yang dibahas oleh filsafat muslim, dikarenakan oleh keterkaitannya dengan kemaujudan-kemaujudan yang lebih tinggi, yaitu "akal perantara" (agent intellect) yang dengan akal tersebut manusia berhubungan. Cara hewan mendapatkan pengetahuan yaitu lewat perasaan dan imajinasi yang selanjutnya disebut instinct, sedangkan cara manusia mendapatkan pengetahuan yaitu, selain lewat dua cara tersebut juga dengan akal (penalaran). <br />Dalam hal eksistensinya, pengetahuan manusia tidak boleh dikacaukan dengan pengetahuan Tuhan, sebab "manusia mencerap individu lewat indera dan mencerap hal-hal yang maujud lewat akal. Persepsi manusia bisa berubah dikarenakan hal-hal yang dicerapnya, dan kemajemukan persepsi mengisyaratkan kemajemukan objeknya. Mustahil bila pengetahuan Tuhan sama dengan pengetahuan kita, sebab pengetahuan kita merupakan akibat dari segala yang maujud, sedangkan pengetahuan Tuhan merupakan sebab dari adanya segala sesuatu itu . Akal memiliki tiga kerja dasar, yaitu: mengabstraksi, mengkombinasikan, dan menilai. Hal itulah yang harus dioptimalkan oleh manusia, karena memang akal adalah karunia yang terbesar yang dimilikinya yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. <br />Filsafat merupakan bagian dari optimalisasi akal manusia meskipun cara mengoptimalisasikannya berbeda dengan yang dilakukan oleh pemikir ilmu lain. Namun begitu filsafat tidak memanjakan akalnya dengan tidak bekerja optimal dalam mencari kebenaran. Sementara ilmu bekerja dengan filsafat secara ilmiah. Ibnu Rusyd melakukan penyatuan kemaujudan yang bersifat universal terikat pada hal-hal tertentu yang terdiri atas materi dan bentuk. Namun penyatuan ini tidak sama dengan istilah kaum sufi karena akal tidak suci dan tidak mencerahi jiwa. Penyatuan dimaksud merupakan suatu kerja rasional yang harus dijelaskan dengan menggunakan dasar-dasar epistemology, dan didasarkan pada pemerolehan bentuk-bentuk yang bersifat universal yang dilakukan oleh akal yang mungkin.<br /><br />3. Kritik Terhadap Kritik Al Ghazali<br />Para filosof dikritik habis-habisan oleh Al Ghazali dalam pemikirannya seputar ilmu, dimana para filosof muslim memberikan penilaian yang tepat kepada ilmu tanpa mengurangi nilai agama. Hanya saja penafsiran mereka terhadap agama dengan menggunakan pengetahuan ilmiah dan filosofis mereka sendiri. Al Ghazali tidak puas dengan ajaran-ajaran para filosof itu. Ia menyerang mereka dengan argument-argumennya yang tertuang dalam Tahafut al Falasifa (Ketidaklogisan Para Filosof). Ia menuduh mereka (para folosof) sebagai kaum yang bid'ah dan kafir.<br />Ibnu Rusyd menanggapi tuduhan Al Ghazali itu satu demi satu. Ia mengemukakan argument-argument balikan atas argument-argumen yang dikemukakan Al Ghazali itu dalam bukunya Tahafut al Tahafut (Ketidaklogisan atas ketidaklogisan) . Ibnu Rusyd, dalam kapasitanya sebagai filosof yang bertujuan kepada kebenaran, menyatukan ketiga hal yang berbeda, yaitu antara agama, ilmu dan filsafat. Lewat penafsiran Al Quran secara rasional, ia mewarnai keselarasan antara agama dan filsafat. Is menyingkapkan jalan menuju agama sebagaimana dinyatakan di dalam Al Quran. <br />Ketika penggunaan ilmu ditentang oleh Al Ghazali, ibnu Rusyd justru yang mnembelanya dan membela Eropa pada abad pertengahan itu. Ia mengikuti jalan yang dutunjukkan olehnya untuk mencapainya. Inilah semangat sejati paham Ibnu Rusyd Latin yang membangkitkan ilmu Eriopa. Ilmu merupakan suatu wujud pengetahuan yang sistematis dan terumuskan, yang bertumpu pada pengamatan dan pengklasikasian fakta-fakta. Tapi jalan menuju ilmu lebih mendasar dari pada kebenaran-kebenaran ilmiah yang terperoleh, sebab melalui metode-metode ilmiahlah kita dapat mencapai realitas-realitas ilmiah serta maju terus menerus dalam studi kita.<br />Ibnu Rusyd merasa dirinya berhak menjaga ilmu dan menunjukkan jalan mencapai realitas-realitas ilmiah, karena Al Ghazalitelah merusak hubungan penting sebab akibat. Ia menolak adanya keajaiban-keajaiban yang menafikan diluar keajaiban karena keajaiban bukan sesuatu yang universal. Ia menyebut bahwa keajaiban Islam bukan terdapat pada hl-hal lain yang terdapat dalam Al Quran selain Quran itu sendiri. Ia menyatakan bahwa segalka sesuatu di dunia ini terjadi menrurut keteraturan sempurna yang dapat dipahami sebagai hokum sebab akibat. Hal ini membuat kita melihat dunia fisik sebagaimana dilihat oleh Ibnu Rusyd, dan begitulah hal itu dapat dikenali secara ilmiah. Dunia ini merupakan suatu rangkaian benda dan orang yang saling berkaitan dikarenakan adanya hubungan sebab akibat. Akhirnya setelah terjadi perdebatan panjang, Al Ghazali menerima tantangan itu dengan mengatakan : "Tidak ada keberatan bagiku untuk mengakui bahwa apapun mungkin bagi Tuhan" .<br /><br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br /><br /><br /><br />1. Kesimpulan<br />Dari pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd, diketahui bahwa ia adalah cenedkiwan muslim multi talenta (berkemampuan multi disiplin), baik bidang hokum fiqih, politik, filsafat, astronomi, kedokteran. Ia adalah seorang intelektual muslim yang patut dibanggakan dan dimanfaatkan pemikiran-pemikirannya. Dengan kecakapannya itu ia menjadi ilmuwan ternama, walaupun karya-karyanya banyak dipelajari dan dimanfaatkan oleh orang-orang Barat, karena memang ia lahir di Barat jika disbanding dengan intelektual- intelektual muslim lainnya yang lahir di Timur Tengah. <br />Ibnu Rusyd sangat mengharapkan perpaduan antara agama dan ilmu serta filsafat. Semua itu dimaksudkan sebagai jalan menuju kebaikan dan kesejahteraan umat manusia di dunia ini. Ia tidak melakukan dikotomi antara ketiganya, sebab satu sama lain saling mempengaruhi dan menguatkan. Sehingga tujuan Tuhan menciptakan manusia dan jun untuk beribadah itu benar-benar sesuai dengan kemauan Tuhan, karena hakekat dari semua itu terkuak dengan adanya filsafat dalam mencari kebenaran dan ilmu dalam melakukan rasionalisasi dan empirisasi metode yang digunakannya.<br />2 Saran<br />Penulis menyarankan agar penelitian tentang para ilmuwan muslim terus digalakkan, sebagaimana kaum orientalis pun menggalakkannya. Kita tidak boleh tertringgal dalam penyingkapan berbagai ilmu dan filsafat. Umat Islam disarankan lebih menggali khazanah intelektual muslim itu dan memahami pemikirannya dalam menyingkap misteri dibalik penciptaan alam semesta ini. Semua itu tidak akan berhasil jika ilmu dan pengetahuan dibungkam oleh setiap individu muslim itu sendiri.<br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Ahmad, H Zainal Abidin. 1975. Riwayat Hidup Ibnu Rusyd (Averroes), Filosof Islam Terbesar di barat. Jakarta: Bulan Bintang<br />Arsyad, M Natsir. 1995. Ilmuwan Muslim sepanjang Sejarah. Bandung: Mizan.<br />Hozien, Muhammad. --. Tahafut al tahafut, sebuah e-text conversion dalam Bahasa Inggris. <br />Syarif, MM, 1998. Para Filosof Muslim. Bandung: MizanAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/01389283657369153170noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4974364226299128364.post-74462803482879249592009-12-08T01:42:00.001-08:002009-12-08T02:17:46.907-08:00OBJEK PENDIDIKANSuatu Kajian Metode Tafsir Maudu'i<br /> <br />Oleh:<br />Nono Warsono <br /><br /><br />1. Pendahuluan<br /> Islam memandang perlu dan bahkan teramat penting pada urusan pendidikan, terutama pendidikan Islam. Agama (Islam) itu adalah nasehat bagi peningkatan iman kepada Allah, kitab-Nya, dan Rasul-Nya, bagi pemimpin umat Islam dan seluruh kaum muslimin. Sebagaimana dialog yang terjadi antara Rasulullah SAW dan Abi Tamim bin Aus adDaari ra. Beliau bersabda:<br /><br />الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قلنا لمن ؟ قال : ِللهِ وِلِرَسُوْلِهِ وَلِلأَئِمَّةِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ. <br /><br />"Agama itu adalah Nasehat. Kami bertanya : untuk siapa ? Beliau menjawab : untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslim”.<br /> Kita tahu bahwa Islam adalah bukan agama munfarid/individual, dimana kita khusyu' beribadah, mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya, sementara orang-orang di sekeliling kita asyik dengan kemaksiatan dan ketidaktahuan terhadap agama yang dianutnya. Akan tetapi Islam adalah agama social/kolektif, dimana ketaatan kita dapat diukur dengan kepedulian kita terhadap orang lain. Bahkan Rasululullah SAW dalam sebuah hadits mengultimatum muslim yang tidak peduli dengan muslim lainnya dalam urusan agama.<br /><br />مَنْ لَمْ يَهْتَمَّ بِأُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَلَبيْسَ مِنْهُمْ (الحديث)<br /><br />"Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka ia bukanlah bagian dari mereka."<br />Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :<br /><br />مَنْ أصْبَحَ وَالدُّنْياَ أَكْبَرُ هَمُّهُ فَلَيْسَ مِنَ اللهِ فِيْ شَيْءٍ وَمَنْ لَمْ يَتَّقِ اللهَ فَلَيْسَ مِنَ اللهِ فِيْ شَيْءٍ وَمَنْ لَمْ يَهْتَمَّ لِلْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً فَلَيْسَ مِنْهُمْ. (رواه الحاكم فى المستدرك )<br /><br />"Barangsiapa yang di waktu pagi menaruh perhatian lebih besar terhadap dunia, maka bukanlah bagian dari Allah dalam suatu hal, barangsiapa yang tidak bertaqwa kepada Allah, maka bukanlah bagian dari Allah dalam suatu hal, dan barangsiapa yang tidak peduli/menaruh perhatian bagi kaum muslimin secara umum, maka bukanlah bagian dari mereka."<br /><br /> Maka kiranya kaum muslimin, baik anggota keluarga maupun masyarakat, perlu diajak dan diberi pendidikan Islam. Sebab senyatanya bahwa semua pendidikan hakekatnya adalah pendidikan Islam, semua pelajaran adalah hakekatnya pelajaran Islam. Tidak satupun pendidikan dan pelajaran—IPA, IPS, Matematika, Moral, Budi pekerti, Bahasa, Filsafat, dll—yang tidak bersentuhan dengan ajaran Islam. Bahkan Al Quran sendiri adalah kitab peringatan bagi seluruh alam (jin dan manusia).<br /><br />تَبَارَكَ الَّذِيْ نَزَّلَ اْلفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَمِيْنَ نَذِيْرًا.<br />"Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (maksudnya jin dan manusia)" (QS [25] Al Furqan:1).<br />إِنْ هُوَ إِلاَّ ذِكْرٌ لِلْعَالَمِيْنَ.<br />"Al Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam." (QS [38] Shad : 87)<br /><br /> Hanya saja kita tidak mungkin menjadikan jin sebagai objek pendidikan Islam. Dengan kata lain objek pendidikan itu sangat luas mencakup semua manusia, baik keluarga ataupun masyarakat, muslim ataupun non-muslim, laki-laki ataupun perempuan, kecuali jin. Itulah yang dalam Al Quran disebut "peringatan bagi seluruh alam" atau "peringatan bagi alam semesta". Alam selain manusia dan jin tidak dapat diberi peringatan, lebih khusus lagi tidak dapat di beri pendidikan. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang kongkrit yang paling sempurna akal dan penalarannya, sehingga tidak mungkin makhluk lain yang tidak memiliki penalaran yang baik, akan menerima Islamic teaching (ajaran Islam), yang harus menjalankan syariat dan menunaikan amanat Allah sebagai khalifah fil ardl.<br /><br /> Dasar pemikiran bahwa manusia sanggup menerima pelajaran dan pendidikan adalah anggapan bahwa : (1) secara fitrah semua manusia beragama tauhid sehingga pendidikan Islam akan bersenyawa dengan fitrahnya, (2) manusia adalah secara dhohir memiliki bentuk yang paling sempurna, begitu juga rasio/pemikiran, akal dan daya nalar yang tidak dimiliki makhluk lainnya, (3) manusia adalah makhluk yang dihiasi dengan nafsu, sehingga motivasi yang benar dan baik akan membimbingnya mampu menggapai tujuan hidupnya.<br /><br /> Manusia yang akan menjadi objek pendidikan, dalam Al Quran digolongkan menjadi dua, yakni : (1) golongan positif (Muslimin, mu'minin, muttaqin), dan (2) golongan negatif (Munafiqin, Fasiqin, Murtadin, Kafirin, dan bahkan Musyrikin). Tujuan objek yang pertama adalah untuk peningkatan posisinya dan derajatnya di sisi Allah dengan tidak melakukan maksiat/pendurhakaan. Sedangkan tujuan objek kedua adalah sebagai peringatan, penyadaran, dan pertaubatan kepada Allah karena mereka nyata-nyata bersikap acuh tak acuh terhadap seruan Allah dan menjadi kaum pendosa.<br /><br />2. Peserta Didik dan Etika Pembelajaran<br /> Pengajaran dan pendidikan umum maupun urusan agama perlu memperhatikan etika penyampaian. Perlu diketahui bahwa manusia, ketika dilibatkan sebagai peserta didik atau objek dalam hal pendidikan, mempunyai penilaian bathin tersendiri yang terkadang sulit diterka sebelumnya oleh para pengajar dan pendidik. Sehingga kearifan, kebijaksanaan, dan kecerdasan dalam memilah dan memilih metode sangat dibutuhkan.<br /><br /> Allah SWT, dalam QS An Nahl : 125, menjelaskan tentang etika berda'wah :<br />ادْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَاْلمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُج إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ صلى وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ. <br />"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS [16] An Nahl: 125)<br /><br /> Maksudnya adalah bahwa kata "ud'u" yang berarti serulah, dalam konteks pendidikan berarti ajarilah atau didiklah manusia—sebagai peserta didiknya—dengan menggunakan cara-cara/metode yang sangat memperhatikan etika tabligh. Menurut dhohir ayat di atas ialah dengan mempergunakan dua cara etika, yakni : (1) hikmah, yaitu perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil, dan (2) pelajaran yang baik, yang sangat berguna dalam hidup dan kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat.<br /> <br /> Imam Jalalain (Jalaludin Muhammad bin Ahmad alMahla dan Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakr asSuyuthi) menafsirkan ayat di atas dengan risalah sebagai berikut:<br />(ادع) الناس يا محمد (إلى سبيل ربك) دينه (بالحكمة) بالقرآن (والموعظة الحسنة) مواعظه أو القول الرقيق (وجادلهم بالتي) أي المجادلة التي (هي أحسن) الدعاء إلى الله بآياته والدعاء إلى حُجَجِه (إن ربك هو أعلم) أي عالم (بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين) فيجازيهم...<br /><br />"Serulah/ajarilah manusia, wahai Muhammad, menuju jalan Tuhannu, yakni agamaNya dengan hikmah, yakni dengan Al Quran, dan dengan pelajaran yang baik, yaitu pelajarannya atau ucapan yang halus. Dan bantahlah mereka dengan bantahan yang lebih baik, yakni seruan atau permohonan kepada Allah dengan ayat-ayatNya dan seruan kepada hujjah/buktinya. Sesungguhnya Rob-mu Maha Mengetahui terhadap orang-orang yang sesat dari jalanNya, dan mengetahui terhadap orang-orang yang beroleh petunjuk, dan membalasnya…"<br /><br /> Pada ayat lain, Allah jelaskan etika pembelajaran itu dengan firmanNya:<br />فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ [آل عمران : 159[<br />"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS [3] Ali Imran : 159).<br /><br /> Ayat ini memberi pengertian pendidikan seyogyanya dilakukan dengan cara yang lemah lembut, tidak harus tepat seperti yang kita (pendidik) mau. Ini karena latar belakang peserta didik yang berbeda, yang heterogen, baik daya kecerdasannya, hereditasnya, maupun stimulant motivasinya. Semua ini sangat mempengaruhi pribadinya. Oleh karena itu dibutuhkan sikap lemah lembut, penuh dedikasi dan kharismatik sebagai pendidik. Kalau tidak, para peserta didik akan lari meninggalkan bangku pendidikan. Yang pada akhirnya kita (para pendidik) akan kehilangan tujuannya, dan sasaran tidak akan tercapai. Dengan kata lain da'wah menjadi gagal.<br />Karena seorang pendidik adalah agen pembelajaran, berada di garis depan, berhadapan langsung dengan peserta didik, maka di samping suri tauladannya dengan sikap, ia juga harus memperhatikan gaya bicara dalam proses pembelajaran. Etika berbicara yang baik atau buruk akan didengar langsung oleh peserta didik. <br /><br />وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُوْلُوْا الَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُج إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْج إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِيْنًا.<br />"Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (QS [17] Al Isra: 53)<br /><br /> Tentu saja cara bicara yang mengindahkan norma (baik/buruk) akan berimbas kepada etika para peserta didiknya. Keteladanan para pengajar dan pendidik akan dijadikan cermin kehidupan mereka. Singkatnya, apa saja etika yang diterapkan para pendidik, baik prilaku, sikap, dan ucapan, sedikit atau banyak akan ditiru dan dijadikan pola dalam hidup mereka kelak. Oleh karena itu, etika akhlak yang baik dari para guru/pendidik mutlak dibutuhkan. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang lebih baik akhlaknya? <br />إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنُكُمْ أَخْلاَقًا.<br />"Sesungguhnya yang lebih baik diantara kamu adalah yang lebih baik akhlaknya". Demikian sabda Rasulullah SAW dalam kitab Mushannif Ibnu Abi Syaibah yang diterima dari Abdullah bin Amru.<br /><br /> Sebenarnya bukanlah pendidikan Islam jika tidak menggunakan etika, karena Islam sangat mengedepankan etika dan akhlak. Sebagaimana kita ketahui bahwa Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlah manusia. Itulah, secara historis, awal perlunya diadakan pendidikan Islam. Sehingga diharapkan lahir generasi yang tahu akan akhlak, baik akhlak terhadap Allah, Rasul, sesama manusia, yang lebih tua, bahkan kepada makhluak Allah lainnya.<br /><br />3. Klasifikasi Peserta Didik<br /> Peserta didik yang merupakan objek pendidikan dan perlu menerima ajaran dan didikan Islam, sebagai mana disebutkan di atas, adalah mencakup semua orang di lapisan masyarakat, mulai dari lingkungan terdekat (keluarga) sampai ke yang terjauh (masyarakat luas), baik dilaksanakan secara formal (di sekolah/madrasah), maupun informal (di lingkungan rumah tangga), bahkan non-formal (kursus dan LPK).<br /><br />a. Keluarga<br /> Keluarga merupakan wilayah terkecil dimana anggotanya menjadi sasaran pendidikan yang sangat efektif dan efisien. Pendidikan agama ditanamkan pada semua anggota keluarga. Dalam hal ini orang tua diharapkan menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya. Ayah—sebagai kepala keluarga—menjadi manajer utama dalam pendidikan bagi ibu dan anaknya. Harapan utama dari semua itu adalah menjadi keluarga yang bahagia dan selamat dunia akhirat. Allah berfirman :<br /><br />يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا. وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ. عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ.<br /><br />"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At Tahrim: 6) <br />Ayat di atas termasuk ayat Madaniyyah (diturunkan di Madinah). Situasinya tidak dalam keadaan perang dengan kaum kafir Quraisy, sehingga ayat-ayat yang serumpun dengan ayat di atas sangat tepat terkait dengan keluarga. <br />Mujahid berkata mengenai ayat di atas :<br /><br />قوا أنفسكم أوصوا أهليكم بتقوى الله وأدبوهم<br /><br />"Jagalah dirimu dan berilah wasiat-wasiat taqwa kepada ahlimu (keluargamu) dan didiklah mereka". Abdur Rozaq, sebagaimana diterima dari Mu'ammar dari Qatadah, berkata:<br /><br />مروهم بطاعة الله وانهوهم عن معصيته<br /><br />"(Menjaga keluarga itu adalah dengan cara) suruhlah mereka agar ta'at kepada Allah dan cegahlah mereka dari berbuat maksiat kepadaNya". Hal senada disampaikan oleh Sa'id bin Manshur dari Al Hasan. Sementara Al Hakim meriwayatkan dari jalan Rabi'i dari Ali tentang ayat "Quu anfusakum wa ahliikum naaron", dengan berkata:<br />علِّموا أهليكم خيرا (ajarilah keluargamu dengan pengajaran yang baik-baik) <br />Misalnya, memberi contoh, mengajari dan menyuruh anggota keluarga untuk mengerjakan dan mendirikan sholat dari pada orang tua sibuk ibadah dengan khusyu' sementara keluarga tidak pernah diperhatikan. Seperti yang disampaikan Imam Malik. Beliau asyik beribadah bersama Rasulullah SAW. Ketika Rasul mengetahui bahwa imam Malik mempunyai keluarga, maka Rasul bersabda:<br /><br /> ارْجِعُوْا إِلَى أَهْلِيْكُمْ، فَأَقِيْمُوْا فِيْهِمْ وَعَلِّمُوْهُمْ وَمُرُوْهُمْ). <br /><br />"Kembalilah kepada keluargamu. Dirikanlah sholat bersama mereka. Ajari dan perintahlah mereka untuk mendirikannya" (HR Bukhari). Dalam hal orang tua mengalami keterbatasan, baik kemampuan dan pengetahuan pendidikan maupun kesempatan/waktunya, mereka tetap berkewajiban melakukan dan memberikan pendidikan itu dengan menitipkannya ke lembaga-lembaga pendidikan.<br />Jika hal ini tidak dilakukan oleh orang tua, dihawatirkan akan menjadi penyebab masuk ke neraka, karena keluarga ini berubah menjadi pembangkang dan pendurhaka kepada Allah SWT.<br /><br /> Berikut ini adalah wasiat-wasiat pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya sebagaimana dikisahkan dalam Al Quran:<br /><br />1. Wasiat agar memeluk agama Islam. (QS Al Baqarah: 132)<br /><br />وَوَصَّى بِهَا إبْرَاهِيْمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُ يَابَنِيَّ إنَّ اللهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلاَتَمُوْتُنَّ إلاَّ وَأنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.<br />"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): 'Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam."<br /><br />2. Wasiat konfirmasi Tuhan yang disembah. (QS Al Baqarah: 133)<br /><br />أمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُ إذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ بَعْدِيْ قَالُوْا نَعْبُدُ إلَهَكَ وَإلَهَ ءَابَائِكَ إبْرَاهِيْمَ وَإسْمَاعِيْلَ وَإسْحَاقَ إلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُوْن.<br />"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".<br /><br />3. Wasiat supaya tidak mensekutukan Allah. (QS Luqman: 13) <br /><br />وَإذْ قَالَ لُقْمَانُ ِلابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ<br />"Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".<br />Dan wasiat-wasiat yang lain yang baik yang bersifat mendidik. Ingat sebaik-baik wasiat adalah wasiat taqwa.<br /><br />Bagian dari keluarga adalah kerabat. Dalam kamus Bahasa Arab-Indonesia Al Munnawir, kerabat (alqoroobatu) adalah sanak keluarga. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia berarti dekat (pertalian keluarga), mempunyai hubungan keluarga. Ini pun objek pendidikan yang mudah dijumpai dan dihadapi karena hubungannya yang dekat dalam keluarga. Sebagai peserta didik, mereka tidak akan banyak menentang. Allah berfirman dalam (QS [26] Al Syu'ara: 214):<br /><br />وَأنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ اْلأَقْرَبِيْنَ.<br /><br />"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat"<br />Dari penjelasan di atas, menurut DR. H.Atabik Luthfi, MA, pengertian keluarga terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:<br /><br />a. ahli – keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Golongan ini yang pendidikannya menjadi tanggung jawab penuh dan akan diminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Ini pula yang harus dijaga dari masuk neraka.<br />b. usrah/'ailah – keluarga inti dan orang-orang yang memiliki hubungan pertalian darah yang lebih luas, misalnya kakek/nenek, cucu, paman dan bibi. Golongan ini tidak dituntut untuk dijaga dari api neraka. Nemun demikian pendidikannya menjadi bagian keluarga kita, meskipun tidak menjadi tanggung jawab penuh. <br />c. 'asyirah – keluarga besar yang terdiri dari ahli, usrah dan orang-orang yang dekat dengan hubungan keluarga, misalnya mertua, menantu, ipar, anak angkat, anak tiri, besan, buyut, dan bahkan pembantu.<br /><br />b. Masyarakat<br /><br /> Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:<br /><br />خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (الحديث)<br /><br />"Sebaik-baik diantara kamu adalah yang belajar Al Quran dan kemudian mengajarkannya". Makna implicit dari hadits tersebut adalah bahwa kebaikan terbesar tidak hanya terdapat karena orang menuntut ilmu, tetapi juga mengajarkan ilmu yang diperoleh itu kepada masyarakat luas/umat. Ini dapat kita pahami bahwa peserta didik dalam jumlah banyak, yakni masyarakat, yang menerima didikan ilmu, akan pula mengajarkannya kepada masyarakat lain secara luas, yang pada akhirnya kebaikan dan taqwa, rasa takut terhadap perbuatan dosa dan siksa akan muncul dimana-mana. Sehingga pantas kalau Allah mensetarakan orang yang mau menuntut ilmu dengan tujuan hendak menyampaikannya kepada orang lain sejajar dengan orang yang ber-jihad fi sabilillah. <br /><br />وَمَاكَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ إذَا رَجَعُوْا إلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ.<br /><br />"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS [9] Al Taubah: 122). <br />Karena ayat (122) pada surat Al taubah ini merujuk pada kata-kata "liyundziruu qaumahum”, maka ia dijadikan dasar acuan bagi pendidikan formal, termasuk di Indonesia. <br />Demikian pula Rasulullah SAW memberi anjuran kepada utusan Abdul Qais, yaitu Malik bin Huwairits dkk, untuk menjaga imannya dan ilmu pengetahuan agar bermanfaat bagi orang lain. Beliau bersabda:<br /><br />ارْجِعُوْا إِلَى أَهْلِيْكُمْ فَعَلِّمُوْا هُمْ.<br /><br />"Kembalilah kepada kaum kalian dan ajarilah mereka".<br /><br />4. Sifat Peserta Didik Menurut Al Quran<br /><br /> Peserta didik dalam menerima pengajaran dan pendidikan Islam baik dari orang tua, kerabat tua, guru/ustadz maupun kiyainya berbeda-beda sifat sikapnya. Hal ini hamper sama dengan sifat dasar manusia pada umumnya. Dalam Al Quran disebut tidak kurang dari 5 (lima) kali/ayat, yakni:<br /><br />a. QS [17] Al Isra :11, bahwa manusia bersifat tergesa-gesa <br /><br /> وَكَانَ اْلإِنْسَانُ عَجُوْلاً.<br /> "dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa."<br /><br />b. QS [70] Al Ma'arij :20, bersifat keluh kesah.<br /><br /> إنَّ اْلإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا.<br /> "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir."<br /><br /> Hampir sebahagian dari peserta didik memiliki sifat-sifat ini. Kurangnya persiapan dalam belajar menjadi fenomena yang patut disayangkan. Mereka semestinya memiliki kesabaran dalam menekuni ajaran dan didikan, yang memang memerlukan waktu yang cukup untuk menjadi pribadi yang cakap dan diharapkan. Oleh karena itu para pengajar dan pendidik perlu memikirkan untuk memilih waktu yang tepat bagi para peserta didik untuk bisa berkonsentrasi dengan baik. Sebab kalau tidak mereka akan merasa bosan, mengeluh dan akhirnya malas. Demikian pula halnya Rasulullah SAW dalam memberikan nasehat, seperti yang diceritakan oleh Ibnu Mas'ud:<br /><br />كان النبيّ صلعم يَتَخَوَّلُنا بالموْعِظَةِ فِي اْلأيَّامِ كَرَاهَةَ السَّآمَّةِ عَلَينا<br /><br />"Adalah Nabi SAW selalu memilih waktu yang tepat bagi kami untuk memberikan nasihat, karena beliau takut kami akan merasa bosan."<br /><br />c. QS [18] Al Kahfi :54, bahwa manusia suka membantah<br /><br />وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِيْ هَذَا الْقُرْآنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍج وَكَانَ اْلإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلاً.<br />"Dan Sesungguhnya kami Telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah." <br /> <br /> Tidak sedikit peserta didik yang memiliki sifat ini. Sekiranya para guru/pendidik tidak bersabar dalam hal ini, pastilah mereka (peserta didik) termasuk orang yang mengalami kerugian yang besar. Para guru/ustadz perlu mencari terobosan metode pemberian pelajaran/pendidikan/nasehat yang arif dan cerdas, sedemikian hingga peserta didik merasa dihormati dan tidak disepelekan meski mereka suka membantah segala yang disampaikan. Sehingga sifat mereka yang semula oleh Allah disebut "aktsara syai-in jadalan", diharapkan mereka akan bersifat " aktsara syai-in jumaalan" yakni segala sifat yang dimilikinya adalah bagus.<br /><br />d. QS [90] Al Balad: 4, bersifat susah payah<br /><br />لَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنْسَانَ فِيْ كَبَدٍ.<br />"Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia berada dalam susah payah."<br />Karena peserta didik memiliki sifat susah payah dalam memahami nasehat, maka para guru/pendidik hendaknya mempermudah dengan penjelasan-penjelasan yang diperlukan. "berilah kemudahan dan jangan kalian persulit, berilah berita gembira dan jangan kalian menakut-nakuti", demikian sabda Nabi yang disampaikan oleh Anas bin malik.<br />يَسِّّرُوْا وَلاَ تُعَسِّّرُوْا وَبَشِّّّرُوْا وَلاَ تُنَفِّّرُوْا.<br /><br />e. QS [4] An Nisa: 28, bersifat lemah<br /><br />يُرِيْدُ اللهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ ج وَخُلِقَ اْلإِنْسَانُ ضَعِيْفًا.<br /><br />"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah." <br />Dalam konteks pendidikan, pun para peserta didik ada yang bersifat lemah, terutama dalam hal pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Namun demikian dengan menjadikan mereka sebagai sasaran pendidikan, dengan metoda yang dipilih sesuai dengan karakteristik peserta didik itu, yakni student centered, mereka akan mampu mengubah dirinya menjadi kuat dalam ilmu pengetahuan dan akhlak budi pekerti. "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga kaum itu mengubah nasib yang ada pada dirinya" (QS Ar Ra'du: 11).<br /><br /> Ayat-ayat di atas hanya mengungkapkan sifat-sifat negatif dari peserta didik karena memang Al Quran lebih banyak mengukapkan sifat-sifat negative dari pada sifat-sifat positifnya. Hal ini dimaksudkan agar manusia menyadari akan kelemahannya dan berupaya untuk memperbaikinya .<br />Dengan memperhatikan sifat-sifat peserta didik di atas, begitu juga sifat-sifat yang lain yang terkait, baik keluarga dekat maupun masyarakat luas, maka diperlukan kesabaran pendidik, antisipasi dini, motivasi tepat sasaran, dan metode cerdas dalam kegiatan. Peserta didik yang tidak tersentuh oleh upaya-upaya positif guru/pendidik dalam niatan perbaikan pendidikan Islam, akan berakibat pada gagalnya hakekat da'wah Islamiyah itu sendiri pada jenjang pendidikan.<br /><br />5. Penutup<br /><br /> Tabligh (penyampaian) pendidikan, baik ilmu pengetahuan maupun akhlak, baik pendidikan umum maupun Islami, merupakan tanggung jawab semua pihak, dalam skup yang terkecil (keluarga) ia adalah tanggung jawab orang tua. Sementara pada skup yang luas, tanggung jawab ada pada orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Orang tua terlibat dalam tanggung jawab pendidikan dalam skup yang lebih luas karena sesunggunhnya ia merupakan unsur dalam susunan keluarga-keluarga yang ada di masyarakat. <br /> Keluarga dan masyarakat perlu dididik dengan pendidikan agama agar tercipta kehidupan "baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur" (negeri yang baik yang penuh dengan ampunan Tuhan, yakni Tuhan tidak hendak mengadzab kaum secara kaafah dan merata), sebab kebenaran dari Allah yang sampai kepada kita harus pula diteruskan sampai kepada mereka agar tidak lantas menjadi kafir kepada Allah karenanya. Allah berfirman: "Wahai manusia, Sesungguhnya Telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun). Karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS [4] An Nisa: 170)<br />Dalam keluarga, anak adalah amanat yang harus dijada dipelihara dan dididik, agar kelak tidak menjadi fitnah (cobaan). Tinggal apakah kita mampu menghadapinya atau tidak. <br /><br />وَاعْلَمُوْا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيْمٌ.<br /><br />"Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS [8] Al Anfal : 28). Ayat lain yang senada dengan itu terdapat dalam (QS [64] Al Taghabun: 15).<br />Akhirnya, mudah-mudahan makalah ini menjadi inspirasi bagi yang membacanya untuk mengenal lebih jauh tentang apa, siapa, dan bagaimana memperlakukan objek pendidikan, yakni para peserta didik, agar pendidikan Islam kembali bergairah dalam menyongsong hidup yang lebih baik. <br />000<br /><br />Daftar Bacaan<br /><br />Amiruddin. 2003. Terjemah Fathul Baari-Syarah Shahih Bukhari Ibnu Hajar. Jakarta: Pustaka Azzam.<br />Depag RI. 2000.Al Quran dan Terjemahannya, Edisi Baru. Surabaya: CV Karya Utama <br />Ghazi, Samer. 2004. Quran 3.0--quran.vb-pro.net<br />Hadhiri, Choiruddin. 1995. Klasifikasi Kandungan Al Quran. Jakarta: Gema Insani Press<br />Sunarto, Achmad. 1999. Terjemah Riyadhus Shalihin An-Nawawi Jilid 1. Jakarta: Pustaka Amani.<br />----. 2002-2003. Mawsoaat Hadeeth-- IslamSpirit.com:Ada99Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01389283657369153170noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4974364226299128364.post-55436133798624332622009-12-08T01:41:00.000-08:002010-02-17T00:36:15.345-08:00KAJIAN TENTANG ETIKA DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGIOleh:<br />Nono Warsono*<br /><br /><span style="font-weight:bold;">1. Pendahuluan</span><br /><br />Ketika hidup dijalani, seorang manusia tidak akan terlepas dari keterikatan <br />hubungan dengan manusia lainnya. Hal ini dapat dipahami karena ia adalah makhluk sosial. Tidak satupun yang merasa dan siap menghadapi kenyataan hidup seorang diri di tengah keramaian dan hiruk pikuknya dunia ini tanpa bantuan orang lain. Bahkan Islam mengajarkan akan pentingya hablun min Allah dan hablun min al naas (hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia) dan shilah al rahim (hubungan kasih sayang), sehingga tercipta kehidupan yang ideal dan harmonis.<br />Namun, aktivitas yang dilakukan manusia dalam interaksi sosial itu tidak akan pernah lepas dan selalu bersinggungan dengan nilai-nilai, baik yang tertulis maupun tidak. Sehingga disadari ataupun tidak, dalam menjalani aktivitas hidupnya, selalu dilandaskan pada nilai-nilai dalam lingkup dirinya, orang lain dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.<br /><br />Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat pun seyogyanya tidak terlepas dari nilai-nilai sebagai pengontrol/pengendali, agar tidak terjerembab ke dalam keangkaramurkaan dan nafsu serakah yang pada akhirnya akan menghancurkan dunia dan peradaban manusia itu sendiri. Iptek yang disenyawakan dengan nilai-nilai atau etika ilmiah niscaya akan membuahkan produk yang bermanfaat tanpa harus bermasalah dengan tatanan peradaban umat manusia.<br />Pembahasan yang terkait dengan konsep nilai, sebanarnya merupakan kajian yang sangat erat secara substansial dengan persoalan etika. Kajian dalam persoalan ini biasanya mempertanyakan "apakah baik atau buruk", atau "bagaimana mestinya berbuat baik sehingga tujuan dapat dicapai dan bernilai". Menyikapi hal tersebut, dalam pembahasan makalah ini, akan dipaparkan tentang apa pengertian dan kajian etika ditinjau dari sudut pandang ontologi, epistemologi, dan aksiologi.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">2. Nilai, Etika, dan Filsafat</span><br /><br />a. Nilai<br /><br />Nilai diartikan sebagai suatu keyakinan/kepercayaan yang berkaitan dengan cara bertingkah laku untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan oleh manusia dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya. Definisi tersebut adalah seperti yang disarikan dari pendapat para ahli ilmu pengetahuan yang tertarik dengan tingkah laku manusia dan konsep nilai. <br />Beberapa diantaranya adalah:<br /><span style="font-style:italic;">"Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence." (Rokeach, 1973) <br />"Value is a general beliefs about desirable or undesirable ways of behaving and about desirable or undesirable goals or end-states". (Feather, 1994) <br />"Value is desirable transsituational goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a person or other social entity". (Schwartz, 1994)<br />Schwartz (1994)</span> menambahkan bahwa pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk. Dalam membentuk tipologi dari nilai-nilai, ia mengemukakan teori bahwa nilai berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial.<br /><br />Sekarang jika diperhatikan, sebenarnya kehidupan memaksa kita untuk mengadakan pilihan, mengukur sesuatu dari segi lebih baik atau lebih buruk dan untuk memberi formulasi tentang ukuran nilai. Kita memuji atau mencela, mengatakan bahwa suatu tindakan itu benar atau salah. Setiap individu mempunyai perasaan tentang nilai, sehingga setiap gerak langkah dan prilakunya harus dipertimbangkan apakah harus atau tidak perlu mempunyai ukuran, keyakinan, kesetiaan atau idealisme sebagai dasar untuk mengatur kehidupan. Begitu juga apakah ukuran-ukuran itu konsisten atau tidak, harus mengembangkan kehidupan atau merusaknya. <br /><br />Kita sadar betul bahwa menganggap sepi dari peran nilai berarti mempunyai gambaran yang keliru tentang manusia dan alamnya. Karena meskipun beberapa ilmuwan Barat menganggap pengetahuan yang dikembangkannya tidak tidak harus bersinggungan dengan nilai, seperti yang dikemukakan sekelompok ilmuwan bahwa filsafat dan ilmu bebas nilai (value free), namun ternyata ada beberapa cabang pengetahuan yang terkait dengan masalah nilai, misalnya ekonomi, etika, estetika, filsafat agama dan epistemology kebenaran. Semua ini pasti membutuhkan kaidah nilai. Meski demikian, bukan berarti cabang ilmu lainnya sama sekali tidak perlu berkaitan dengan nilai-nilai, sebab apapun disiplin dan cabang ilmunya, jika system dan proses konstruksinya terlepas dari kaidah nilai, maka dipastikan atau setidaknya dimungkinkan akan berdampak pada hilangnya nilai substantifnya. Dengan kata lain hal ini akan memberangus keluhuran martabat penggunanya.<br /><br />b. Etika<br /><br />Sementara etika, pada dasarnya merupakan penerapan dari nilai tentang baik buruk yang berfungsi sebagai norma atau kaidah tingkah laku dalam hubungannya dengan orang lain, sebagai ekspektasi atau yang diharapkan oleh masyarakat terhadap seseorang sesuai dengan status dan peranannya. Dilihat dari asal usul kata, etika berasal dari bahasa Yunani "ethos" yang berarti adat istiadat/kebiasaan yang baik. Pada perkembangannya, etika adalah studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana mereka harus bertindak. <br /><br />Dalam teori nilai, etika dijadikan sebagai salah satu unsur penting dalam kajian filsafat. Ini berarti bahwa tingkah laku sosial manusia bertumpu pada system nilai yang berlaku, di manapun posisi dia berada. Peribahasa "dimana bumi dipijak, disitu langit dijungjung" barangkali sangat cocok menjadi gambaran diperlukannya penerapan etika.Etika dapat berfungsi sebagai penuntun pada setiap orang dalam mengadakan kontrol sosial. Karena etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formalnya adalah norma-norma kesusilaan manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik dalam suatu kondisi yang normative, yakni adanya pelibatan norma. Ketika bersinggungan dengan norma, maka muncullah pemikiran-pemikiran tentang etika itu sendiri. Sebagaimana dikatakan Dr. Frans Magnis Suseno, bahwa etika memang tidak dapat menggantikan agama, tetapi di lain pihak tidak bertentangan dengan agama. Manusia akan menjadi baik sekalipun tidak mempunyai tuntunan sebagai mana disebut dalam Al Quran, yaitu dengan mengandalkan akal budi dan daya pikirannya untuk memecahkan masalah atau dengan kata lain kita sebut kebijaksanaan. Sehingga dengannya, kita dapat memilih mana yang baik dan mana pula yang buruk bagi kita. <br />Namun perlu ditegaskan dalam diri kita bahwa Yang Maha Bijaksana hanyalah Allah, sehingga kebijaksanaanNya dalam mengatur dan menentukan sesuatu hal berada di atas kebijaksanaan kita. Oleh karenanya jika mungkin orang akan menjadi baik tanpa tuntunan Al Quran, maka "baiknya" adalah tidak baik, atau paling tidak menjadi "semu". Dalam Islam, semua urusan manusia, termasuk urusan segai baik dan buruk, jika tidak ada tuntunan dalam Al Quran, maka mesti dirujuk dalam al Hadits. Sedang urusan baru yang mungkin ditemukan pada abad modern dewasa ini, maka dasar tuntunannya adalah ijtihad qiyashi, yakni ijtihad dengan memperhatikan perbadingan qaidah ushul. Jadi, etika di sini yang penulis maksud, adalah etika yang didasarkan pada asas ruh Islam.<br /><br />c. Filsafat <br /><br />Dari segi semantik, filsafat dalam bahasa Yunani adalah "philosophia" yang diartikan sebagai cinta/suka kepada pengetahuan, hikmah/kebijaksanaan, atau kebenaran. Filsafat mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa. Karena ia merupakan hasil daya upaya manusia dengan akal budinya dalam memahami dan mendalami hakikat yang ada, maka ranah Tuhan, alam semesta, dan manusia itu sendiri menjadi sasaran dalam pengkajiannya. <br />Dikaitkan dengan etika, maka filsafat merupakan induk pengayomnya. Ilmu-ilmu lain seperti: logika, metafisika, estetika, epistemologi, filsafat sejarah, sosiologi dan antropologi, dan lain-lain juga berada di naungannya. Dengan kata lain cabang-cabang ilmu yang dalam kajiannya memerlukan pola berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh dalam menemukan hakikat kebenaran segala sesuatu, merupakan kajian filsafat. Apapun yang dipelajari dalam etika, adalah nilai-nilai kebenaran dan hikmah. Karena ia adalah bagian dari filsafat, maka segala yang dipelajari dalam teori nilai (axiology) haruslah dilakukan secara mendalam dan sungguh-sungguh.<br /><span style="font-weight:bold;"><br />3. Sistem Filsafat Moral</span><br /><br />Secara garis besar, sistem filsafat moral dibedakan dalam dua macam etika, yaitu etika bertujuan (teleologis) dan etika berkewajiban (deontologis). Dalam hal ini filsafat dipusatkan pada pemberdayaan nilai-nilai moralitas ilmu. Etika dipandang sebagai ruh dalam memberi batasan-batasan penggalian pengetahuan yang mendalam. Sehingga hasil yang didapat, baik secara empirik maupun rasional, menjadi bermakna karena adanya pengevaluasian terhadap nilai manfaatnya.<br /><br />a. Etika Bertujuan<br /><br />Dalam etika ini, sistem filsafat moral terbagi dalam beberapa aliran (isme). Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Ini karena tokoh pencetusnya menggunakan paradigma tujuan yang berbeda.<br /><br />1).Hedonisme<br /><br />Aliran ini berasumsi bahwa hal yang terbaik bagi manusia adalah kesenangan (hedone), yaitu segala apa yang dapat memuaskan keinginan kita. Aristippos (±433-355 SM) berpendapat bahwa yang baik adalah kesenangan karena fakta menunjukkan bahwa sejak kecil manusia tertarik akan kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Sedangkan kesenangan itu bersifat badani yang hakikatnya adalah gerak. Ia juga bersifat aktual, bukan masa lau (ingatan) dan bukan pula masa yang akan datang (harapan), tetapi sekarang dan di sini. Termasuk bersifat individual, karena dialami oleh setiap individu. Meskipun dilakukan secara sosial, namun tetap saja kesenangan dirasakan oleh orang perorangan. <br />Hal senada dikemukakan oleh Epikuros (341-270 SM). Ia menyebutkan bahwa kesenangan adalah tujuan kehidupan manusia. Namun demikian, katanya, yang terbaik dan terpenting adalah yang terbebas dari segala keinginan itu, tapi justru mencapai ketengan jiwa (ataraxia).<br /><br />2).Eudemonisme<br /><br />Dikatakan bahwa dalam tiap aktivitas, manusia mengejar tujuan dan tujuan akhir yang ingin dicapai adalah kebahagiaan (eudemonia). Agar hal ini dapat dicapai, maka diperlukan cara-cara untuk menjalankan fungsi rasio/akalnya. Sebagaimana digagas oleh Aristoteles (384-322 SM). Di sini kekuatan rasio manusia harus dibarengi dengan kekuatan moralnya. Sedemikian hingga eudemonia betul-betul terasa mendalam.<br /><br />3).Utilitarisme<br /><br />Prinsip aliran ini adalah kegunaan (utility). Jeremy Bentham (1748-1832) mengemukakan sebuah teori, yaitu kebahagiaan terbesar adalah berasal dari jumlah orang terbesar (the greatest happiness of the greatest number). Oleh karenanya penetapan kegunaan pun melalui kuantifikasi (the hedonistic number), yakni penentuan jumlah terbesar. Artinya suatu perbuatan dinilai baik, menurut paham ini, jika dapat meningkatkan kebahagiaan orang sebanyak mungkin. <br />Namun John Stuart Mill (1806-1873), tokoh lain aliran ini, menambahkan bahwa kebahagiaan dan kesenangan tidak hanya diukur dengan kuantitasnya saja, tetapi juga perlu mempertimbangkan sisi kualitasnya. Dikatakannya bahwa kesenangan dan kebahagiaan itu ada yang bermutu tinggi ada pula yang rendah. <br />Jadi, penilaian suatu perbuatan itu baik atau tidak dipengaruhi oleh penentuan kualitas dan kuantitas terhadap kesenangan dan ketidaksenangan. <br /><br />b. Etika Berkewajiban<br /><br />Salah seorang pakar etika deontologis, Immanuel Kant (1724-1804) berpendapat bahwa yang baik itu adalah kehendak baik itu sendiri. Suatu kehendak menjadi baik karena bertindak menurut kewajiban. Kewajiban dimaksud adalah imperative category (perintah yang mewajibkan begitu saja, dan tanpa syarat). Ini nantinya menjadi hukum moral. Dikatakannya bahwa kebebasan bukan berarti bebas dari segala ikatan, tetapi tetap dengan taat pada hukum (moral).<br /><br /><span style="font-weight:bold;">4. Implementasi Nilai Etik dalam Ilmu</span><br /><br />Telah diuraikan pada bagian terdahulu, bahwa disukai atau tidak, nampaknya nilai-nilai etika dipandang perlu diimplementasikan pada setiap kegiatan ilmiah, sebagai penyeimbang agar produknya tidak mengabaikan sisi-sisi kemanusiaan. Ilmu diharapkan menjadi melek moral. Sementara nilai diperlakukan bersenyawa dengan proses dan hasil kemajuan itu. <br />Namun, dalam pertimbangannya, para ilmuwan berbeda pandangan terhadap apakah etika diperlukan dalam pekerjaan-pekerjaan ilmiah atau tidak. Apakah ilmu tidak menjadi stagnan atau mengalami kemunduran karena terlalu banyaknya pertimbangan nilai. Prof. DR. H. Cecep Sumarna (2008) membedakannya menjadi dua golongan. Pertama, ilmuwan yang menggunakan satu pertimbangan, berupa kebenaran dengan mengesampingkan semua pertimbangan nilai. Kedua, mereka yang menganggap perlunya memasukkan pertimbangan nilai-nilai etik dan nilai-nilai kesusilaan. Sehingga sisi utility(kegunaanya) terasa sebagai penyeimbang pertimbangan nilai kebenaran dalam setiap aplikasi ilmu. <br />Bertolak dari pandangan para ilmuwan yang satu sama lain berbeda, dengan berbagai dalil alasan yang dikemukakannya, dapat kita pahami bahwa pemasukkan nilai etika ke dalam ilmu, diterima atau tidaknya, akan sangat berurusan dengan tujuan penciptaan ilmu itu sendiri. Ilmuwan yang tujuan penciptaannya memperhatikan segi kemanusiaan dan kesusialaan demi kebenaran tujuan penggunaannya, akan berupaya memasukkan nilai etik ke dalam ilmu. Faktor empirik dan rasional tidak dimentahkan dengan adanya nilai etik, tapi justru dijadikannya bernilai/bermartabat bagi kemaslahatan umat manusia. Pandangan bahwa ilmu harus bebas nilai (free value) adalah sebuah keangkuhan dalam berhubungan dengannya.<br />Sedangkan ilmuwan yang tujuan penciptaannya harus steril dari nilai-nilai metafisik, akan berupaya membendung dan menafikan keterlibatan nilai etik. Penulis beranggapan kalangan ilmuwan pada golongan ini, melakukan dikotomi / pemisahan untuk suatu tujuan penciptaan tidak secara sosial atropogal, melainkan secara eksak matematis. Pertimbangan konotasi atas evaluasi ilmu dianggap tidak diperlukan sebagaimana dipergunakan oleh kalangan ilmuwan yang membolehkan.<br />Fakta sejarah telah terbukti, proses dan pengawasan terhadap hasil rekayasa ilmu tidak selamanya dipergunakan dengan bebas dampak negatif. Sejak perang dunia kedua, bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima (Jepang) oleh sekutu dibawah pimpinan Amerika Serikat, berdampak negatif pada hilangnya sisi-sisi kemanusiaan dan rusaknya peradaban manusia. Obat bius jenis psikotroprika yang semestinya digunakan dalam pembedahan klinis, dengan lemahnya pengawasan yang menyeluruh, begitu juga teknologi kondom, karena bebas nilai moral dan tidak disertai dengan aturan yang jelas dan mengikat sebagai bentuk pengawasan, maka yang terjadi adalah penyalahgunaan (misuse).<br /><br />Kita patut berbangga karena ilmu pengetahuan telah dikembangkan sedemikian rupa. Ia banyak menawarkan jasa bagi pemenuhan hajat hidup manusia, baik bersifat primer (kebutuhan pokok), sekunder (kebutuhan penyerta/sampingan), ataupun tersier (kebutuhan luks kesenangan). Kesemuanya merupakan produk dari perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan. <br />Di bidang kedokteran, dengan ditemukannya berbagai macam obat, termasuk antibiotika, membawa dampak bagi terselamatkannya jutaan manusia yang sakit. Di bidang pengayaan Uranium, tenaga muklir amat berjasa dalam pembangkit tenaga listrik. Di bidang militer, pengembangan peralatan senjata mutakhir, akan sangat membantu dalam pertahanan negara. <br />Namun semua itu akan bernilai baik jika ilmu pengetahuan sebagai pilar utamanya dan hasil yang telah dikembangkan itu diikat dengan nilai. Dengan demikian tragedi dehumanisasi tidak akan menggejala. Majunya ilmu diharapkan mengikatnya nilai peradaban umat manusia. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">5. Manfaat Mempelajari Etika</span> <br /><br />Seperti diibaratkan nasihat dokter kepada pasien dengan memberikan petunjuk/nasihat tentang apa yang boleh dan tidak berkenaan dengan penyakitnya, maka etika dapat membuat kita menjadi baik ataupun tidak bergantung pada kemauan kita mau mengikutinya atau tidak. Jika kita mau mentaati etika maka kita bisa menjadi manusia yang baik, jika tidak ia tidak akan berguna bagi kita. Yang jelas, manfaat yang diberikan begitu besar kepada siapapun yang mengikutinya. Ia dapat membukakan mata manusia untuk melihat baik dan buruk. <br />Sebenarnya tujuan etika bukan hanya untuk mengetahui pandangan (teori) di dalamnya semata. Akan tetapi yang paling penting adalah agar mendorong kita supaya membentuk hidup bahagia, menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan serta memberikan manfaat kepada sesama manusia.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">6. Penutup</span><br /><br />Secara ontologi, etika dalam filsafat ilmu yang merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat, adalah bagian yang tak terpisahkan dalam peradaban umat manusia. Sifat dasarnya sangat kritis, karena selalu mempersoalkan norma-norma yang berlaku, menyelidiki dasar dari norma-norma tersebut, begitu juga siapapun yang menetapkan norma itu. <br /><br />Dari segi kegunaan (aksiologi), bahwa kehidupan manusia perlu ditopang dengan nilai-nilai etika, agar keberadaannya betul-betul dapat dinikmati dengan penuh arti. Dehumanisasi tidak perlu terjadi bilamana human (manusia) berikap legowo menetapkan etika kerja dan etika pengkajian ilmu. Itulah sebabnya mengapa kajian yang mendalam dan sungguh-sungguh ini dikemas dalam wadah filsafat.<br /><br />Kita bersyukur sebahagian para ilmuwan telah berani memfatwakan perlunya nilai etika dalam semua bidang dan sendi-sendi kehidupan. Meski sebagian yang lain menafikannya. Sebab yang terpenting adalah berpulang kepada kitanya, mau mengiktui etika atau tidak. Mudah-mudahan kesungguhan kita dalam pengamalannya itu akan beroleh manfaat yang besar dan tak hingga nilainya.<br />Akhirnya mudah-mudahan makalah ini membawa percerahan baru bagi yang membacanya dalam memperoleh pemahaman tentang etika sebagai bagian dari filsafat ilmu.<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">7. Sumber Bacaan</span><br /><br />Bertens, K. 1999. Etika. Jakarta: Gramedia<br />Ramadhan, M Suradi. 2009. Teori Nilai (Etika). www.dpdimmriau.co.cc.<br />Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press.<br />Ululalbab, Wahyu. 2009. Nilai, Etika, Idealisme Dalam Filsafat. http://wahyu-ululalbab.blogspot.com.<br /><br /><br />* Penulis adalah mahasiswa program pascasarjana (S-2) IAIN Syekh Nurjati Cirebon (2009)<br /><br /><br />To:<br /><a href="http://artikelalfaqihwarsono.blogspot.com/">artikel</a><br /><a href="http://puisialfaqih.blogspot.com/">puisi</a><br /><a href="http://nonobahasainggris-smp.blogspot.com/2010/01/pelajaran-bahasa-inggris-smp.html">pelajaran Bahasa Inggris SMP</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01389283657369153170noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4974364226299128364.post-85239997271912333392009-12-08T01:37:00.000-08:002010-02-17T00:47:11.983-08:00BELAJAR MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2003 DALAM PENDIDIKANOleh : Nono Warsono <br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjj1t1g4So9ynbXGyswPqImHqEUls4IZZDYXWPRyuYmpieqEHNY_hEvOFlfts7DLuZnQGY0553p45NcRKjNquJJ1hOOSL5Nizcj1OKYNEvuEwqn-SPffKL_2wwnRjhku_J6A0IHYLZC-4/s1600-h/Nonow0001.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 106px; height: 151px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjj1t1g4So9ynbXGyswPqImHqEUls4IZZDYXWPRyuYmpieqEHNY_hEvOFlfts7DLuZnQGY0553p45NcRKjNquJJ1hOOSL5Nizcj1OKYNEvuEwqn-SPffKL_2wwnRjhku_J6A0IHYLZC-4/s320/Nonow0001.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412798053123617986" /></a><br /><br /><br />Perkembangan teknologi computer memberikan banyak manfaat dan kemudahan-kemudahan terutama dalam dunia pendidikan. Betapa tidak, beberapa tahun yang lalu ketika para pendidik diperkenalkan dengan program computer semisal Microsoft Word, mereka sudah dimudahkan dalam hal pengetikan naskah soal, program pembelajaran, dan laporan-laporan lainnya yang menggunakan program olah kata ini. Namun demikian, para guru masih menemukan kendala dan kesulitan-kesulitan ketika melakukan proses komputasi / hitung dan format data base yang cepat, semisal analisis hasil ulangan, laporan keuangan program sekolah, dan mmatrik / tabulasi yang berjumlah banyak. Tetapi setelah diperkenalkan program Microsoft Excel, hal itu bias diatasi.<br />Dalam makalah ini disajikan beberapa hal tentang bagaimana belajar menggunakan Ms. Excel 2003 dari kelompok program aplikasi Microsoft Office. Sebenarnya penggunaan semua versi Ms. Excel tidaklah jauh berdeda. Hanya saja, mungkin, kelengkapan fasilitas yang ditawarkan dari taip versi sedikit berbeda.<br /><br />1. Mengenal Jendela Microsoft Excel 2003 dan Aplikasinya<br />Dalam jendela Ms. Excel 2003, terlihat bagian-bagian antara lain sebagai berikut:<br /> <br /><br />a. Menu Bar (Daftar Menu)<br /> 1) File<br /> Pada menu ini yang paling umum digunakan adalah: New (membuka lembar kerja baru yang masih kosong)-di toolbar dapat diakses dengan meng-klik ikon , Open (membuka lembar kerja/file yang pernah disimpan sebelumnya) kalau<br /> <br /> di toolbar dengan meng-klik ikon . Pada tab Look in, klik drop-down untuk mencari direktori tempat file tersimpan, klik nama file, lalu klik Open atau tekan Enter pada Keyboard, maka file akan terbuka.<br /> Close (menutup lembar kerja yang sedang terbuka)- atau dapat dengan mengklik tanda di sudut kanan atas jendela lembar kerja, <br /> Save (menyimpan lembar kerja/file yang sedang terbuka), Save As.. (menyimpan lembar kerja/file yang sedang terbuka dengan nama baru. Jika file baru pertama kali disimpan, maka fungsi Save dan Save As. Ini dapat diakses dengan mengklik ikon <br /> pada Toolbar. <br /> <br /> Pada tab Save in klik drop-down untuk mencari direktori dimana file akan disimpan. Pada kotak File name, ketik nama file yang tepat, lalu klik Save, atau tekan Enter pada keyboard.<br /> File Search (mencari nama file yang telah tersimpan pada suatu direktori)<br /> <br /> Gbr 1 Gbr 2 <br /><br /> Pada Gbr 1, di kotak Search text, ketik nama file yang hendak dicari, lalu klik tombol Go. Hasil pencarian terlihat di Gbr 2. Untuk membukanya, klik nama file tersebut.<br /> Page Setup (menyetel halaman kertas)<br /> <br /> pada Page size, pilih jenis kertas yang akan dipakai. Pada orientation, pilih posisi kertas. Klik OK.<br /> Print Preview (memperlihatkan tapilan lembar kerja sebelum dicetak), dan Print (mencetak lembar kerja ke dalam lembaran kertas)<br /><br /> <br /><br /> Cocokkan nama printer dengan printer yang akan digunakan. Pada print range, pilih All jika akan mencetak semua halaman file dalam lembar kerja, Pages from .. to .. jika akan mencetak beberapa halaman yang terpilih saja. Lalu klik OK. Jika memerlukan penyetelan, klik Properties… <br /><br /> 2) Edit<br /> Pada menu ini, yang paling umum digunakan adalah sub menu: Undo (membatalkan perintah). Sub menu ini dapat diakses dengan meng-klik ikon .<br /> Cut (Memotong). Pada keyboard, dapat diakses dengan meng-klik ikon , atau dapat diakses dengan meng-klik kanan cell tersebut, lalu klik Cut.<br /> Copy (Menyalin). Pada keyboard, dapat diakses dengan meng-klik ikon , atau dapat diakses dengan meng-klik kanan cell tersebut, lalu klik Copy.<br /> Paste (Menempelkan hasil Cut atau Copy pada cell yang baru). Pada keyboard, dapat diakses dengan meng-klik ikon, . Atau dapat diakses dengan meng-klik kanan pada cell baru, klik paste.<br /> Delete (menghapus isi cell yang terpilih), dapat pula diakses dengan meng-klik kanan cell tersebut, lalu pilih Delete..<br /> pilihan Shift cell left berarti menghapus isi cell tersebut dan posisinya diisi oleh data dari cell sebelah kanan cell yang dihapus. Pilihan Shift cell up berarti menghapus isi cell tersebut dan posisinya diisi oleh data dari cell bawah. Pilihan <br /> <br /><br /> Entire row berarti menghapus data dari baris itu seluruhnya. Pilihan Entire column berarti berarti menghapus data dari kolom itu seluruhnya.<br /><br /> 3) View<br /> Menu tampilan jendela lembar kerja ini terdiri atas: Normal (tampilan Norman, Grb.1), Page Break Preview (tampilan batas halaman, Grb 2), Toolbars, Formula Bar, Status bar, Header and Footer (Gbr 3), Zoom (Gbr 4)<br /> <br /><br /> 4) Insert<br /> Menu untuk menyisipkan sesuatu ke dalam lembar kerja ini memiliki sub menu : Rows (menyisipkan baris) di atas baris yang sudah ada, baris baru akan ditambahkan. Columns (menyisipkan kolom), maka kolom baru akan di tambahkan di sebelah kiri kolom yang sudah ada. Worksheets (menyisipkan lembar kerja baru), fungsi ini sama dengan jika kita meng-klik kanan tab Sheet yang sedang aktif. <br /> Chart (menyisipkan grafik), misalnya grafik kemajuan belajar :<br /> Grafik Kemajuan Belajar<br /> Kelas / Semester: VII A / 1<br /> Tahun Pelajaran : 2009 / 2010<br /><br /><br /> <br /> Gbr. 1<br /><br /> <br /> Gbr. 2<br /> <br /> Gambar (1) adalah data masukan yang akan dibuat grafiknya. Klik Insert, Chart. Maka akan muncul seperti gambar (2). Pilih tipe Chart-nya, klik Next, untuk Data Range sorot data masukan pada gambar atas. Klik Next, pada menu title ketik judul pada Chart Title, ketik katagori pada axis (x) dan/atau (y)nya. Klik Next, Finish. Hasilnya seperti pada gambar (3).<br /> Function… (menyisipkan fungsi rumus).sub menu ini sama dengan meng-klik lambang pada formula bar, yaitu akan muncul kotak dialog sebagai berikut:<br /> <br /><br /> Untuk Most Category Used, disajikan rumus-rumus yang biasa digunakan yaitu:<br /> a. SUM (Menjumlah data pada range) b. MAX (Memunculkan nilai terbesar)<br /> <br /> <br /> c. MIN (Memunculkan nilai terkecil) d. AVERAGE (Menghitung rata-rata)<br /> <br /><br /><br /><br /> e. STDEV (Menghitung Standar Deviasi) f. IF (Menentukan logika, JIKA)<br /> <br /><br /> g. COUNT (Menghitung jumlah bukan h. COUNTIF (Menghitung jumlah bukan<br /> angka) angka tertentu/dengan syarat “jika”)<br /> <br /><br /><br /> i. SUMIF (menghitung jumlah yang HASILNYA (dari a-i di atas) adalah:<br /> kriterinya disebutkan)<br /> <br /><br /><br /><br /><br /> <br /> Picture (menyisipkan gambar). Gambar/image ini dapat diambil dari ClipArt, setelah tampilan Clip Art terbuka, klik Organize Clips , klik ganda pada Office Collections, klik katagori-nya, lalu klik image/gambarnya, klik Copy. Lalu Paste di cell baru.<br /> <br /> hasilnya : <br /> Picture juga dapat diambil dari file (From File..) Kotak Insert from File terbuka, pilih direktori dimana file tersimpan, pilih gambar, lalu klik Insert.<br /> <br /><br /> Juga dapat meng-insert Struktur Organisasi dengan memilih Insert, Organization Chart… <br /> Misal:<br /> <br /> <br /> Bahkan dapat pula terhubung dengan file lain (teks dokumen, gambar, video, atau musik), misalnya Insert , Hyperlink, lagu (Sakura- Rossa):<br /> Pilih judul lagu, lalu klik OK. <br /> <br /><br /> Hasilnya , untuk membukanya, klik alamat hyperlink itu. Pada kotak dialog [Do you want to continue?] pilih Yes. [Do you want to open this file?], pilih Yes.<br /> <br /> <br /> maka hailnya akan ditampilkan Winam untuk lagu tersebut.<br /> <br /> <br /> Untuk Insert, Hyperlink, gambar, maka lakukan hal yang sama. Ketika muncul kotak dialog di bawah ini, maka klik ikon Browse for file. Di kotak dialog Link to file, pilih gambar yang dikehendaki, jangan lupa pada files of type pilih All files, klik OK. Pada tampilan Insert, Hyperlink beikutnya, pilih OK.<br /> <br /><br /> Maka alamat hyperlink untuk gbr itu adalah sebagai berikut:<br /> <br /> <br /> Untuk membukanya sama seperti pada hyperlink lagu di atas. Hasilnya:<br /> <br /><br /><br /> 5) Format<br /> Menu ini terdiri dari : Cells.. Pada Format, Cells terdapat tab Numbers, berupa pemformatan : nomor (dengan decimal dan/atau separator) (Gbr 1), mata uang dengan simbolnya (Gbr 2), Tanggal (Gbr 3),<br /><br /> <br /> Gbr 1 Gbr 2 Gbr 3 dll.<br /> Alignment .. berupa perataan pada cell terutama hasil merge dan orientasi teks.<br /> Misalnya posisi teks. Teks no 2, menggunakan Alignment dengan orientasi teks vertical. Teks no.3, menggunakan Alignment dengan orientasi teks normal dan teks alignment Horizontal dan Vertical menggunakan Center.<br /> <br /> Maka menjadi :<br /><br /> Border berupa garis tepi data pada tabel baik outline maupun garis dalam tabel. <br /> <br /><br />Atur style (model garisnya, dan atur pula warna garisnya pada color, klik pada tampilan border. Maka hasilnya akan diformat sesuai dengan yang telah diatur.<br /><br /><br /> <br /><br /> Pattern (warna isian table dalam border), dapat diisi warna solid ataupun warna pola), seperti cell 2 Jakarta, diisi dengan warna solid orange dan cell 3 Jakarta diisi dengan pattern kotak-kotak <br /> <br /> Langkah-langkahnya:<br /> <br /><br /> <br /> Rows.. (pengaturan tinggi baris / Height. Misalnya baris 1 tinggi 30, baris 2-4 tinggi (default= 2.75), baris 5 tinggi 30. berikut kotak dialog dan hasilnya<br /> <br /> , hasilnya: <br /> Column.. (pengaturan lebar kolom/ Width. Penagturannya sama seperti pada Rows .<br /> 6) Tools. Tidak Banyak yang dilakukan pada menu ini.<br /> 7) Data, berisi antara lain : Sort.. (menyortir/menyusun secara alphabets) misalnya:<br /> <br /> setelah di sortir dengan menjadi: <br /><br /><br /><br />b. Toolbars<br />Toolbars adalah sederet ikon yang merupakan kunci pintas sebagai pengganti sub-menu yang telah diuraikan di atas. <br /> <br />Toolbars atas dari kiri adalah : New (lembar kerja baru), Open (buka file yang tersimpan), Save (simpan file aktif), Permission (akses), E-mail, Print (mencetak), Print preview (tampilan pra cetak), Spelling (ejaan teks), Research (pencarian data ulang), Cut (potong data), Copy(salin data), Paste (tempelkan hasil Cut / Copy), Format painter (sapu salin format), Undo (batalkan perintah), Redo (kembalikan perintah yang dibatalkan), Insert hyperlink, AutoSum (jumlahkan secara langsung), Sort (A-Z dan Z-A), Chart Wizard (Wizard table), Drawing (menggambar), Zoom.<br />Toolbars bawah dari kiri adalah: Format Fonts (jenis, ukuran dan gaya huruf: Tebal, miring, garis bawah), Align (perataan teks: kiri, tengah, dan kanan), Merge and center (merger dan rata tengah teks), style : Currency (mata uang), percentage (persen), Comma, decimals : Increase/Decrease, Indent: Increase/Decrease, Borders, Fill colors (warna isi cell), Font colors (warna huruf)<br />c. Cell Aktif<br />Sel yang merupakan ordinat dari kolom dan baris, tempat meng-input data ke dalam lembar kerja.Nama posisi sel aktif dapat dilihat pada Name Box yang letaknya sejajar dengansebelah kiri formula bar.<br />d. Formula Bar<br />Pada sel ini disajikan daftar fungsi perumusan jika di-klik fungsi [fx]nya.<br />e. Sheet tabs<br />Tabs lembar kerja ini secara default disajikan sebanyak tiga buah dengan nama : Sheet 1, Sheet 2, Sheet 3. Namun kita data menambah atau menghapus bila dibutuhkan. Bahkan mengganti nama, memberi warna, memindah dan menyalin tabs. Untuk keperluan ini Sheet dapat diklik kanan. Pada pop-up berisi: Copy, Move, Delete, Rename, tab color, dll.<br /><br />2. Beberapa Contoh Penggunaan Pada Lembar Kerja Ms. Excel 2003<br />a. Daftar Hadir (Merger, perataan, border, shading, menghitung, menghitung dengan logika)<br /> <br />Catatan:<br />Judul, gunakan merge and center<br />No, Nama, Jlh Hadir, dan Ket, masing-masing di-merge and center. Lalu format cell, alignment, center.<br />Rumus Jumlah hadir (AJI) : <br /> Fx = COUNT(D8:H8)<br />Rumus Jumlah Siswa :<br /> Fx = COUNT(I8:I14)<br />Rumus Jumlah Laki-laki :<br /> Fx = COUNTIF(C8:C14,"L")<br />Rumus Jumlah Perempuan :<br /> Fx = COUNTIF(C8:C14,"P")<br /><br />b. Daftar Nilai (Menhitung Rata-rata, menjumlah, me-link data satu sheet, logika) <br /> <br />Catatan:<br />Menghitung Rata-rata (Listening) :<br /> Fx = AVERAGE(C13:F13)<br />Menghitung Jumlah :<br /> Fx = SUM(G13:G16)<br />Menghitung Rata-rata B Inggris :<br /> Fx = AVERAGE(G13:G16) <br />Menampilkan Keterangan<br />(LISTENING) :<br /> =IF(G13=0,"",IF(G13<$D$5,"kurang",IF(G13=$D$5,"Cukup","Terlampaui")))<br />Nama Guru di bawah : =D6<br />NIP di bawah :<br /> ="NIP."&D7<br />Maka jika Nilai diubah, status pada keterangan pun berubah<br /><br />c. Grafik Ketidakhadiran (Absensi) Siswa (Insert Chart..)<br />a. Grafik Absensi Siwa (Umum)<br /> Kelas : VII A<br /> Semester : 1<br /> Tahun Pelajaran : 2009/2010<br /> <br />Catatan:<br />Langkah awal, buat data kolom/series seperti pada bagian kiri<br />Langkah kedua, sisipkan/insert chart, ikuti petunjuknya, maka hasil grafiknya seperti pada gambar kanan<br /><br />b. Menghitung Prosentase Kehadiran (bagi wali kelas)<br /> (Dipakai pada data kelas di dinding. Dalam penghitungan di sini, dihitung dalam satu bulan, karena biasanya pengarsiran di data prosentase kehadiran di dinding kelas dilakukan setiap akhir bulan. Sementara data di dinding dibuat dalam satu tahun). Jika Tabel yang dibuat benar sesuai dengan langkah-langkah dibawah ini, proses memasukkan data kurang dari 10 detik sudah selesai, hanya dengan memasukkan data pada empat kotak yang berwarna kuning saja, data lain akan berubah dengan sendirinya secara otomatis. Selamat mencoba.<br /><br /> Berikut langkah-langkahnya:<br /> <br /> Gbr 1<br /><br /> <br /> Gbr 2<br /><br /><br />1) Ketik Bulan, Jumlah hari belajar, Jumlah siswa, jumlah tidak hadir (S,I,A), Jlh hari x jlh siswa, % Ketidakhadiran siswa, %kehadiran siswa Bln, Grafik ketidakhadiran bulan, dan grafik kehadiran bulan, seperti terlihat pada gambar di atas.<br />2) Isi data di kotak kuning, sesuai yang ada pada buku absen kelas.<br />3) Untuk menghitung "jlh hari x jlh siswa =" masukkan rumus =E6*E7.<br />4) Untuk menghitung "% KETIDAKHADIRAN SISWA", masukkan rumus =E8/H6*100. <br />5) Untuk menulis "% KEHADIRAN SISWA BLN : OKTOBER" masukkan rumus =% KEHADIRAN SISWA BLN : " &D4" dan untuk menghitung hasilnya, masukkan rumus =100-E10. Jika hasilnya tidak dalam satu decimal, dapat diatur dengan klik menu Format, Format Cell, Number. Atau klik kanan lalu klik Format Cell, Number . Pilih satu decimal.<br />6) Buat grafik KETIDAK HADIRAN SISWA dengan cara klik menu Insert, Chart.., pilih Column yang pertama, kilk next. Pada Data Range, drag %KETIDAKHADIRAN SISWA berikut jumlah nilainya. Pada Series in, pilih Columns, klik Next. Pada Legend, kosongkan kotak Show Legend. Pada Data Labels, pilih Value. Klik Finish. Atur dengan memperkecil objek grafik. Klik bagian objek yang akan diberi warna, klik Fill Color pada format Drawing lalu pilih warna yang disuka, misalnya hijau. Dan Char area dengan warna biru muda. Hasilnya seperti gbr pertama di atas.<br />7) Untuk memasukkan nama bulan di bawah GRAFIK KETIDAKHADIRAN BULAN :, masukkan rumus =D4<br />8) Buat grafik KEHADIRAN SISWA dengan cara sama seperti pada langkah no. 6). Hanya pada Data Range, drag % KEHADIRAN SISWA BLN : OKTOBER berikut jumlah nilainya.<br />9) Untuk memasukkan nama bulan di bawah GRAFIK KEHADIRAN BULAN :, masukkan rumus =D4. Hasilnya seperti gbr kedua di atas.<br /><br /><br />d. Nota Kontan (menjumlah, mem-format mata uang, logika, pengurangan) <br /> <br /><br />Catatan:<br />1. Buat kolom dan formulir<br />2. Angka pada Harga Satuan ditulis tanpa koma. Untuk me-nyetelnya dapat menggunakan Format Cells.. atau meng-klik ikon (comma style), lalu jika terdapat angka decimal, dapat dihilangkan dengan meng-klik (decrease decimal)<br />3. Jumlah Harga Satuan Buku Tulis “Kiky”menggunakan rumus: = D6*A6<br />4. Jumlah harga seluruh item :<br /> =SUM(E6:E9)<br />5. Jumlah Discount 5% : <br /> =IF(E11>A13,E11*B12%,0)<br />6. Jumlah Total Bayar :<br /> =E11-E12<br /> <br />e. Daftar Peminjaman Buku Premium<br /> <br />Catatan:<br />1. Pengisian data rumus pada kolom kelebihan biaya pe-minjaman yang memperhi-tungkan data pada cell F4, F5, dan F6 menggunakan alamat cell absolute “$”<br />2. Penghitungan Lama Pinjam untuk NIS 010 adalah dengan rumus =DAY(D10-C10).<br />3. Penghitungan Kelebihan hari untuk NIS 010 adalah dengan rumus =IF(E10=$F$4,0,IF(E10<$F$4,0,E10-$F$4))<br />4. Penghitungan Biaya Pemin-jaman untuk NIS 010 adalah dengan rumus =$F$4*$F$5+G10*$F$6<br /> <br />f. Daftar Insentif Pelaksanaan Ujian Tulis Sekolah<br /> <br /> Catatan:<br />1. Penghitungan jumlah insentif Pembuatan Naskah soal untuk Adnan adalah dengan rumus : =C7*$F$14<br />2. Penghitungan jumlah insentif mengoreksi lembar jawaban untuk Adnan adalah dengan rumus : = E7*$F$15<br />3. Penghitungan jumlah insentif mengawas ruang ujian untuk Adnan adalah dengan rumus : = G7*$F$16<br />4. Penghitungan jumlah insentif yang diterima oleh Adnan adalah dengan rumus<br />= SUM(D7,F7,H7)<br /><br />3. Menyimpan dan Menutup Lembar Kerja<br />a. Menyimpan Lembar Kerja<br /> Setelah satu atau beberapa lembar kerja selesai dikerjakan, file tersebut dapat disimpan untuk digunakan pada waktu yang berbeda. Penyimpanan dapat dilakukan di Harddisk, dengan meng-klik Menu File, Save As… Pada penyimpanan pertama kali, sub menu Save dan Save As.. mempunyai fungsi yang sama. Fungsi ini dapat diakses dengan meng-klik ikon pada toolbars.<br /> <br />Pada tab Save in, klik drop-down, lalu pilih folder /tempat penyimpanannya misalnya di My Document atau di folder lain yang telah dibuat. Ketik nama file pada kotak File name, lalu tekan Save atau tekan Enter pada keyboard.<br />Untuk penyimpanan pada flaskdisk, pada tab Save in, klik drop-down, pilih nama flaskdisk, biasanya pada partisi F:Removable disk.<br /> <br />b. Membuka Lembar Kerja<br />File yang sudah disimpan dapat dibuka kembali. Setelah jendela Ms Excel terbuka, klik menu File, Open. Atau dapat diakses dengan meng-klik ikon pada toolbar. Pada tab Open, klik drop-down, lalu pilih directory tempat file tersebut disimpan, lalu klik Open, atau tekan Enter pada keyboard, maka file akan terbuka. <br /><br />4. Mencetak (Print)<br />Naskah/file yang sudah dibuat dapat dicetak ke dalam lembaran kertas. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mencetak. Untuk meyakinkan apakah tampilan yang akan dicetak sesuai dengan yang diharapan, tamilan bias dilihat pra cetaknya di print preview, dengan memilih print preview pada menu File, print perview, atau pada kotak dialog print, atau meng-klik ikon pada toolbar. Jika tampilan naskah terpotong atau tidak lengkap pada print preview, kemungkinan halaman kertas cetak berbeda dengan halaman kertas naskah. Ini dapat diperbaiki dengan meng-klik Print Option, lalau atur kertas pada Paper Size. Sesuaikan dengan ukuran pada lembar kerja. Ini juga dapat diatur melalui menu File, Page Setup. Lalu pilih OK. <br />Jika nomor halaman ingin dicetak, maka pengaturannya melalui menu File, Page Setup, Header & Footer. Atur posisi penempatan nomor halaman, di atas (header) atau di bawah (footer). Di sebelah kiri, tengah, atau di kanan. Begitu juga jenis font dan ukurannya. <br /><br />5. Penutup<br /> Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi baru dalam mengkreasi Spreadsheet dan mengembangkan penggunaan olah data dengan Microsoft Excel 2003 atau yang lebih tinggi.<br /><br />6. Referensi<br />1. Vincentia Dwiyani S. 1997. Menggunakan Microsoft Excel 5.0. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.<br />2. Microsoft Excel Help. Microsoft Excel 2003.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01389283657369153170noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4974364226299128364.post-78777130077383211112009-11-12T01:42:00.000-08:002009-11-12T01:44:46.185-08:00Khutbah Akhir Washiyat Rasul SAWآخر وصية الرسول الله صلى الله عليه وسلم<br />أنا محمد بن عبدالله بن عبد المطلب بن هاشم العربي الحرمى المكى الذي لانبي بعدي ، أيهاالناس اعلموا أن نفسي قد نعيت وحان فراقي من الدنيا واشتقت الى لقاء ربي فوا حزناه على فراق أمتي ماذا يقولون من بعدي اللهم سلم سلم أيها الناس اسمعوا وصيتي وعوها واحفظوها وليبلغ الشاهد منكم الغائب فانها آخر وصيتي لكم أيها الناس قد بين الله لكم في محكم تنزيله ما أحل لكم وما حرم عليكم وما تأتون وما تتقون فاحلوا حلاله وحرموا حرامه وآمنوا بمتشابهه واعملوا بمحكمه واعتبروا بامثاله (ثم رفع رأسه إلى السماء فقال) اللهم هل بلغت فاشهد أيها الناس اياكم وهذه الأهواء الضالة المضلة البعيدة من الله تعالى ومن الجنة القريبة من النار وعليكم بالجماعة، والاستقامة فانها قريبة من الله قريبة من الجنة بعيدة من النار (ثم قال) اللهم هل بلغت أيهاالناس<br /> الله الله في دينكم وأمانتكم الله الله فيما ملكت أيمانكم فأطعموهم بما تأكلون وألبسوهم مما تلبسون ولا تكلفوهم مالا يطيقون فانهم لحم ودم وخلق أمثالكم ألا من ظلمهم فأناخصمه يوم القيامة والله حاكمهم الله الله في النساء أوفوا لهن مهورهن ولا تظلموهن فيحرمكم حسناتكم يوم القيامة ألا هل بلغت أيهاالناس قوا أنفسكم وأهليكم نارا وعلموهم وأدبوهم فانهم عندكم عوان وأمانة ألا هل بلغت أيهاالناس أطيعوا ولاة أموركم ولا تعصوهم وان كان عبدا حبشيامجدعا فانه من أطاعهم فقد أطاعنى ومن أطاعنى فقد أطاع الله ومن عصاهم فقد عصانى ومن عصانى فقد عصى الله ألا لاتخرجوا عليهم ولا تنقضوا عهودهم ألا هل بلغت أيها الناس عليكم بـحب أهل بيتي عليكم بـحب حملة القرآن عليكم بـحب علمائكم لاتبغضوهم ولا تحسدوهم ولا تطعنوا فيهم ألا من أحبهم فقد أحبنى ومن أحبنى فقد أحب الله ومن أبغضهم فقد أبغضنى ومن أبغضنى فقد أبغض الله<br />ألا هل بلغت أيها الناس عليكم بالصلوات الخمس باسباغ وضوئها واتمام ركوعها وسجودها أيها الناس أدوا زكاة أموالكم ألا من لم يؤد الزكاة فلا صلاة له ألا من لا صلاة له فلا دين له ولا صوم له ولا حج له ولا جهاد له ، اللهم هل بلغت أيها الناس ان الله فرض الحج على من استطاع إليه سبيلا ومن لم يفعل فليمت على أي حال شاء يهوديا أو نصرانيا أو مجوسيا الا أن يكون به مرض حابسه أو منع من سلطان جائر ألا لا نصيب له في شفاعتي ولا يرد حوضى ألا هل بلغت أيها الناس إن الله جامعكم يوم القيامة فى صعيد واحد فى مقام عظيم وهو شديد فى يوم لا ينفع مال ولا بنون الا من أتى الله بقلب سليم ، ألا هل بلغت أيها الناس احفظوا ألسنتكم وأبكوا أعينكم وأخضعوا قلوبكم وأتعبوا أبدانكم وجاهدوا أعداءكم وعمروا مساجدكم وأخلصوا إيمانكم وانصحوا اخوانكم وقدموا لأنفسكم واحفظوا فروجكم وتصدقوا من أموالكم ولا تحاسدوا فتذهب حسناتكم <br /> ولايغتب بعضكم بعضا فتهلكوا ألا هل بلغت أيها الناس اسعوا فى فكاك رقابكم واعملوا الخير ليوم فقركم وفاقتكم ، أيها الناس لاتظلموا فان الله هو الطالب لمن جار وعليه حسابكم وإليه إيابكم انه لايرضى منكم بالمعصية أيها الناس انه من عمل منكم صالحا فلنفسه ومن أساء فعليها وما ربك بظلام للعبيد واتقوا يوما ترجعون فيه الى الله ثم توفى كل نفس ما كسبت وهم لا يظلمون أيها الناس إنى قادم إلى ربى وقد نعيت إلى نفسى فأستودع الله دينكم وأمانتكم والسلام عليكم معشر أصحابي وعلى جميع أمتى السلام عليكم ورحمة الله وبركاته . قال أبو الليث السمرقندى حدثنا أبي رحمه الله قال حدثنا أبو بكر محمد بن أحمد المعلم حدثنا أبو عمر ان الغرابى حدثنا عبد الرحمن بن حبيب حدثنا داود بن المحبرحدثنا عباد بن كثير عن عبد خير عن على بن أبي طالب رضي الله عنه قال لما نزلت اذا جاء نصر الله والفتح مرض رسول الله صلعم فمالبث أن خرج إلى الناس يوم الخميس وقد شد رأسه بعصابة فرقى المنبر وجلس عليه مصفر الوجه تدمع عيناه ثم دعا ببلال فأمره بأن ينادي فى المدينة أن اجتمعوا الوصية رسول الله صلعم فإنها آخر وصية لكم فنادى بلال فاجتمع صغيرهم وكبيرهم وتركوا أبواب بيوتهم مفتحة وأسواقهم على حالها حتى خرجت العذارى من خدورهن ليسمعوا وصية رسول الله صلعم حتى غص المسجد بأهله والنبي صلعم يقول وسعوا لمن وراءكم ثم قام النبي صلعم يبكى لله ويسترجع فحمد الله وأثنى عليه وصلى على الأنبياء وعلى نفسه عليهم الصلاة والسلام ثم قال … <br /><br />AKHIR WASIAT RASUL SAW<br /> <br />Aku Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim al Arobi al Harmai al Makki yang tiada nabi sesudahku; Wahai manusia ketahuilah sesungguhnya diriku telah diberitahu bahwa telah dekat (waktuku) meninggalkan dunia dan berpisah untuk bertemu Robku, aduh aku merasa sedih berpisah dengan umatku apa yang akan mereka katakan sepeninggalku. Ya Allah selamatkan, selamatkan, wahai manusia dengarkanlah wasiatku, perhatikanlah, jagalah, dan hendaklah yang orang menyaksikan diantaramu menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena ini adalah wasiatku yang terakhir untukmu. Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah menerangkan bagimu dalam al Quran (yang sempurna) diuturunkannya apa yang dihalalkan bagimu, apa yang diharamkan atasmu, apa yang kamu ambil, dan apa yang kamu jaga/takutkan, maka yang halal jadikan halal, yang haram jadikanlah haram, selamatkan dirimu terhadap yang syubhat(ragu-ragu), amalkanlah hokum-hukum (dalam al Quran), ambillah pelajaran terhadap teladan-teladan (dalam al Quran). (Lalu Rasulullah menengadahkan kepala ke langit dan berkata) Ya Allah, wahai manusi, sudahkah sampai kepadamu lalu bersaksilah, Hindarilah hawa nafsu yang sesat dan menyesatkan yang jauh dari Allah dan jauh dari surga dan dekat dengan neraka. Kamu wajib berjamaah dan istiqomah karena sesungguhnya ini dekat dengan Allah, dekat dengan surga, jauh dari neraka. (Lalu Rasul berkata) Ya Allah, wahai manusia, sudahkah sampai kepadamu, Allahu Allah, dalam hal agamu dan amanat-yang diberikan kepadamu, Allahu Allah, dalam hal budak yang kau miliki, maka berilah mereka makan dengan apa yang kamu makan, berilah mereka pakaian dari yang kamu pakai, jangan kau bebani mereka apa yang mereka tidak sanggup/mampu karena mereka adalah daging, darah, dan makhluk sepertimu (juga). Ketahuilah barangsiapa yang menganiaya mereka maka aku adalah musuhnya pada hari kiamat (nanti). Dan Allah menghukum mereka, Allahu Allah, dalam hal perempuan, penuhilah mahar(mas kawin) mereka, jangan aniaya mereka (yang menyebabkan) kebaikan-kebaikanmu terhapus pada hari kiamat (nanti). Ketahuilah wahai manusia apakah sudah sampai kepadamu ayat "jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka)" . Ajarilah dan didiklah mereka karena mereka adalah separuh umurmu dan amanat (Allah). Wahai manusia, sudahkah sampai kepadamu ayat "Taatlah kepada pemerintah/penguasa urusanmu, jangan durhaka kepada mereka walaupun mereka hamba bangsa Habsy yang jelek karena barangsiapa yang taat kepada mereka sesungguhnya taat kepadaku, dan siapa yang taat kepadaku sesungguhnya taat kepada Allah, dan barangsiapa yang durhaka kepada mereka maka ia durhaka kepadaku, dan siapa yang durhaka kepadaku maka durhaka kepada Allah. Ketahuilah janganlah kau tampil melawan mereka dan jangan merusak janji mereka Katahuilah wahai manusia, sudahkah sampai kepadamu bahwa kau wajib mencintai ahli baitku, cinta menghapal al Quran, cinta kepada ulamamu, jangan membenci mereka, jangan hasud kepada mereka, jangan memecah belah di antara mereka, ketahuilah barangsiapa yang mencintai mereka maka sesungguhnya mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku sesungguhnya ia mencintai Allah, dan barangsiapa yang membenci mereka maka ia membenciku dan siapa yang membenciku sesungguhnya ia membenci Allah . Katahuilah wahai manusia, sudahkah sampai kepadamu bahwa wajib atasmu sholat lima waktu dengan menyempurnakan wudhunya dan menyempurnakan ruku' dan sujudnya. Wahai manusia, tunaikan zakat hartamu sebab ketahuilah barangsiapa yang tidak menunaikan zakatnya maka tiada (pahala) sholatnya . Ketahuilah barangsiapa yang tiada (pahala) sholat baginya maka tiada agama, puasa, haji, dan jihad baginya. Ya Allah, wahai manusia, sudahkah sampai kepadamu bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan hajji bagi orang yang mampu dalam perjalanannya, dan barangsiapa yang tidak mengerjakannya maka (kalau mati terserah) atas cara mana-- Yahudi atau Nashroni atau Majusi , kecuali jika keadaanya sakit yang memenjarakannya atau tercegah oleh penguasa yang tidak adil. Ketahuilah tiada bahagian untuknya dalam hal syafaatku dan tidak akan memperoleh telagaku ( di surga). Katahuilah wahai manusia, sudahkah sampai kepadamu bahwa Allah mengumpulkanmu pada hari qiamat di suatu daratan di maqom yang agung dan dia sangat tinggi pada hari dimana tiada berguna harta dan anak-anak kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang tentram . Katahuilah wahai manusia, sudahkah sampai kepadamu bahwa jagalah lisanmu, menangislah matamu, rendahkan hatimu,. Lelahkan badanmu(jangan malas), perangilah musuhmu, makmurkanm masjidmu , ikhlaskan imanmuberilah nasihat saudara-saudaramu dan dahulukan (nasihat) untuk dirimu, peliharalah farji(kemaluan)mu , bersedakahlah dari sebahagian hartamu dan jangan hasud (dengki) nanti kebaikanmu akan hilang, janganlah salah seorang darimu meng-ghibah (mengumpat) sebagian yang lain nanti kau akan binasa. Katahuilah wahai manusia, sudahkah sampai kepadamu, berusahalah dalam memerdekakan budak yang kamu miliki, berbuat baiklah pada hari kamu fakir dan sangat membutuhkan. Wahai manusia, jangan berlaku aniaya karena Allah menuntut bagi orang yang mencari perlindungan, AtasNya kamu dihisab, kepadaNya kamu kembali sesungguhnya Ia tidak ridho maksiat darimu. Wahai manusia, sesungguhnya barangsiapa darimu yang mengerjakan amal sholeh maka itu untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan maka itupun untuk dirinya sendiri dan Tuhanmu tidak menganiaya kepada hambaNya , takutlah pada suatu hari dimana kamu akan dikembalikan kepada Allah kemudian disempurnakan setiap diri (pahala) apa yang di kerjakan sedang mereka tidak dianiaya. Wahai manusia, sesungguhnya aku menghadap Tuhanku dan aku diberitahukan pada diriku, maka aku titipkan kepada Allah akan agamamu dan amanat-amanatmu . salam sejahtera para sahabatku dan kepada seluruh umatku. Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.<br />(lalu Rasulullah turun, lalu masuk rumahdan tidak keluar sesudahnya)<br /><br />***Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01389283657369153170noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4974364226299128364.post-85979431584993137012009-11-12T01:32:00.000-08:002009-11-12T01:38:38.172-08:00KHUTBAH IDUL FITRIالله اكبر 9 ×<br />الله اكبر كبيرا / والحمد لله كثيرا / وسبحان الله بكرة واصيلا / لااله الا الله وحده / صدق وعده / ونصر عبده / واعز جنده / وهزم الأحزاب وحده / لااله الا الله ولا نعبد الا اياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون<br />الله اكبر ولله الحمد.<br />الحمد لله الذي سَهَّلَ لِلْعِبَادِ طَرِْيْقَ العبادة ويسّر / ووفّاهم اجورهم اعمالهم من خزائن جوده التي لاتحصر / وجعل لهم يوم عيد يعود عليهم في كل سنة ويتكرر / وزكى ابدانهم من درن السيئات وطهر / احمده سبحانه وهو المستحق لان يحمد ويشكر / واشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له الملك العظيم الأكبر / الذي جعل لكل شئ وقـتا واجلاوقدر / واشهد ان محمدا عبده ورسوله الشافع المشفع في المحشر / اللهم صل وسلم على عبدك محمد وعلى آله واصحابه الذين اذهب الله عنهم الرجس وطهر /<br />اما بعد ، فيا ايها الناس اتقوا الله تعالى / واعلوا ان يومكم هذا يسمى يوم الجوائز / فيرجع فيه من المصلى كل بما قسم له فائز / فالمحسنون يجدون في صحافهم العز والكرامة / والمذنبون يجدون الخيـبة والندامة.<br /><br />Sdr. Kaum muslimin muslimat siding id yang berbahagia.<br />Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah dengan menjalankan semua perintah Nya dan menjauhi semua larangan Nya.<br />Allahu akbar 3x walillahil hamd.<br />Saudara kaum muslimin muslimat siding Id yang berbahagia.<br />Pada hari ini marilah kita bersyukur kepada Allah dengan datangnya hari raya idul fitri, hari yang sangat berbahagia bagi kita kaum muslimin. Sbb mrpkn hari kemenangan dimana kita semua selama sebulan penuh telah berhasil menunaikan ibadah puasa dengan sempyurna. Bahkan bersamaan dengan itupula kita telah berhasil memerangi hawa nafsu dan syahwat, menjauhi segala kemaksiatan spt berdusta, menggunjing orang, menipu menghasud, dengki dll. dari semua perbuatan yang tercela. Sebaliknya selama satu bulan itu kita telah berhasil meningkatkan amal saleh, menjalankan solat tarawih, tahajud, bertadarrus, memperbanyak sedekah dll dari amal yang terpuji dan mulia.<br />Hari ini kita sebut hari kemenangan, krn kepulangan kita dari tempat ini menuju rumah masing2 akan membawa pahala yang dibagikan oleh Allah.<br />Orang2 yang telah berbuat kebajikan, mrk akan memperoleh di dalam buku catatannya keluhuran dan kemuliaan. Sedang orang2 yang berbuat dosa, mrk juga akan memperoleh di dalam buku catatannya kerugian dan penyesalan..<br />Dari Ibnu Abbas ra. Di dalam hadis yang marfu’ ada disebutkan sbb:<br />اذا كان يوم العيد الفطر هبطت الملائكة الى الأرض في كل بلد فيقفون على افواه السكك ينادون بصوت يسمعه جميع من خلق الله الا الجن والانس. يا امة محمد ، اخرجوا الى رب كريم . يعطي الجزيل ويغفر الذنب العظيم ، فإذا برزوا الى مصلاهم ، قال الله عز وجل : يا ملائكتي ما جزاء الأجير اذا عمل عمله؟ فيقولون : الهنا ان توفـيه اجره ، فيقول : اشهدكم اني جعلت ثوابهم من صيامهم رضائى ومغفرتى ويقول : سلونى فوعزتي وجلالي لاتسئلوني شيئا فـي جمعكم هذا لآخرتكم الا اعطيتكموه ولا لدنياكم الا نظرت لكم ، <br /> انصرفوا مغفورا قد ارضيتموني ورضيت عنكم<br />Apabila telah datang hari raya maka turunlah para malaikat ke bumi ti tiap Negara. Lalu mrk berhenti di setiap ujung jalan seraya berseru dengan suara yang dapat didengar oleh setiap makhluk Allah kecuali jin dan manusia.: hai umat nabi Muhammad, keluarlah kalian untuk menghadap[ tuhan yang maha pemurah, yang memberi kenikmaytan dan mengampuni dosa besar. Pd waktu itu apabila mrk keluar menuju ke tempat sholat hari raya, maka Allah berfirman: hai malaikatku, apa balasan buruh bila ia telah mengerjakan pekerjaannya? Para malaikta menjawab: wahai Tuhan kami, sempurnakanlah pahalanya. Lalu Allah berfirman: sekarang aku saksikan kepadamu sekalian, sesungguhnya aku jadikan keridoan dan pengampunan ku sebagai pahala mereka dalam menjalankan ibadah puasa dan solat mereka. Allah berfirman lagi: mintalah kalian kepada ku. Demi keagungan dan keluhuranKu pada hari ini, kamu sekalian tidak minta kepada ku perkara apa saja yang berguna bagi akhirat kalian kecuali Aku pasti memberinya. Sekarang bubarlah kalian dengan m,embawa ampunan krn kalian telah rido mengikuti perintahKu dan begitu pula Aku rido kepada kalian.<br />Allahu akbar 3x walillahil hamd.<br />Saudara kaum muslimin muslimat siding Id yang berbahagia.<br />Di dalam hari raya Idul Fitri ini kita kaum muslimin diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah. Baik laki2 maupun wanita, merdeka atau budak belian, besar atau kecil. Semuanya diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah sebanyak kurang lebih 2.5 kg berupa beras. Bagi anak2 atau budak belian, maka orang tua atau majikannyalah yang wajb mengeuarkan zakatnya.<br />Kewajiban mengeluarkan zakat fitra ini adalah manifestasi dari rasa social kita kepada fakir miskin yang hidupnya selalu dalam kesulitan. Kalau dalam suasana yang gembira dan bahagia ini kita tidak mau peduli dengan nasib mrk, maka sungguh kasihan mereka. P[adalah agama islam diturunkan kepada kita ini tiada lain adalah untuk menuntun kita ke jalan yang lurus dan terpuji. Jalan yang benar dan diridoi. Saling tolong menolong dalam perbuatan baik.<br />Allah berfirman (al Maidah: 2)<br />Dan bertolong menolonglah dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan bertolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha pedih siksanya.<br />Oleh sbb itu, Allah mewajibkan zakat fitrah kepada seluruh umat Islam yang mempunyai kelebihan jatah makan untuk sehari semalam pada hari raya itu bagi dirinya sendiri dan orang yang menjadi tanggungannya.<br />Rasulullah saw bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Ibnu Umar ra:<br />فرض رسول الله ص.م. زكاة الفطر من رمضان على الناس صاعا من شعير على كل حر او عبد ذكر او انـثى.<br />Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan satu sha’ dari kurma atau satu sha’ dari gandum kepada setiap orang merdeka atau budak belian, laki2 atau perempuan.<br />Allahu akbar 3x walillahil hamd.<br />Saudara kaum muslimin muslimat siding Id yang berbahagia.<br />Sebagaimana fungsi zakat adalah untuk membersihkan harta benda yang kita miliki, maka fungsi zakat fitrah pun untuk membersihkan diri kita dari segala noda. Artinya dengan zakat fitrah kita dibersihkan dari sifat2 yang keji dan kotor, baik sifat kikir, tamak, sombong, dengki dll dari semua sifat2 yang tercela. Maka berbahagialah kita krn kita telah dapat menyelesaikan ibadah puasa kita elama satu bulan penuh, solat tarawih, berdzikir tengah malam dan kemudian di akhir bulan puasa kita keluarkan zakat fitrah.<br />Allah berfirman dl Al a’la : 14-15<br />Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) dan dia ingat kepada Tuhan nya, lalu dia shalat.<br />Sedemikian besar faedah zakat fitrah ini sehingga Allah menggantungkan diterimanya ibadah puasa itu bila orang sdh membayarkan zakat fitrahnya.<br />Rasulullah bersabda:<br />صوم رمضان معلق بين السماء والأرض ولا يرفع الا بزكاة الفطر<br />Puasa Ramadhan tergantng diantara langit dan bumi dan tidak diangkat menghadap Allah kecuali dengan zakat fitrah. HR Abu Hafs.<br />Maksud hadis ini adalah bhw puasa Ramadhan yang telah dikerjakan satu bulan itu tidak bakal diterima Allah sebelum dikeluarkan zakat fitrahnya.<br />Allahu akbar 3x walillahil hamd.<br />Saudara kaum muslimin muslimat siding Id yang berbahagia.<br />Sesuai dengan kebesaran hari raya idul fitri ini., maka Allah telah menghalalkan kepada kita sekalian untuk makan dan minum, sebaliknya pada hari ini kita dilarang berpuasa.<br />Oleh sbb itu marilah kita bersyukur kepada Allah serta meningkatkan ketaqwaan kepada Nya, dengan memperbanyak amal kebaikan. Sebagaimana yang telah biasa kita lakukan marilah kita saling bermaaf2an diantara kita atau dengan orang yang selama ini bermusuhan, marilah kita bersilaturahim dengan saling kunjung mengunjungi, berziarah kepada orang tua, kepada para guru, para panisepuh, dan orang2 yang perlu kita ziarahi. Mari kita pererat tali persaudaraan sesame umat Islam, kita hapus segala bentuk perselisihan, kemudian kita ganti dengan saling kasih saying, sehingga benar2 terasalah makna hari raya idul fitri yang kita sambut hari ini.<br />Tersebut dalam sebuah hadis, bhw Rasul telah bersabda:<br />ثلاث من كن فيه حسبه الله حسابا يسيرا ، وادخله الله الجنة برحمته ، قالوا : وما هن يا رسول الله؟ قال: تعطي من حرمك ، وتصل من قطعك ، وتعفوا عمن ظلمك ، فإذا فعلت ذلك تدخل الجنة .<br />Ada 3 perkara, brsp mau mengamalkannya, niscaya Allah akan menghisabnya dengan hisab yang ringan, dan memasukkannya ke dalam surga dengan rahmatnya . para sahabat bertanya ya rasulullah, apa 3 perkara itu? Beliau menjawab: Kamu mau memberi kepada orang yang tidak pernah memberimu, kamu menyambung tali persaudaraan dengan orang yang telah memutuskan tali persaudaraan dengan mu, kamu mau memberi maaf kepada orang yang telah menganiayamu. Jika kamu telah berbuat spt itu, niscaya kamu bakal masuk surga.<br />Allahu akbar 3x walillahil hamd.<br />Saudara kaum muslimin muslimat siding Id yang berbahagia.<br />Tadi malam semalam suntuk kita telah menyambut hari raya dengan takbir, tasbih dan tahmid. Pertanda Bulan Ramadhan yang penuh berkah telah kita lampaui. Kita sekarang berada di bulan Syawal 1429 H. Tentu saja suasananya telah berubah, tidak spt di bulan Ramadhan. Oleh krn itu kita hrs waspada. Jangan sampai kegiatan beribadah yang selama bulan Ramadhan telah kita tekuni itu lalu menjadi kotor kembali. Kalau di bulan Ramadhan giat bangun malam untuk solat tahajud, maka kegiatan itu jangan lalu kita hentikan. Akan tetapi hrs kita tingkatkan, termasuk pula ibadah2 lainnya. Sebab bukanlah termasuk orang beruntung jika prosentase ibadahnya semakin hari menjadi semakin menurun.<br />Mudah2an Allah SWT memmberikan kekuatan iman dan islam untuk menjalankan perintah2Nya dan mmenjauhi larangan2nya, sehingga kita menjadi hambanya yang pandai bersyukur. Amin.<br />جعلنا الله واياكم من العائدين الفائزين السائلين الغانمين المقبولين . وادخلنا واياكم فى زمرة عباده الصالحين، اعوذ بالله من الشيطان الرجيم ، واما من خاف مقام ربه ونهى النفس عن الهوى ، فإن الجنة هي المأوى<br />وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين<br /><br />***Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01389283657369153170noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4974364226299128364.post-91968222424564222782009-11-12T01:26:00.000-08:002009-11-12T01:32:16.450-08:00MUHAMMADIYAH<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-_APV1Po8qcpbV-TvTMsOjyVqYo56wFxsJYPfdrzJjeP5MKq6SrkgG6ggMH3vzWFwBmzyzDfRhaT3Rksc8RwqqQKnrtxljfleYBBRob9vPoin3wldybECv4jMu8wXmfCJG_xXEdL8T14/s1600-h/Muhamadiyah.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-_APV1Po8qcpbV-TvTMsOjyVqYo56wFxsJYPfdrzJjeP5MKq6SrkgG6ggMH3vzWFwBmzyzDfRhaT3Rksc8RwqqQKnrtxljfleYBBRob9vPoin3wldybECv4jMu8wXmfCJG_xXEdL8T14/s320/Muhamadiyah.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5403146869292247090" /></a><br /><br /><br />Oleh : Nono Warsono<br />Mahasiswa PPS STAIN Cirebon<br />Konsentrasi Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (A)<br /><br />1. Pendahuluan<br />Perkembangan organisasi gerakan Islam di Indonesia tumbuh dan berkembang sejak dari negeri ini belum mencapai kemerdekaan secara fisik sampai pada masa reformasi sekarang ini. Perkembangannya, bahkan, kian pesat dengan dilakukannya tajdid (pembaharuan) di masing-masing gerakan Islam tersebut. Salah satu organisasi gerakan Islam itu adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Bahkan merupakan gerakan kemanusiaan terbesar di dunia di luar gerakan kemanusiaan yang dilaksanakan oleh gereja, sebagaimana disinyalir oleh seorang James L. Peacock . Di sebahagian negara di dunia, Muhammadiyah memiliki kantor cabang internasional (PCIM) seperti PCIM Kairo-Mesir, PCIM Republik Islam Iran, PCIM Khartoum–Sudan, PCIM Belanda, PCIM Jerman, PCIM Inggris, PCIM Libya, PCIM Kuala Lumpur, PCIM Perancis, PCIM Amerika Serikat, dan PCIM Jepang. PCIM-PCIM tersebut didirikan dengan berdasarkan pada SK PP Muhammadiyah . Di tanah air, Muhammadiyah tidak hanya berada di kota-kota besar, tapi telah merambah sampai ke tingkat kecamatan di seluruh Indonesia, dari mulai tingkat pusat sampai ke tingkat ranting.<br />Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, yang berarti bahwa Warga Muhammadiyah menjadikan segala bentuk tindakan, pemikiran dan prilakunya didasarkan pada sosok seorang Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Nabi dijadikannya model (uswah al hasanah), yang sebenarnya tidak hanya bagi warga Muhammadiyah tetapi juga seluruh umat Islam bahkan bagi warga non-muslim—kaum yang tidak mempercayainya sebagai rasul—sekalipun. <br />Muhammadiyah sebagai gerakan Islam memiliki cita-cita ideal yang dengan sungguh-sungguh ingin diraih, yaitu mewujudkan “masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah memiliki arah yang jelas dalam gerakannya, sebagaimana dikemukakan oleh DR. Haedar Nashir dalam makalah Muhammadiyah dan Pembentukan Masyarakat Islam (Bagian I, 2008).<br />Organisasi Islam Muhammadiyah tumbuh makin dewasa bersama organisasi Islam besar lainnya sekelas Nahdlatul Ulama (NU), merambah ke segala bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap mengedepankan kepentingan umat dari segi sosial-budaya, ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Namun demikian, Muhammadiyah tetap selalu melakukan tajdid dalam aspek ruh al Islam (jiwa keislamannya).<br /><br />2. Pendiri Muhammadiyah<br />Organisasi Islam Muhammadiyah yang kini lebih dikenal dengan sebutan Persyarikatan Muhammadiyah, didirikan oleh Muhammad Darwis—yang kemudian dikenal dengan nama K.H. Ahmad Dahlan—di Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H / 18 Nopember 1912. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. <br />Pada masa kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan (1912-1922), daerah pengaruh Muhammadiyah masih terbatas di karesidenan Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.<br />KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934. Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.<br />Di samping itu, Muhammadiyah juga mendirikan organisasi untuk kaum perempuan dengan Nama 'Aisyiyah yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, yakani Nyi Walidah Ahmad Dahlan berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya.<br />Daftar Pimpinan Muhammadiyah Indonesia sejak berdirinya sampai sekarang, yang dapat penulis susun adalah:<br />• KH Ahmad Dahlan 1912-1922<br />• KH Ibrahim 1923-1934<br />• KH Hisyam 1935 - 1936<br />• KH Mas Mansur 1937 - 1941<br />• Ki Bagus Hadikusuma 1942 - 1953<br />• Buya AR Sutan Mansur 1956<br />• H.M. Yunus Anis 1959<br />• KH. Ahmad Badawi 1962 - 1965<br />• KH. Faqih Usman 1968<br />• KH. AR Fachruddin 1971 - 1985<br />• KHA. Azhar Basyir, M.A. 1990<br />• Prof. Dr. H. M. Amien Rais 1995<br />• Prof. Dr. H.A. Syafii Ma'arif 1998 - 2005<br />• Prof. Dr. HM Din Syamsuddin 2005 - 2010<br /><br />3. Beberapa Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah<br />Sebagaimana disebutkan pada bagian pendahuluan di atas bahwa persyarikatan Muhammadiyah merupakan organisasi yang memiliki cita-cita ideal yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Hal itu sesuai dengan apa yang termaktub dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah, Pasal 6 Maksud dan Tujuan: "Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya". Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah memiliki arah yang jelas dalam gerakannya (yakni dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatannya).<br />Untuk mencapai maksud dan tujuan itu, Muhammadiyah melaksanakan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan . Agar dalam pelaksanannya tidak terjadi gesekan dan benturan yang dapat mengancam kesatuan umat, walaupun gesekan dan benturan pasti ada, namun diupayakan untuk diminimalisir. Maka diperlukan adanya pemikiran-pemikiran yang komprehensif di kalangan cendekiawan Muslim Muhammadiyah dan gerakan-gerakan yang nyata amaliyahnya. <br />Namun dalam perjalanannya terjadi banyak varian pemikiran. Konteks sosial diklaim menjadi penyebab munculnya varian pemikiran dalam Muhammadiyah. Ini terjadi dikarenakan Muhammadiyah memang banyak bergerak dalam bidang sosial; baik pendidikan, kesehatan, panti sosial yatim piatu, dll. Dalam Muhammadiyah, seperti dalam pengantar Muhajir Effendy dan Din Syamsuddin pada acara Kolokium Nasional Kaum Muda Muhammadiyah pada tanggal 11-13 Februari 2008 di Universitas Muhammadiyah Malang, dinyatakan bahwa pemikiran-pemikiran dalam Muhammadiyah itu sangat variatif; ada yang sekte ulama, sekte cendekiawan, sekte pelayan, dan sekte penggembira. Keempat-empat berkembang dan ada pengikutnya masing-masing. Oleh sebab itu melihat Muhammadiyah hanya satu sekte saja sebenarnya agak kurang proporsional. Melihat Muhammadiyah, karena itu, mestinya menyeluruh keempat sekte tersebut, sekalipun dikatakan paling banyak sebenarnya sekte penggembira dan pelayan, bukan ulama maupun cendekiawan.<br />Hal yang paling penting untuk kasus ini adalah bahwa semua varian pemikiran Islam itu merupakan proses pembaharuan (Tajdid) dan akan menjadi bahan pembaharuan di masa datang yang memang dihormati dalam khazanah persyarikatan Muhammadiyah. Azyumardy Azra, mensinyalir bahwa pembaruan pemikiran modern Islam abad ke-20 sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gerakan pembaruan abad sebelumnya. Sebagian besar berkonsentrasi pada seruan untuk kembali pada alquran dan sunnah (hadits), ketaatan pada syariah. Jika bisa dikategorikan dalam tipologi maka ada pemikiran pra-modern, modernisme, puritanisme, neo-tradisionalisme, sufisme, neo-sufirmse, fundamentalisme dan isme-isme yang lainnya. Gerakan pembaruan sebelum abad ke-20 juga mengambil tipologi yang hampir sama, yakni ada neo-sufisme, radikalisme (seperti Kaum Padri) dan puritanisme. (Azya, 1990: 11). Pemikiran-pemikiran itu dibenarkan sepanjang dimaksudkan untuk menegakkan syariah Islamiyah, memperkokoh ukhuwah, menyempurnakan aqidah, meningkatkan semangat sosial, dan memperbiki metodologi pelanyanan umat dan amal usaha Muhammadiyah, baik bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial.<br />Kini Muhammadiyah makin dewasa dan arif dalam menyikapi tuntutan umat. Itulah sebabnya mengapa setiap lima tahun sekali diadakan muktamar Muhammadiyah sebagai wahana mempertemukan dan mempersatukan pemikiran-pemikiran yang berkembang di masyarakat terutama warga Muhammadiyah.<br />Dalam perkembangannya, Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan, oleh M. Syamsuddin dikatakan sebagai organisasi yang demikian hidmat dalam masalah amal (perbuatan nyata) seperti membangun sekolah, rumah sakit, panti asuhan, sehingga agak kurang memberikan perhatian serius pada pembaruan pemikiran (tajdid), sebagai sebuah konsekuensi dari organisasi yang berusaha menterjemahkan tesis-tesis pembaruan pemikiran yang telah mendahuluinya. Dari sana Muhammadiyah akhirnya (a) terpusat perhatiannya pada amal dakwah, sehingga kurang perhatiannya pada perkembangan pemikiran, yang berakibat pada munculnya (b) kegersangan intelektual, sebagai refleksi atas tesis-tesis pembaruan pemikiran yang pernah muncul atau sebagai evaluasi terhadap amal dakwah yang diselenggarakan, hal ini berakibat pula pada (c) membawa amal dakwah Muhammadiyah berlangsung dalam rutinitas dan berada di luar ide dasar penyelenggaraan, hal ini berakibat pula pada (d) kurang efektifnya Muhammadiyah sebagai gerakan reformasi (pembaru) Islam. Mobilisasi yang relatif besar dari Muhammadiyah untuk menyelenggarakan berbagai bentuk amal usaha dakwah dewasa ini agak kurang memiliki signifikansi bagi tuntutan terjadinya rekulturisasi” Islam Indonesia. Padahal, jika amal usaha dakwah Muhammadiyah dibarengi dengan penguatan pembaruan pemikiran dalam Muhammadiyah, sungguh akan lain dampaknya. Inilah yang sebenarnya menjadi bagian penting dari masa depan Muhammadiyah yang memiliki banyak amal usaha dakwah dan jamaah yang relatif besar dibanding dengan ormas Islam lainnya. Tentu, Muhammadiyah tidak boleh mengabaikan peran-peran dari kelompok (organisasi Islam) lainnya, tetapi Muhammadiyah juga tidak boleh berhenti dengan menyatakan organisasi Islam lain lebih maju atau kurang berperan di tanah air. (Din Syamsuddin, 1990: vii)<br />Muhammadiyah, sebagai gerakan keagamaan yang berwatak sosio kultural, dalam dinamika kesejarahannya selalu berusaha merespon berbagai perkembangan kehidupan dengan senantiasa merujuk pada ajaran Islam (al-ruju‘ ila al-Qur’an wa as-Sunnah al-Maqbulah). Di satu sisi sejarah selalu melahirkan berbagai persoalan dan pada sisi yang lain Islam menyediakan referensi normatif atas perbagai persoalan tersebut. Orientasi kepada dimensi ilahiah inilah yang membedakan Muhammadiyah dari gerakan sosio kultural lainnya, baik dalam merumuskan masalah, menjelaskannya maupun dalam menyusun kerangka operasional penyelesaiannya. Orientasi inilah yang mengharuskan Muhammadiyah memproduksi pemikiran, meninjau ulang dan merekonstruksi manhaj-nya.<br />Seiring dengan perubahan nama Majelis Tarjih menjadi Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, pada 2000 telah dirumuskan manhaj yang lebih komprehensif dengan menggunakan berbagai pendekatan, pendckatan bayani, burhani, dan irfani. Pendckatan bayani merupakan pendekatan yang menempatkan nash sebagai sumbcr kebenaran dan sumber norma untuk bertindak, sementara aka1 hanya mcncmpati kedudukan yang sekunder dan berfungsi menjelaskan dan menjustifikasi nash yang ada. Pendekatan ini lebih didominasi oleh penafsiran gramatikal dan semantik. Dalam pandangan Muhamniadiyah, pendekatan ini masih diperlukan dalam rangka menjaga komitmennya 'kembali ke Al-Qur'an dan As-Sunnah (Djamil. 2005).<br />Pendekatan burhani merupakan pendekatan yang rnengandalkan rasio dan pengalaman empiris sebagai sumber kebenaran dan sumber norma bertindak. Dengan demikian pendekntan ini lebih difokuskan pada pendekatan yang rasional dan argumentatif, berdasarkan dalil logika, dan tidak hanya merujuk pada teks, namun juga konteks. Pendekatan burhani diperlukan Muhammadiyah dalam memahami dan menyelesaikan masalah-masalah yang termasuk al umur al dunyawiyah (urusan dunia), untuk tercapainya kemaslahatan manusia. Belajar dari khazanah sejarah Islam, pemaduan antara pendekatan bayani dan burhani tidak banyak menimbulkan masalah. Sejak zaman klasik upaya pemaduan telah dicoba dilakukan, misalnya oleh al-Gazzali yang mengenalkan mantik (logika Aristoteles) ke dalam usul fikih untuk menggantikan dasar-dasar epistemologi kalam yang biasa digunakan ahli-ahli usul fikih, dan mengenalkan teori maslahat dan metode munasabah dengan konsep pokok tentang spesies illat (nau' al illah) dan genus illat jins al illah, serta spesies hukum (nau' al hukm) dan genus hukum jins al hukm, (Anwar, 2005).<br />Pendeltatan 'irfani adalah pendeltatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalaman batin: dzauq, qalb, wijdan, dan ilham. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan ini biasanya disebut pengetahuan dengan kehadiran (hudhuri), suatu pengetahuan yang berupa inspirasi langsung yang dipancarkan Allah ke dalam hati orang yang jiwanya selalu bersih. Pendekatan 'irfani, walaupun ada kritikan, karena antara lain melahirkan tradisi sufi yang tidak dikenal dalam Muhammadiyah, bagaimanapun ada gunanya. Intuisi dapat menjadi sumber awal bagi pengetahuan, setidaknya menjadi sumber inspirasi pencarian hipotesis. Dalam pengamalan agama dan dalam mengembangkan sikap terhadap orang lain, hati nurani dan qalbu manusia dapat menjadi sumber bagi kedalaman penghayatan keagamaan, kekayaan rohani, dan kepekaan batin. Sedangkan bagi ijtihad hukum, intuisi dan kalbu manusia dapat menjadi sumbcr pencarian hipotesis hukum, dan pembuktian akhir terletak pada bukti-bukti bayani dan burhani (Anwar, 2005).<br />Ketiga pendekatan di atas, bayani, burhani, dan 'irfani, telah dijadikan pedoman bagi warga Muhammadiyah dalam berpiltir, terutama dalam memahami dan menyelesaikan masalah-masalah muamalah duniawiah .<br />Sebagai produk pemikiran dan gerakan Islam Muhammadiyah itu, maka muncullah apa yang disebut Himpunan Putusan Tarjih (HPT), Putusan Muktamar Muhammadiyah, Pembaharuan Strategi Da'wah Muhammadiyah, Pembaharuan Diklitbang manajemen Muhammadiyah, dan pemantapan keyakinan warga Muhammadiyah. <br />Pemikiran-pemikiran yang menjadi alat pendewasaan Muhammadiyah dalam segala bentuk usahanya diwujudkan dalam penerapan amal usaha, program dan kegiatan yang meliputi :<br />1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan.<br />2. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.<br />3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya.<br />4. Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia. <br />5. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian.<br />6. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas<br />7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.<br />8. Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan.<br />9. Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri.<br />10. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara<br />11. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan.<br />12. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan gerakan.<br />13. Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan pembelaan terhadap masyarakat.<br />14. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah<br />Sehingga secara garis besar, perwujudan pemikiran-pemikiran tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa amal usaha, antara lain yaitu : da'wah amar ma'ruf nahi munkar, amal usaha bidang pendidikan, amal usaha bidang sosial, amal usaha bidang kesehatan, dan lain-lain.<br />Dalam da'wahnya, Muhammadiyah selalu menekankan amar ma'ruf nahi munkar (menyeru kepada perbuatan yang benar lagi baik dan mencegah segala bentuk kemungkaran) di lingkungan masyarakat, beraqidah dan mengajak kepada aqidah Islam, dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Untuk menyamakan gerak langkah dalam da'wah, para da'i Muhammadiyah berpedoman pada putusan tarjih sebagai hasil proses analisis dalam menetapkan hukum dengan menetapkan dalil yang lebih kuat (rajih), lebih tepat analogi dan lebih kuat mashlahatnya. Putusan tarjih itu dihasilkan oleh Majelis Tarjih yaitu lembaga ijtihad jama‘i (organisatoris) di lingkungan Muhammadiyah yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang memiliki kompetensi ushuliyyah dan ilmiah dalam bidangnya masing-masing. <br /><br />4. Beberapa Hasil Yang Dicapai Muhammadiyah di Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Soaial <br />Gerak langkah organisasi Muhammadiyah dalam amal usahanya telah banyak dirasakan oleh berbagai kalangan. Hal ini diakui, terutama oleh pemerintah, sangat membantu pemberdayaan dan kondisi masyarakat luas saat ini. Dalam bidang pendidikan misalnya, hingga tahun 2000 ormas Islam Muhammadiyah telah memiliki 3.979 taman kanak-kanak, 33 taman pendidikan Alquran, 6 sekolah luar biasa, 940 sekolah dasar, 1.332 madrasah diniyah/ibtidaiyah, 2.143 sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP dan MTs), 979 sekolah lanjutan tingkat atas (SMA, MA, SMK), 101 sekolah kejuruan, 13 mualimin/mualimat, 3 sekolah menengah farmasi, serta 64 pondok pesantren. Dalam bidang pendidikan tinggi, hingga tahun ini Muhammadiyah memiliki 36 universitas, 72 sekolah tinggi, 54 akademi, dan 4 politeknik (Data Cahgemawang, 2009). Nama-nama seperti Bustanul Athfal/TK Muhammadiyah, SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, SMK Muhammadiyah, dan Universitas Muhammadiyah bermunculan di berbagai daerah. <br />Dalam amal usaha bidang kesehatan, Muhammadiyah telah dan terus mengembangkan layanan kesehatan masyarakat, sebagai bentuk kepedulian. Balai-balai pengobatan seperti rumah sakit PKU (Pembina Kesejahteraan Umat) Muhammadiyah, yang pada masa berdirinya Muhammadiyah bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat), kini mulai meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan buku Profil dan Direktori Amal Usaha Muhammadiyah & ‘Aisyiyah Bidang Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:<br />1. Rumah sakit berjumlah 34<br />2. Rumah bersalin berjumllah 85<br />3. Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 50<br />4. Balai Kesehatan Masyarakat berjumlah 11<br />5. Balai Pengobatan berjumlah 84<br />6. Apotek dan KB berjumlah 4<br />7. Institusi Pendidikan berjumlah 54<br />Pada tahun 2009 diperkiran jumlah fisik balai pengobatan Muhammaiyah lebih banyak lagi seiring dengan makin berkembangnya usaha-usaha yang diselenggarakan oleh persyarikatan Muhammadiyah.<br />Adapun Muhammadiyah sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial, telah mendirikan lembaga amal usaha sosial dalam bentuk panti sosial Muhammadiyah, sebagai wujud kepedulian persyarikatan Muhammadiyah dalam menghadapi permasalahan kemiskinan, pembodohan dan meningkatnya jumlah anak yatim piatu dan anak terlantar. Dalam hal ini Muhammdiyah terinspirasi dan berpijak pada QS Al-Ma'un. Panti sosial Muhammadiyah sebagai lembaga pelayanan di masyarakat, memiliki perangkat dan sistem serta mekanisme pelayanan yang diharapkan akan lebih menjamin efektifitas pelayanan. <br />Selanjutnya dalam bidang kesejahteraan sosial ini, hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki 228 panti asuhan yatim, 18 panti jompo, 22 balai kesehatan sosial, 161 santunan keluarga, 5 panti wreda/manula, 13 santunan wreda/manula, 1 panti cacat netra, 38 santunan kematian, serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah).<br />Forum Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah (Forpama) yang dibentuk untuk Periode 2007 s.d 2010, sejak diberikan tanggungjawab, terus melakukan berbagai macam terobosan dan langkah-langkah strategis untuk menjadikan panti sosial Muhammadiyah-Aisyiyah sebagai lembaga profesionalisme, prima dalam kualitas pelayanan dan memiliki keteguhan komitmen dalam pembinaan anak-anak asuh panti sosial Muhammadiyah-Aisyiyah yang berjumlah lebih dari 22.000 anak se-Indonesia dari 351 kelembagaan Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah (Direktori Forpama, 2008). Dengan demikian anak asuh Panti Sosial Muhammadiyah-‘Aisyiyah menjadi labor kader utama guna membangun sumber daya insani yang berkualitas di Persyarikatan Muhammadiyah. Demikian pula hasil-hasil amal usaha yang lain yang telah dicapai oleh persyarikatan Muhammadiyah, seperti bidang tarjih, ekonomi, dll.<br /><br />5. Penutup<br />Sebagai sebuah gerakan Islam yang lahir pada tahun 1912 Masehi dan kini hampir memasuki usia 100 tahun, telah banyak yang dilakukan oleh Muhammadiyah bagi masyarakat dan bangsa Indonesia secara luas. Sehingga harus diakui bahwa Muhammadiyah memiliki kontribusi dan perhatian yang cukup besar dalam dinamika kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Persyarikatan Muhammadiyah telah menempuh berbagai usaha meliputi bidang dakwah, sosial, pendidikan, ekonomi, politik, dan sebagainya, yang secara operasional dilaksanakan melalui berbagai institusi organisasi seperti majelis, badan, dan amal usaha yang didirikannya.<br />Peningkatan jumlah yang demikian spektakuler tidak dapat menutup kenyataan lain di seputar perkembangan amal usaha Muhammadiyah, yaitu kualitas amal usaha tersebut. Harus diakui, amal usaha Muhammadiyah untuk hal kualitas mengalami dua masalah sekaligus. Pertama, keterlambatan pertumbuhan kualitas dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakuler. Kedua, ketidakmerataan pengembangan mutu lembaga pendidikan. Oleh karenanya, untuk membenahi masalah ini, kehadiran kontribusi pemikiran dan gerakan nyata dari berbagai kalangan mutlak diperlukan. Ingat, Muhammadiyah adalah gerakan sosial yang kepedualiannya ditunggu masarakat luas.<br />Muhammadiyah difahami, bahwa demikian banyak empowerment measures (ukuran pemberdayaan) atau centennial revitalizating (revitalisasi ultahnya yang ke 100 tahun) yang harus dilaksanakan oleh gerakan transformasi ini. Revitalisasi di bidang theologi, ideology, pemikiran, organisasi, kepemimpinan, amal usaha dan aksi, semuanya diletakkan dalam konteks pemahaman kembali akan tujuan membangun umat.<br />Akhirnya, sebagai organisasi sosial keagamaan, Muhammadiyah perlu kita dukung, meski organisasi kita berbeda. Terlebih Muhammadiyah sebagai gerakan, dalam mengikuti perkembangan dan perubahan, senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar ma'ruf nahi-mungkar, serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, sebagai usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya, yakni: "menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT.<br /><br />***<br /><br /><br />DAFTAR BACAAN<br /><br />Anonym. 1997. Profil & Direktori Amal Usaha Muhammadiyah & ‘Aisyiyah Bidang Kesehatan. Jakarta: Pusat Data Minaco Adv.<br />Azhar, M. 2005. Posmodernisme Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah<br />http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammadiyah<br /><br />http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia<br /><br />http://philtar.ucsm.ac.uk/encyclopedia/indon/muham.html<br /><br />http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=22&Itemid=35<br /><br />http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=17&Itemid=74<br /><br />http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=14&Itemid=77<br /><br />http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=22&Itemid=35<br /><br />http://www.muhammadiyah.or.id_PDF_POWERED_PDF_GENERATED<br /><br />Maarif, Ahmad Syafii. 2007. Strategi Dakwah Muhammadiyah. Masa Lalu, Kini dan Masa Depan dalam Prespektif Kebudayaan. Yogyakarta. <br />Markus, Sudibyo. 2008. MUHAMMADIYAH-Dari Gerakan Pembaharuan ke Gerakan Amal Usaha. Adobe reader<br />PP Muhammadiyah. 2005. Tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke 45. Malang.<br />Ricklefs, MC. 1991. A History of Modern Indonesia since c.1300- 2nd Edition. Stanford: Stanford University Press.<br /><br /><br />***Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01389283657369153170noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4974364226299128364.post-73308104914236291302009-11-05T00:57:00.000-08:002009-11-05T01:05:43.643-08:00ISLAM DI INDONESIA1. Pendahuluan <br />Islam adalah salah satu agama yang tumbuh dan berkembang diantara beberapa agama lain di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara Muslim terbesar di seluruh dunia dengan lebih dari 100 juta penduduknya beragama Islam. Meskipun 88% penduduknya beragama Islam, Indonesia bukanlah negara Islam. Agama-agama lain ikut serta dalam membentuk perundang-undangan nasional, bahkan sebagian dari padanya merupakan warisan produk colonial ketika menjajah Indonesia. <br />Muslim di Indonesia juga dikenal dengan sifatnya yang moderat dan toleran. Demikianlah seperti dinyatakan dalam sejarah bahwa sebelum Islam datang, Indonesia telah akrab dengan ajaran-ajaran animisme/dinamisme dan Hindu-Budha. Tetapi dengan sifat moderat dan tolerannya para da'i dalam memperkenalkan ajaran Islam, maka penduduk Indonesia lambat laun menganut ajaran ini. Oleh karenanya, umat Islam (Muslim) sudah terbiasa dengan sifat dan sikap itu. <br />Beralihnya penganut ajaran lama ke Islam dimulai ketika agama ini sudah mencapai bentuk definitifnya. Secara berangsur-angsur mereka menyerap banyak hal yang dikehendaki Islam. Demikianlah, maka Indonesia telah memperlihatkan daya tampung yang besar dan kemampuannya yang mengagumkan dalam hal menyesuaikan ide-ide yang baru diperoleh itu walaupun dengan dasar pemikiran mereka yang menggunakan pola lama. <br />Namun demikian, betapa juga mungkin sederhananya sumbangan teolog-teolog Indonesia kepada sastera keagamaan di zaman-zaman kemudian, sumbangan demikian bukanlah tidak ada. Sebab, disetiap abad di Indonesia kita dapati bukan saja sejumlah tertentu sarjana yang pengetahuan mereka sama dengan pengetahuan teolog-teolog di kawasan-kawasan dunia Islam lainnya tetapi juga diantara mereka terdapat tokoh-tokoh yang boleh diandalkan bahkan di pusat-pusat ilmiah Islam sekalipun….<br />Juga kedudukan Islam di dalam masyarakat Indonesia lagi-lagi kelihatan sederhana, setidaknya pada tatapan pertama. Bahkan kita hampir-hampir bisa mengatakan bahwa ciri menonjol Islam Indonesia ialah bahwa ia justeru tidak menonjol…<br />Namun begitu, Islam amat menguasai batin manusia Indonesia. Hasil inilah yang dihadapi Snouck Hurgronye ketika ia menulis bahwa kemenangan yang dicapai Islam di daerah-daerah Indonesia adalah setarap dengan kemenangan yang dicapai agama ini (secara keseluruhan) di abad-abad sebelumnya.<br />Catatan Drewer merupakan hal yang dirasa cukup penting terutama untuk memahami bagaimana gerakan-gerakan Islam muncul di Indonesia dalam rupa dan bentuk hingga mencapai tarap perkembangan terakhir. Sebab, pergulatan, tumbuh dan kembangnya gerakan Islam di Indonesia umumnya tidak terlepas dari konstalasi yang terjadi di pusat-pusat pergulatan Islam di kawasan dunia lain, terutama dengan berbagai peristiwa yang terjadi di tanah Haram (Makkah dan Madinah) serta pusat kekhalifahan pada masa itu.<br />Hal di atas merupakan latar belakang yang sangat menarik, terutama bila dibandingkan dengan situasi dan kondisi saat ini, dimana sepertinya tengah terjadi tarik-menarik kepentingan dari berbagai pihak untuk mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari kehadiran kekuatan kelompok Islam, baik pada skala global maupun lokal, baik dari sudut komersial ekonomi maupun social politik dan aspek-aspek kristalisasi social budaya juga aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan keutuhan dinamika suatu komunitas.<br />2. Kedatangan dan Perkembangan Pemikiran Islam di Indonesia <br />Pemikiran terhadap Islam di Indonesia tampaknya tidak terlepas dari pola tumbuh dan berkembangnya Islam di Nusantara, khususnya di Jawa, sebagaimana dikatakan oleh Slamet Effendi Yusuf dan kawan-kawan dalam ”Dinamika Kaum Santri”, perkembangan Islam di Nusantara digambarkan dengan pernyataan berikut. ”Realitas sejarah yang tak terbantah, Islam tersebar di Indonesia, Jawa khususnya, dengan cara yang ramah dan penuh pengertian. Babad maupun sejarah selalu menyebutkan tokoh-tokoh lompatan spiritual ini dengan sebutan ”wali” yang jumlahnya ada sembilan (Wali Songo)". Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.<br />Sebelum itu, keadaan masyarakat Islam di Indonesia masih setengah-setengah dalam menjalankan agamanya.<br />Pada bagian lain dinamika Islam di Indonesia yang dibangun tidak bisa terlepas dari unsur-unsur yang menjadi media transformasi keilmuan dan factor sosial budayanya. Media terpenting dalam proses transformasi tersebut di Jawa dikenal dengan sebutan Pesantren, di Sumatera dikenal surau dan meunasah yang sampai hari ini merupakan lembaga tertua dalam pergulatan dunia pendidikan ke-Islaman di Indonesia lengkap dengan segala ciri khasnya, seperti; adanya masjid, kamar-kamar penampungan santri serta kekhasan struktur system social budayanyanya. <br />Pada bagian awal tumbuh dan berkembangnya gerakan Islam nyaris tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari eksistensi lembaga pendidikan pesantren dan sejenisnya. Pesantren dianggap merupakan satu-satunya lembaga tradisional yang hingga hari ini mampu tampil dan berperan sebagai pusat penyebaran sekaligus pendalaman agama Islam bagi pemeluknya secara lurus. <br />Kendati harus diakui, realitas yang mengemukakan bahwa pada tahap awal pesantren pertamakali lebih memfokuskan diri pada upaya pemantapan iman dengan latihan-latihan kethariqatan daripada menjadikan dirinya sebagai pusat pendalaman Islam sebagai Ilmu, namun harus diakui dari pesantren inilah lahir generasi yang menjadi bagian dari lapisan masyarakat dengan tingkat kesadaran dan pemahaman agama Islam yang relatip utuh dan juga lurus.<br />Fokus perhatian pesantren sebagaimana di atas sepertinya mudah untuk dimafhumi, sebab disebaliknya terdapat beberapa factor yang memaksa pesantren untuk bersikap demikian. Diantara sekian faktor yang mempengaruhi sikap pesantren tersebut adalah, Langkanya literature keislaman sebagai akibat dari penindasan politik pemerintah colonial Belanda yang menerapkan pembatasan-pembatasan yang memepersempit ruang gerak dan menutup kemungkinan terbukanya kontak antar umat Islam Jawa dengan umat Islam di negeri lain, khususnya dengan negeri-negeri di Timur tengah. Politik ini disatu pihak, dimaksudkan untuk menghambat tumbuhnya kelompok-kelompok Islam yang kuat keimanannya, di sisi lain adalah untuk menunjang penyebaran missi Zending. <br />Dari berbagai literature kemudian diketahui, bahwa baru pada pertengahan terakhir abab ke-19 meski masih sangat terbatas dapat terjadi kontak langsung antara umat Islam di Nusantara dengan saudara-saudaranya di negeri-negeri lain, khususnya di negeri-negeri Timur tengah. Kontak-kontak yang terjadi disamping pada bagian terbatas hanya untuk melaksanakan ibadah (ritual) haji, juga melalui sejumlah pemuda yang disamping melaksanakan ibadah haji merekapun kemudian untuk beberapa waktu tinggal dan belajar (bahkan ada yang menetap) di sana untuk lebih memperdalam agama Islam. Banayaknya literature keislaman di pusat studi keislaman Timur tengah, memungkinkan mereka yang belajar di sana mencapai tingkat pengetahuan yang lebih luas dan mampu membuka cakrawala pemikiran dan semangat yang lebih terbuka tentang Islam.<br />Dalam kasus Islam Indonesia, sejak keberhasilannya menempatkan sebagian dari generasi terbaiknya di pusat-pusat studi dunia Islam. Mendekati akhir paruh abad ke-18 hingga memasuki paruh pertama abad ke-19, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan umat Islam sebagai komunitas tersendiri maupun sebagai bagian dari komunitas kebangsaan. Hal mana memaksa pemerintah colonial Belanda bekerja lebih keras untuk membendung arus kebangkitan umat Islam yang dijiwai oleh ruh Islam yang selalu mengusung dan bahkan sangat anti kolonialisme dan segala macam bentuk penjajahan. <br />3. Kebangkitan Islam di Indonesia<br />Hal lain yang menarik dari kebangkitan umat Islam adalah adanya pengaruh dan keterhubungan yang kuat dengan ketegangan yang memuncak antara kaum tradisionalis dan kaum modernis di Timur tengah. Kendati dianggap wajar, karena kebangkitan Islam di Indonesia itu sendiri banyak diilhami oleh intelektual-intelektual lulusan pusat-pusat studi Islam di Timur tengah. Namun hal ini juga sekaligus menjadi pembuktian bahwa sejak dari awal nafas hidup dinamika Islam di Indonesia berkaitan erat dengan apa yang terjadi secara global. <br />Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sejak dari awal Islam dalam beragam coraknya adalah merupakan ideologi trans-nasional yang secara komprehensif dipaksa ataupun terpaksa harus berhadapan dengan ideologi trans- nasional lainnya, terutama dengan pranata nilai hasil produk nilai-nilai cultural Barat yang pada saat itu tengah mencapai kegemilangannya sebagai penguasa di negeri-negeri berpenduduk Muslim.<br />Beberapa ketegangan melahirkan kelompok-kelompok Islam yang kemudian mengkristal dalam eksklusifime organisasi, baik diawali dengan kepentingan ekonomi, politik maupun kepentingan-kepentingan lain yang bersifat social dan cultural.<br />Kebangkitan Islam di Indonesia ditandai dan dimulai dengan berdirinya beberapa organisasi Islam, seperti diantaranya yaitu: Syarekat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1905 dengan pelopornya H.O.S Cokro Aminoto, dimana pada awalnya lahir dari sebuah upaya untuk lebih menyeimbangkan peta kekuatan ekonomi antara pribumi dengan non pribumi, SDI kemudian berkembang menjadi kekuatan politik dan berubah menjadi Syarekat Islam (SI). Disusul kemudian dengan lahirnya Muhammadiyah pada tahun 1912 dengan dipelopori oleh KH.Ahmad Dahlan di Jogjakarta, Persatuan Islam (Persis 1922) dipelopori oleh A. Hasan (Hasan Bandung) dan kemudian Nahdlatul Ulama (NU 1926) dipelopori oleh KH Abdul Wahab Hasbullah atas restu KH Hasyim Asy’ari. Al Irsyad yang dipelopori oleh Ahmad Soorkati dan lain-lain .<br />Fenomena di atas, dengan kajian kristis jelas menunjukkan adanya suatu kerja umat Islam yang lebih terstruktur dan terorganisir dengan sangat baik. Bagi pemerintah colonial, fenomena kebangkitan umat Islam ini jelas merupakan perlawanan yang sangat berat untuk dihadapi. Pada sudut lain, fenomena itu juga menunjukkan adanya kompartemen-kompartemen social atas kecenderungan yang berbeda terhadap pemahaman ajaran Islam sesuai yang dicerap oleh masing-masing pelopor organisasi dimaksud. Kelak ternyata hal tersebut terus terbawa hingga saat sekarang, ketika sudah sekian lama Indonesia merdeka dari bentuk-bentuk penjajahan kolonialisme tradisional.<br />SDI dengan dinamika serikat dagangnya sangat memungkinkan membentuk karakteristik pengikutnya yang memiliki watak dan jiwa yang terbuka dan sangat siap dengan berbagai perubahan dan tantangan. Apalagi kemudian dilandasi dengan ruh ideology Islam yang mapan, menjadikan SDI seperti kerangka bangun yang siap untuk bertumbukkan dengan kemapanan kebijakan pemerintah colonial pada segmen-segmen kehidupan, ideology, politik maupun social ekonomi. <br />Muhammadiyah yang menyusul kemudian dengan rumusan sebagai lembaga pendidikan, dakwah dan social seolah menjadi sebuah matarantai dari sebuah rangkai fondasi yang mengisi ruang yang secara normal tidak tergarap oleh SDI. KH Ahmad Dahlan, yang selama belajar di pusat studi Islam Timur tengah banyak mencerap ide-ide Muhammad Abduh dan murid-muridnya yang cenderung memiliki watak perlawanan intelektual terbuka atas pemasungan yang dilakukan kolonialisme, memberikan warna yang sangat jelas pada karakter dan garis juang Muhammadiyah yang genial dan keluwesan yang tegas. Menurut beberapa sumber hal ini kemudian menjadi model yang cukup berpengaruh pada nilai-nilai autentisitas (keaslian) dan modalitas (cara) pergerakan Islam moderen di Indonesia, sebagaimana kemudian menular pada semangat tumbuhnya organisasi pergerakan Islam sewatak lain seperti Al-Irsyad dan Persis.<br />Kebijakan politik isolasi Belanda untuk beberapa saat memang berhasil menahan laju pertumbuhan dan perkembangan Islam, namun pada fase lain justeru menjadi boomerang. Ketika kultur masyarakat pesisir dan gilda dagang dipaksa mundur kepedalaman yang cenderung puritan dan agraris, masyarakat santri malah berhasil membentuk dan membentangkan pemahaman Islam yang dianggap lebih lurus dan benar pada kedekatan jarak yang semakin menyatukan Islam dengan penganutnya. Pesantren banyak bermunculan dan berhasil menempatkan dirinya sebagai agen perubahan social yang cukup mencolok. Pada sisi inilah muncul Nahdlatul Ulama (NU), memberi pewarnaan yang semakin memeperkaya khazanah kebangkitan Islam Indonesia dari kaum santri. Sementara itu juga harus dipahami, kalau di balik kemunculan NU itu sendiri terdapat tokoh yang sangat berpengaruh atas nafas gerak dan dinamika intelektual NU. Beliau adalah KH Hasyim Asy’ari, tokoh kharismatik yang sekali lagi merupakan alumni pusat studi Islam Timur tengah. <br />Karateristik yang berbeda dari pelopor-pelopor berdirinya organisasi pergerakan Islam di atas sepertinya sangat teruk mempengaruhi alam pemikiran setiap pengikutnya. Tampaknya seolah terjadi transformasi atau pewarisan pergulatan menyangkut doktrin Islam tertentu dari guru-guru mereka di Timur tengah kepada murid-muridnya. Hal ini kemudian mengundang pernyataan Zamakhsari Dhofier yang menyatakan :<br /> “ Ada satu hal yang tidak bias dielakkan bila berbicara tentang gerakan Islam di Indonesia. Yaitu adanya telaah yang bermula dari pandangan dikotomis antara apa yang disebut dengan Islam Modernis dan Islam Tradisional. Begitu ketika orang membicarakan NU permasalahan timbul begitu saja, karena sejak awal abad 20, sejarah gerakan Islam di Indonesia memang tidak pernah mampu melepaskan diri dari kenyataan seperti itu.”<br /><br />Tanpa menutup diri dari ketegangan yang cukup serius dari adanya ketegangan yang memuncak antara kaum tradisional, terdapat hal fundamental dalam kerucut persamaan kepentingan, yaitu ; hubungan yang kohesif antara keduanya ketika mengambil sikap dalam menghadapi penjajahan dari pihak asing (Belanda) atas bangsa dan Negara, baik dalam tataran politis maupun ideologis. Dari sudut ini menurut Binder dan Rahman dikatakan : “…bahwa orientasi nasionalis yang serius cenderung menemukan kembali Islam pada satu derajat tertentu atau lainnya sebagai satu bagian kehidupan nasional dan kebudayaan, memang menjadi kenyataan yang tak dapat dibantah di Indonesia.”<br />Konstelasi sebagaimana dikatakan oleh Binder dan Rahman, pada kasus Islam di Indonesia menjadi realitas tak tertolak plus bukti sejarah tak terbantah. Nasionalisme Indonesia secara umum justeru tumbuh dan berkembang secara sempurna bahkan lahir dari kandungan komunitas Islam yang menyadari betul akan arti sebuah kehidupan yang bebas dan merdeka dari segala bentuk penindasan.<br />Akhirnya, dengan tanpa maksud meremehkan prestasi-prestasi yang pernah dicapai oleh umat Islam Indonesia terdahulu, tampaknya kita harus jujur dengan realitas sejarah yang mencatat berbagai peristiwa disekitar kehidupan umat Islam Indonesia. Hal yang dimaksud adalah bahwa sepanjang sejarah Islam Indonesia belum pernah menunjukkan bukti prestasi gemilang yang berskala Internasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana yang telah dilakukan pada bidang politik oleh kerajaan Islam pada abad yang lalu namun terhenti tatkala Islam mengalami fase kegelapan yang dimulai pada abad 17 hingga pertengahan abad 20. Pada kurun waktu itu, secara umum memang bukan hanya Indonesia, bahkan kebanyakan negeri-negeri berpenduduk muslim jatuh ke tangan penjajahan Negara-negara Barat. Sejak itu terjadi potensi penduduk muslim, kecuali bertahan hidup, mengalami penderitaaan yang sangat parah, dieksploitasi dan jatuh ke dalam jurang kehinaaan yang hidupnya diabdikan untuk memenuhi kepentingan penjajah. <br />Baru pada awal abad 20, Islam di Indonesia mulai terlihat menggeliat, berusaha bangkit dari keterpurukan dan kelumpuhan sebagai jawaban atas panggilan hati nurani yang menghendaki pembebasan diri dari cengkeraman penjajahan. Grunebaum, bertitik tolak dari pandangan kebudayaan, menyebutkan empat macam prestasi Islam dalam mengubah kebudayaan leluhur Arab. Empat hal tersebut adalah :<br />1. Memperluas serta memperhalus daya rasa manusiawi.<br />2. Memperluas dunia intelektual serta cara-cara manusia menguasainya.<br />3. Menciptakan suatu organisasi politik yang dapat dibenarkan secara moral dan bersifat efektif sebagai yang belum pernah terdapat di tempat yang bersangkutan.<br />4. Menentukan garis dasar kehidupan baru. <br />4. Degradasi Citra Umat Islam di Indonesia<br />Kondisi bangkitnya usaha-usaha perbaikan Islam nampaknya harus terganjal sejak era reformasi digelar di Indonesia, seiring dengan pertumbuhan politik, umat Islam yang diwakili oleh organisasi Islam nampak tidak mau melakukan konsolidasi persatuan. Para pemimpin (elit) politik Islam berlomba-lomba mendirikan organisasi politik secara parsial sehingga kekuatan Islam menjadi lemah dan kekuatan nasionalis dan sekular menjadi lebih kuat. Padahal kekuatan Islam akan terbina untuk menaungi umat manusia sebagai rahmatan lil 'alamin manakala tetap dalam persatuan dan kejayaannya.<br /> Belakangan ini, umat Islam di Indonesia, sebagaimana umat Islam di beberapa negara lain, terkekang oleh suspect/kecurigaan beberapa kalangan termasuk negara Barat. Dakwah dan pengajaran agama diawasai dengan ketat, bahkan di beberapa daerah wajib lapor, terkait isu terror yang akhir-akhir ini terjadi, yang mengatasnamakan gerakan jihad, jamaah Islamiyah, JIL, dll.<br />4. Penutup<br />Islam di Indonesia telah beberapa kali mengalami pasang naik dan pasang surut dalam dinamika kehidupan bermasyarakat di tanah air semenjak masa pendudukan kolonial hingga beberapa tahun terakhir ini. Meski demikinan diakui bahwa umat Islam di Indonesia sebenarnya sangat moderat dan toleran. Tinggal diperlukannya kembali pembenahan usaha-usaha perbaikan berbagai bidang keagamaan sehingga kemajuan Islam di Indonesia kembali mengalami masa kejayaan yang pada akhirnya umat-umat penganut agama lain merasa aman dibawah panji-panji Islam. Demikianlah makalah ini disusun sebagai inspirasi untuk menganalisis penyebab lemahnya pergerakan umat Islam di negeri tercinta ini dan mencari alternatif solusi usaha perbaikannya.<br /><br /><br />REFERENSI<br />Boisard, Marcel A .Rasjidi. 1980. Terjemahan L’ Humanisme De L’Islam (Edition Albin Michel, Paris, 1979). Jakarta: Bulan Bintang<br />Dhofier, Zamkhsari. 1982. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES<br />Karim, M Rusli. 1985. Dinamika Islam di Indonesi. Yogyakarta : Hanindita<br />Natsir, M. 1969. Islam dan Kristen di Indonesi. Bandung: Bulan Bintang<br />www.muhammadiyah.or.id/ <br /><br />www.nu.or.id/page.php <br /><br />www.pesantren.net/sejarah/wali-index.shtml <br /><br />www.seasite.niu.edu/indonesian/Islam/archives_on_jemaah_islamiyah.htm <br /><br />www.seasite.niu.edu/indonesian/Islam/BBC%20NEWS%20%20Asia-Pacific%20%20Islam%20in%20Indonesia.htm<br />www.w3.org/TR/REC-html40 <br /><br />Yusuf, Slamet Effendi dkk. 1982. Dinamika Kaum Santri. Jakarta: Rajawali<br /><br />الحمد لله رب العالمينAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/01389283657369153170noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4974364226299128364.post-88226830064329874472009-10-10T00:10:00.000-07:002010-02-23T21:06:39.466-08:00PERAN SERTA ORANG TUA<p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><st1:personname st="on"><st2:givenname st="on"><b><span style="line-height: 150%;">PERAN</span></b></st2:GivenName><b><span style="line-height: 150%;"> <st2:sn st="on">SERTA</st2:Sn></span></b></st1:PersonName><b><span style="line-height: 150%;"> ORANG TUA <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="line-height: 150%;">DALAM PENGAJARAN <st1:personname st="on"><st2:givenname st="on">DAN</st2:GivenName> <st2:middlename st="on">PEMBELAJARAN</st2:middlename> <st2:sn st="on">ANAK</st2:Sn></st1:PersonName><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><st1:personname st="on"><st2:givenname st="on"><b><span style="line-height: 150%;">SECARA</span></b></st2:GivenName><b><span style="line-height: 150%;"> <st2:sn st="on">ISLAMI</st2:Sn></span></b></st1:PersonName><a style="" href="#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">*</span></span></b></span></a><span style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">Oleh:</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><st1:personname st="on"><st2:givenname st="on">NONO</st2:GivenName> <st2:sn st="on">WARSONO</st2:Sn></st1:PersonName>, S.Pd.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.05pt; text-align: justify; text-indent: -28.05pt; line-height: 150%;"><b>A.<span style=""> </span>Pendahuluan<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 28.05pt; line-height: 150%;">Beberapa tahun terakhir, pemerintah melalui pemerintah daerah, mencanangkan program wajib belajar 9 tahun. Artinya setiap anak pada usia 7-15 tahun (usia wajar dikdas), wajib mengikuti pendidikan dasar itu, yakni 6 tahun di SD/MI dan 3 tahun di SLTP (SMP/MTs). Bahkan pada tahun 2009/2010, pemerintah berencana akan melanjutkan penyelenggaraan sekolah gratis untuk tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs) secara maksimal. Kecuali itu, pakaian seragam sekolah, pakaian olah raga, tas dan buku tulis harus dibayar atau dibeli oleh orang tua siswa/murid. Bahkan di beberapa kota, termasuk Indramayu, mewajibkan anak usia wajar dikdas untuk mengikuti pendidikan keagamaan di Madrasah Diniyah (MD) yang dilaksanakan pada sore hari, khususnya anak usia SD sebagai syarat tambahan memasuki SLTP (SMP/MTs). Umumnya kegiatan belajar dan mengajar di <st2:givenname st="on">Madrasah</st2:GivenName> <st2:sn st="on">Diniyah</st2:Sn> membutuhkan <st2:givenname st="on">dana</st2:GivenName> penyelenggaraan dari orang tua murid, dengan kata lain penyelenggaraan <st1:personname st="on"><st2:givenname st="on">Madrasah</st2:GivenName> <st2:sn st="on">Diniyah</st2:Sn></st1:PersonName> tidak gratis.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 28.05pt; line-height: 150%;">Program wajar dikdas di sekolah umum dan <st1:personname st="on"><st2:givenname st="on">Madrasah</st2:GivenName> <st2:sn st="on">Diniyah</st2:Sn></st1:PersonName>, disambut oleh kalangan orang tua dengan <st2:givenname st="on">cara</st2:GivenName> berbeda-beda. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Ada</st1:City></st1:place> yang sepenuhnya mendukung dengan segala konsekwensinya, ada yang mendukung dengan melimpahkan seluruh tanggung jawab kepada pihak sekolah/madrasah atau mendukung sebatas tidak ada konsekwensi bagi orang tua, ada pula yang tidak mendukung. Kalangan orang tua yang sepenuhnya mendukung dengan segala konsekwensinya adalah mereka yang dengan sungguh-sungguh menyekolahkan anaknya, baik ke SD, SLTP maupun ke MD, baik gratis maupun berbiaya. Mereka siap mengontrol / mengawasi anaknya dalam bersekolah. Kadang-kadang mereka mengevaluasi kegiatan belajar anak dengan memberikan pemeriksaan pekerjaan dan hasil ulangan anak. Segala bentuk kebutuhan pendidikan anaknya, diupayakan untuk dipenuhinya. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 28.05pt; line-height: 150%;">Kalangan orang tua yang mendukung dengan melimpahkan seluruh tanggung jawab kepada pihak sekolah/madrasah atau mendukung sebatas tidak ada konsekwensi bagi orang tua adalah mereka yang menitipkan anaknya di sekolah sepenuhnya. Mereka tidak mau tahu tentang anggaran belanja sekolah (ATK, honorarium guru, insentif, rekening air/listrik, dll. yang merupakan biaya rutin sekolah). Apa yang diajarkan, bagaimana anak belajar, mengapa anak tidak bisa, dan sebagainya pun mereka tidak mau tahu. Mereka hanya menyekolahkan anaknya dan berharap lulus.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 28.05pt; line-height: 150%;">Kalangan orang tua yang tidak mendukung adalah mereka yang malah melarang anaknya sekolah. Mereka tidak memberikan kesempatan anaknya belajar dan berlatih. Setiap harinya, anak disuruhnya bekerja membantu orang tua. Bahkan ada di antara orang tua yang meminta/menyuruh anaknya bekerja melebihi intensitas yang seharusnya dilakukan oleh ibu-bapaknya. Kalaupun ada anak yang bersekolah, itu pun dilakukan tanpa sepengetahuan mereka. Anak didholimi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 28.05pt; line-height: 150%;">Lebih jauh, di antara beberapa kalangan, baik yang mendukung maupun yang tidak, ada yang memang tidak berlatar belakang pendidikan agama. Sehingga mereka jauh dari nilai-nilai agama. Celakanya, mereka tidak memberikan kesempatan kepada anaknya untuk lebih baik dalam pendidikannya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 28.05pt; line-height: 150%;"><st1:personname st="on"><st2:givenname st="on">Al</st2:GivenName> <st2:sn st="on">Quran</st2:Sn></st1:PersonName>, yang merupakan kalam Allah SWT, secara tegas menyuruh peduli terhadap anak yang merupakan amanah Allah. Menyia-nyiakan, mendholimi dan menghancurkan masa depan anak sesungguhnya melawan amanah yang dititipkan Allah kepadanya. Padahal Allah telah berfirman dalam QS (8) <st1:personname st="on"><st2:givenname st="on">Al</st2:GivenName> <st2:sn st="on">Anfal</st2:Sn></st1:PersonName> : 27:</p> <p class="MsoNormal" dir="rtl" style="text-align: justify; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">$</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">p</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">k</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">š</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">‰</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">r</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">'</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">¯</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">»</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">t</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">ƒ</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span dir="ltr"></span><span style="">z</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">`</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">ƒ</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">Ï</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB3;"><span style="">%</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">©</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB3;"><span style="">!</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">$</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">#</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span dir="ltr"></span><span style="">(</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">#</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">q</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">ã</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">Z</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">t</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">B</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">#</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">u</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">ä</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span dir="ltr"></span><span style="">Ÿ</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">w</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span dir="ltr"></span><span style="">(</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">#</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">q</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">ç</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">R</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">q</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">è</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">ƒ</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">r</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">B</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span dir="ltr"></span><span style="">©</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">!</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">$</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">#</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span dir="ltr"></span><span style="">t</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">A</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">q</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">ß</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">™</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">§</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">�</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">9</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">$</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">#</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">u</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">r</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span dir="ltr"></span><span style="">(</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">#</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">þ</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">q</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">ç</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">R</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">q</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">è</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">ƒ</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">r</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">B</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">u</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">r</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span dir="ltr"></span><span style="">ö</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">N</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">ä</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">3</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">Ï</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">G</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">»</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">o</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">Y</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">»</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">t</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">B</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">r</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">&</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span dir="ltr"></span><span style="">ö</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">N</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">ç</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">F</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">R</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">r</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">&</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">u</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">r</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span dir="ltr"></span><span style="">t</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">b</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">q</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">ß</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">J</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">n</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">=</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">÷</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">è</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">s</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">?</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span dir="ltr"></span><span style="">Ç</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">Ë</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">Ð</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">È</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span>"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (<st2:sn st="on">Muhammad</st2:Sn>) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui."</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Dalam ayat lain Allah berfirman:</p> <p class="MsoNormal" dir="rtl" style="text-align: justify; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">$</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">p</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">k</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">š</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">‰</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">r</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">'</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">¯</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">»</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">t</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">ƒ</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span dir="ltr"></span><span style="">t</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">û</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">ï</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">Ï</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB3;"><span style="">%</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">©</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB3;"><span style="">!</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">$</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">#</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span dir="ltr"></span><span style="">(</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">#</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">q</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">ã</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">Z</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">t</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">B</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">#</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">u</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">ä</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span dir="ltr"></span><span style="">(</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">#</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">þ</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">q</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">è</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">%</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span dir="ltr"></span><span style="">ö</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB3;"><span style="">/</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">ä</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">3</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">|</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">¡</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">à</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">ÿ</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">R</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">r</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">&</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span dir="ltr"></span><span style="">ö</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB3;"><span style="">/</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">ä</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">3</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">‹</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">Î</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">=</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">÷</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">d</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">r</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">&</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">u</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">r</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span dir="ltr"></span><span style="">#</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB4;"><span style="">Y</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">‘</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB1;"><span style="">$</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span style="">t</span></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB2;"><span style="">R</span></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-size: 16pt; font-family: HQPB5;"><span dir="ltr"></span>..</span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic";" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span> ... <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span>"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS [66] At Tahrim : 6)</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 28.05pt; line-height: 150%;">Bahkan sebagaimana disebutkan dalam Kitab <st2:givenname st="on">Al</st2:GivenName> Ausath yang diterima dari <st1:personname st="on"><st2:givenname st="on">Ibnu</st2:GivenName> <st2:sn st="on">Umar</st2:Sn></st1:PersonName> r.a., Rasulullah SAW menegaskan :</p> <p class="MsoNormal" dir="rtl" style="text-align: justify; text-indent: 4.8pt; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 24pt; font-family: "Traditional Arabic";" lang="AR-SA">لاَإِيْمَانَ لِمَنْ لاَأَمَانَةَ لَهُ<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Artinya : "Tidak sempurna iman seseorang yang tidak memegang amanah." </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">(Usman et.al., 1988: 199)</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 28.05pt; line-height: 150%;">Berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat, maka orang tua dipandang sangat perlu dan berkewajiban berperan serta berupaya dalam mengawasi, memperbaiki dan meningkatkan pendidikan anaknya. Peran serta orang tua dalam segala bentuk kebaikan dan keburukan akan berpengaruh banyak terhadap anaknya. Sementara peran dalam mengawasi, memperbaiki dan meningkatkan pendidikan dan mencegah tingakh laku buruk anaknya sangat mulia di sisi Allah SWT.</p> <div style=""><!--[if !supportFootnotes]--><br /> <hr align="left" size="1" width="33%"> <!--[endif]--> <div style="" id="ftn1"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Symbol;"><span style="">*</span></span></span></a> Makalah disampaikan untuk persyaratan pendaftaran Program Pascasarjana pada STAIN <st1:city st="on"><st1:place st="on">Cirebon</st1:place></st1:City> tahun 2009</p> </div> </div><br /><br /><br />ke: <a href="http://artikelalfaqihwarsono.blogspot.com/2010/02/pasangan.html">artikel</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01389283657369153170noreply@blogger.com0