Selasa, 08 Desember 2009

OBJEK PENDIDIKAN

Suatu Kajian Metode Tafsir Maudu'i

Oleh:
Nono Warsono


1. Pendahuluan
Islam memandang perlu dan bahkan teramat penting pada urusan pendidikan, terutama pendidikan Islam. Agama (Islam) itu adalah nasehat bagi peningkatan iman kepada Allah, kitab-Nya, dan Rasul-Nya, bagi pemimpin umat Islam dan seluruh kaum muslimin. Sebagaimana dialog yang terjadi antara Rasulullah SAW dan Abi Tamim bin Aus adDaari ra. Beliau bersabda:

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قلنا لمن ؟ قال : ِللهِ وِلِرَسُوْلِهِ وَلِلأَئِمَّةِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ.

"Agama itu adalah Nasehat. Kami bertanya : untuk siapa ? Beliau menjawab : untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslim”.
Kita tahu bahwa Islam adalah bukan agama munfarid/individual, dimana kita khusyu' beribadah, mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya, sementara orang-orang di sekeliling kita asyik dengan kemaksiatan dan ketidaktahuan terhadap agama yang dianutnya. Akan tetapi Islam adalah agama social/kolektif, dimana ketaatan kita dapat diukur dengan kepedulian kita terhadap orang lain. Bahkan Rasululullah SAW dalam sebuah hadits mengultimatum muslim yang tidak peduli dengan muslim lainnya dalam urusan agama.

مَنْ لَمْ يَهْتَمَّ بِأُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَلَبيْسَ مِنْهُمْ (الحديث)

"Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka ia bukanlah bagian dari mereka."
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ أصْبَحَ وَالدُّنْياَ أَكْبَرُ هَمُّهُ فَلَيْسَ مِنَ اللهِ فِيْ شَيْءٍ وَمَنْ لَمْ يَتَّقِ اللهَ فَلَيْسَ مِنَ اللهِ فِيْ شَيْءٍ وَمَنْ لَمْ يَهْتَمَّ لِلْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً فَلَيْسَ مِنْهُمْ. (رواه الحاكم فى المستدرك )

"Barangsiapa yang di waktu pagi menaruh perhatian lebih besar terhadap dunia, maka bukanlah bagian dari Allah dalam suatu hal, barangsiapa yang tidak bertaqwa kepada Allah, maka bukanlah bagian dari Allah dalam suatu hal, dan barangsiapa yang tidak peduli/menaruh perhatian bagi kaum muslimin secara umum, maka bukanlah bagian dari mereka."

Maka kiranya kaum muslimin, baik anggota keluarga maupun masyarakat, perlu diajak dan diberi pendidikan Islam. Sebab senyatanya bahwa semua pendidikan hakekatnya adalah pendidikan Islam, semua pelajaran adalah hakekatnya pelajaran Islam. Tidak satupun pendidikan dan pelajaran—IPA, IPS, Matematika, Moral, Budi pekerti, Bahasa, Filsafat, dll—yang tidak bersentuhan dengan ajaran Islam. Bahkan Al Quran sendiri adalah kitab peringatan bagi seluruh alam (jin dan manusia).

تَبَارَكَ الَّذِيْ نَزَّلَ اْلفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَمِيْنَ نَذِيْرًا.
"Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (maksudnya jin dan manusia)" (QS [25] Al Furqan:1).
إِنْ هُوَ إِلاَّ ذِكْرٌ لِلْعَالَمِيْنَ.
"Al Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam." (QS [38] Shad : 87)

Hanya saja kita tidak mungkin menjadikan jin sebagai objek pendidikan Islam. Dengan kata lain objek pendidikan itu sangat luas mencakup semua manusia, baik keluarga ataupun masyarakat, muslim ataupun non-muslim, laki-laki ataupun perempuan, kecuali jin. Itulah yang dalam Al Quran disebut "peringatan bagi seluruh alam" atau "peringatan bagi alam semesta". Alam selain manusia dan jin tidak dapat diberi peringatan, lebih khusus lagi tidak dapat di beri pendidikan. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang kongkrit yang paling sempurna akal dan penalarannya, sehingga tidak mungkin makhluk lain yang tidak memiliki penalaran yang baik, akan menerima Islamic teaching (ajaran Islam), yang harus menjalankan syariat dan menunaikan amanat Allah sebagai khalifah fil ardl.

Dasar pemikiran bahwa manusia sanggup menerima pelajaran dan pendidikan adalah anggapan bahwa : (1) secara fitrah semua manusia beragama tauhid sehingga pendidikan Islam akan bersenyawa dengan fitrahnya, (2) manusia adalah secara dhohir memiliki bentuk yang paling sempurna, begitu juga rasio/pemikiran, akal dan daya nalar yang tidak dimiliki makhluk lainnya, (3) manusia adalah makhluk yang dihiasi dengan nafsu, sehingga motivasi yang benar dan baik akan membimbingnya mampu menggapai tujuan hidupnya.

Manusia yang akan menjadi objek pendidikan, dalam Al Quran digolongkan menjadi dua, yakni : (1) golongan positif (Muslimin, mu'minin, muttaqin), dan (2) golongan negatif (Munafiqin, Fasiqin, Murtadin, Kafirin, dan bahkan Musyrikin). Tujuan objek yang pertama adalah untuk peningkatan posisinya dan derajatnya di sisi Allah dengan tidak melakukan maksiat/pendurhakaan. Sedangkan tujuan objek kedua adalah sebagai peringatan, penyadaran, dan pertaubatan kepada Allah karena mereka nyata-nyata bersikap acuh tak acuh terhadap seruan Allah dan menjadi kaum pendosa.

2. Peserta Didik dan Etika Pembelajaran
Pengajaran dan pendidikan umum maupun urusan agama perlu memperhatikan etika penyampaian. Perlu diketahui bahwa manusia, ketika dilibatkan sebagai peserta didik atau objek dalam hal pendidikan, mempunyai penilaian bathin tersendiri yang terkadang sulit diterka sebelumnya oleh para pengajar dan pendidik. Sehingga kearifan, kebijaksanaan, dan kecerdasan dalam memilah dan memilih metode sangat dibutuhkan.

Allah SWT, dalam QS An Nahl : 125, menjelaskan tentang etika berda'wah :
ادْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَاْلمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُج إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ صلى وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ.
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS [16] An Nahl: 125)

Maksudnya adalah bahwa kata "ud'u" yang berarti serulah, dalam konteks pendidikan berarti ajarilah atau didiklah manusia—sebagai peserta didiknya—dengan menggunakan cara-cara/metode yang sangat memperhatikan etika tabligh. Menurut dhohir ayat di atas ialah dengan mempergunakan dua cara etika, yakni : (1) hikmah, yaitu perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil, dan (2) pelajaran yang baik, yang sangat berguna dalam hidup dan kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat.

Imam Jalalain (Jalaludin Muhammad bin Ahmad alMahla dan Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakr asSuyuthi) menafsirkan ayat di atas dengan risalah sebagai berikut:
(ادع) الناس يا محمد (إلى سبيل ربك) دينه (بالحكمة) بالقرآن (والموعظة الحسنة) مواعظه أو القول الرقيق (وجادلهم بالتي) أي المجادلة التي (هي أحسن) الدعاء إلى الله بآياته والدعاء إلى حُجَجِه (إن ربك هو أعلم) أي عالم (بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين) فيجازيهم...

"Serulah/ajarilah manusia, wahai Muhammad, menuju jalan Tuhannu, yakni agamaNya dengan hikmah, yakni dengan Al Quran, dan dengan pelajaran yang baik, yaitu pelajarannya atau ucapan yang halus. Dan bantahlah mereka dengan bantahan yang lebih baik, yakni seruan atau permohonan kepada Allah dengan ayat-ayatNya dan seruan kepada hujjah/buktinya. Sesungguhnya Rob-mu Maha Mengetahui terhadap orang-orang yang sesat dari jalanNya, dan mengetahui terhadap orang-orang yang beroleh petunjuk, dan membalasnya…"

Pada ayat lain, Allah jelaskan etika pembelajaran itu dengan firmanNya:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ [آل عمران : 159[
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS [3] Ali Imran : 159).

Ayat ini memberi pengertian pendidikan seyogyanya dilakukan dengan cara yang lemah lembut, tidak harus tepat seperti yang kita (pendidik) mau. Ini karena latar belakang peserta didik yang berbeda, yang heterogen, baik daya kecerdasannya, hereditasnya, maupun stimulant motivasinya. Semua ini sangat mempengaruhi pribadinya. Oleh karena itu dibutuhkan sikap lemah lembut, penuh dedikasi dan kharismatik sebagai pendidik. Kalau tidak, para peserta didik akan lari meninggalkan bangku pendidikan. Yang pada akhirnya kita (para pendidik) akan kehilangan tujuannya, dan sasaran tidak akan tercapai. Dengan kata lain da'wah menjadi gagal.
Karena seorang pendidik adalah agen pembelajaran, berada di garis depan, berhadapan langsung dengan peserta didik, maka di samping suri tauladannya dengan sikap, ia juga harus memperhatikan gaya bicara dalam proses pembelajaran. Etika berbicara yang baik atau buruk akan didengar langsung oleh peserta didik.

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُوْلُوْا الَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُج إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْج إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِيْنًا.
"Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (QS [17] Al Isra: 53)

Tentu saja cara bicara yang mengindahkan norma (baik/buruk) akan berimbas kepada etika para peserta didiknya. Keteladanan para pengajar dan pendidik akan dijadikan cermin kehidupan mereka. Singkatnya, apa saja etika yang diterapkan para pendidik, baik prilaku, sikap, dan ucapan, sedikit atau banyak akan ditiru dan dijadikan pola dalam hidup mereka kelak. Oleh karena itu, etika akhlak yang baik dari para guru/pendidik mutlak dibutuhkan. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang lebih baik akhlaknya?
إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنُكُمْ أَخْلاَقًا.
"Sesungguhnya yang lebih baik diantara kamu adalah yang lebih baik akhlaknya". Demikian sabda Rasulullah SAW dalam kitab Mushannif Ibnu Abi Syaibah yang diterima dari Abdullah bin Amru.

Sebenarnya bukanlah pendidikan Islam jika tidak menggunakan etika, karena Islam sangat mengedepankan etika dan akhlak. Sebagaimana kita ketahui bahwa Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlah manusia. Itulah, secara historis, awal perlunya diadakan pendidikan Islam. Sehingga diharapkan lahir generasi yang tahu akan akhlak, baik akhlak terhadap Allah, Rasul, sesama manusia, yang lebih tua, bahkan kepada makhluak Allah lainnya.

3. Klasifikasi Peserta Didik
Peserta didik yang merupakan objek pendidikan dan perlu menerima ajaran dan didikan Islam, sebagai mana disebutkan di atas, adalah mencakup semua orang di lapisan masyarakat, mulai dari lingkungan terdekat (keluarga) sampai ke yang terjauh (masyarakat luas), baik dilaksanakan secara formal (di sekolah/madrasah), maupun informal (di lingkungan rumah tangga), bahkan non-formal (kursus dan LPK).

a. Keluarga
Keluarga merupakan wilayah terkecil dimana anggotanya menjadi sasaran pendidikan yang sangat efektif dan efisien. Pendidikan agama ditanamkan pada semua anggota keluarga. Dalam hal ini orang tua diharapkan menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya. Ayah—sebagai kepala keluarga—menjadi manajer utama dalam pendidikan bagi ibu dan anaknya. Harapan utama dari semua itu adalah menjadi keluarga yang bahagia dan selamat dunia akhirat. Allah berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا. وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ. عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ.

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At Tahrim: 6)
Ayat di atas termasuk ayat Madaniyyah (diturunkan di Madinah). Situasinya tidak dalam keadaan perang dengan kaum kafir Quraisy, sehingga ayat-ayat yang serumpun dengan ayat di atas sangat tepat terkait dengan keluarga.
Mujahid berkata mengenai ayat di atas :

قوا أنفسكم أوصوا أهليكم بتقوى الله وأدبوهم

"Jagalah dirimu dan berilah wasiat-wasiat taqwa kepada ahlimu (keluargamu) dan didiklah mereka". Abdur Rozaq, sebagaimana diterima dari Mu'ammar dari Qatadah, berkata:

مروهم بطاعة الله وانهوهم عن معصيته

"(Menjaga keluarga itu adalah dengan cara) suruhlah mereka agar ta'at kepada Allah dan cegahlah mereka dari berbuat maksiat kepadaNya". Hal senada disampaikan oleh Sa'id bin Manshur dari Al Hasan. Sementara Al Hakim meriwayatkan dari jalan Rabi'i dari Ali tentang ayat "Quu anfusakum wa ahliikum naaron", dengan berkata:
علِّموا أهليكم خيرا (ajarilah keluargamu dengan pengajaran yang baik-baik)
Misalnya, memberi contoh, mengajari dan menyuruh anggota keluarga untuk mengerjakan dan mendirikan sholat dari pada orang tua sibuk ibadah dengan khusyu' sementara keluarga tidak pernah diperhatikan. Seperti yang disampaikan Imam Malik. Beliau asyik beribadah bersama Rasulullah SAW. Ketika Rasul mengetahui bahwa imam Malik mempunyai keluarga, maka Rasul bersabda:

ارْجِعُوْا إِلَى أَهْلِيْكُمْ، فَأَقِيْمُوْا فِيْهِمْ وَعَلِّمُوْهُمْ وَمُرُوْهُمْ).

"Kembalilah kepada keluargamu. Dirikanlah sholat bersama mereka. Ajari dan perintahlah mereka untuk mendirikannya" (HR Bukhari). Dalam hal orang tua mengalami keterbatasan, baik kemampuan dan pengetahuan pendidikan maupun kesempatan/waktunya, mereka tetap berkewajiban melakukan dan memberikan pendidikan itu dengan menitipkannya ke lembaga-lembaga pendidikan.
Jika hal ini tidak dilakukan oleh orang tua, dihawatirkan akan menjadi penyebab masuk ke neraka, karena keluarga ini berubah menjadi pembangkang dan pendurhaka kepada Allah SWT.

Berikut ini adalah wasiat-wasiat pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya sebagaimana dikisahkan dalam Al Quran:

1. Wasiat agar memeluk agama Islam. (QS Al Baqarah: 132)

وَوَصَّى بِهَا إبْرَاهِيْمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُ يَابَنِيَّ إنَّ اللهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلاَتَمُوْتُنَّ إلاَّ وَأنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): 'Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam."

2. Wasiat konfirmasi Tuhan yang disembah. (QS Al Baqarah: 133)

أمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُ إذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ بَعْدِيْ قَالُوْا نَعْبُدُ إلَهَكَ وَإلَهَ ءَابَائِكَ إبْرَاهِيْمَ وَإسْمَاعِيْلَ وَإسْحَاقَ إلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُوْن.
"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".

3. Wasiat supaya tidak mensekutukan Allah. (QS Luqman: 13)

وَإذْ قَالَ لُقْمَانُ ِلابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
"Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dan wasiat-wasiat yang lain yang baik yang bersifat mendidik. Ingat sebaik-baik wasiat adalah wasiat taqwa.

Bagian dari keluarga adalah kerabat. Dalam kamus Bahasa Arab-Indonesia Al Munnawir, kerabat (alqoroobatu) adalah sanak keluarga. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia berarti dekat (pertalian keluarga), mempunyai hubungan keluarga. Ini pun objek pendidikan yang mudah dijumpai dan dihadapi karena hubungannya yang dekat dalam keluarga. Sebagai peserta didik, mereka tidak akan banyak menentang. Allah berfirman dalam (QS [26] Al Syu'ara: 214):

وَأنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ اْلأَقْرَبِيْنَ.

"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat"
Dari penjelasan di atas, menurut DR. H.Atabik Luthfi, MA, pengertian keluarga terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

a. ahli – keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Golongan ini yang pendidikannya menjadi tanggung jawab penuh dan akan diminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Ini pula yang harus dijaga dari masuk neraka.
b. usrah/'ailah – keluarga inti dan orang-orang yang memiliki hubungan pertalian darah yang lebih luas, misalnya kakek/nenek, cucu, paman dan bibi. Golongan ini tidak dituntut untuk dijaga dari api neraka. Nemun demikian pendidikannya menjadi bagian keluarga kita, meskipun tidak menjadi tanggung jawab penuh.
c. 'asyirah – keluarga besar yang terdiri dari ahli, usrah dan orang-orang yang dekat dengan hubungan keluarga, misalnya mertua, menantu, ipar, anak angkat, anak tiri, besan, buyut, dan bahkan pembantu.

b. Masyarakat

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (الحديث)

"Sebaik-baik diantara kamu adalah yang belajar Al Quran dan kemudian mengajarkannya". Makna implicit dari hadits tersebut adalah bahwa kebaikan terbesar tidak hanya terdapat karena orang menuntut ilmu, tetapi juga mengajarkan ilmu yang diperoleh itu kepada masyarakat luas/umat. Ini dapat kita pahami bahwa peserta didik dalam jumlah banyak, yakni masyarakat, yang menerima didikan ilmu, akan pula mengajarkannya kepada masyarakat lain secara luas, yang pada akhirnya kebaikan dan taqwa, rasa takut terhadap perbuatan dosa dan siksa akan muncul dimana-mana. Sehingga pantas kalau Allah mensetarakan orang yang mau menuntut ilmu dengan tujuan hendak menyampaikannya kepada orang lain sejajar dengan orang yang ber-jihad fi sabilillah.

وَمَاكَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ إذَا رَجَعُوْا إلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ.

"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS [9] Al Taubah: 122).
Karena ayat (122) pada surat Al taubah ini merujuk pada kata-kata "liyundziruu qaumahum”, maka ia dijadikan dasar acuan bagi pendidikan formal, termasuk di Indonesia.
Demikian pula Rasulullah SAW memberi anjuran kepada utusan Abdul Qais, yaitu Malik bin Huwairits dkk, untuk menjaga imannya dan ilmu pengetahuan agar bermanfaat bagi orang lain. Beliau bersabda:

ارْجِعُوْا إِلَى أَهْلِيْكُمْ فَعَلِّمُوْا هُمْ.

"Kembalilah kepada kaum kalian dan ajarilah mereka".

4. Sifat Peserta Didik Menurut Al Quran

Peserta didik dalam menerima pengajaran dan pendidikan Islam baik dari orang tua, kerabat tua, guru/ustadz maupun kiyainya berbeda-beda sifat sikapnya. Hal ini hamper sama dengan sifat dasar manusia pada umumnya. Dalam Al Quran disebut tidak kurang dari 5 (lima) kali/ayat, yakni:

a. QS [17] Al Isra :11, bahwa manusia bersifat tergesa-gesa

وَكَانَ اْلإِنْسَانُ عَجُوْلاً.
"dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa."

b. QS [70] Al Ma'arij :20, bersifat keluh kesah.

إنَّ اْلإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا.
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir."

Hampir sebahagian dari peserta didik memiliki sifat-sifat ini. Kurangnya persiapan dalam belajar menjadi fenomena yang patut disayangkan. Mereka semestinya memiliki kesabaran dalam menekuni ajaran dan didikan, yang memang memerlukan waktu yang cukup untuk menjadi pribadi yang cakap dan diharapkan. Oleh karena itu para pengajar dan pendidik perlu memikirkan untuk memilih waktu yang tepat bagi para peserta didik untuk bisa berkonsentrasi dengan baik. Sebab kalau tidak mereka akan merasa bosan, mengeluh dan akhirnya malas. Demikian pula halnya Rasulullah SAW dalam memberikan nasehat, seperti yang diceritakan oleh Ibnu Mas'ud:

كان النبيّ صلعم يَتَخَوَّلُنا بالموْعِظَةِ فِي اْلأيَّامِ كَرَاهَةَ السَّآمَّةِ عَلَينا

"Adalah Nabi SAW selalu memilih waktu yang tepat bagi kami untuk memberikan nasihat, karena beliau takut kami akan merasa bosan."

c. QS [18] Al Kahfi :54, bahwa manusia suka membantah

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِيْ هَذَا الْقُرْآنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍج وَكَانَ اْلإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلاً.
"Dan Sesungguhnya kami Telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah."

Tidak sedikit peserta didik yang memiliki sifat ini. Sekiranya para guru/pendidik tidak bersabar dalam hal ini, pastilah mereka (peserta didik) termasuk orang yang mengalami kerugian yang besar. Para guru/ustadz perlu mencari terobosan metode pemberian pelajaran/pendidikan/nasehat yang arif dan cerdas, sedemikian hingga peserta didik merasa dihormati dan tidak disepelekan meski mereka suka membantah segala yang disampaikan. Sehingga sifat mereka yang semula oleh Allah disebut "aktsara syai-in jadalan", diharapkan mereka akan bersifat " aktsara syai-in jumaalan" yakni segala sifat yang dimilikinya adalah bagus.

d. QS [90] Al Balad: 4, bersifat susah payah

لَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنْسَانَ فِيْ كَبَدٍ.
"Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia berada dalam susah payah."
Karena peserta didik memiliki sifat susah payah dalam memahami nasehat, maka para guru/pendidik hendaknya mempermudah dengan penjelasan-penjelasan yang diperlukan. "berilah kemudahan dan jangan kalian persulit, berilah berita gembira dan jangan kalian menakut-nakuti", demikian sabda Nabi yang disampaikan oleh Anas bin malik.
يَسِّّرُوْا وَلاَ تُعَسِّّرُوْا وَبَشِّّّرُوْا وَلاَ تُنَفِّّرُوْا.

e. QS [4] An Nisa: 28, bersifat lemah

يُرِيْدُ اللهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ ج وَخُلِقَ اْلإِنْسَانُ ضَعِيْفًا.

"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah."
Dalam konteks pendidikan, pun para peserta didik ada yang bersifat lemah, terutama dalam hal pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Namun demikian dengan menjadikan mereka sebagai sasaran pendidikan, dengan metoda yang dipilih sesuai dengan karakteristik peserta didik itu, yakni student centered, mereka akan mampu mengubah dirinya menjadi kuat dalam ilmu pengetahuan dan akhlak budi pekerti. "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga kaum itu mengubah nasib yang ada pada dirinya" (QS Ar Ra'du: 11).

Ayat-ayat di atas hanya mengungkapkan sifat-sifat negatif dari peserta didik karena memang Al Quran lebih banyak mengukapkan sifat-sifat negative dari pada sifat-sifat positifnya. Hal ini dimaksudkan agar manusia menyadari akan kelemahannya dan berupaya untuk memperbaikinya .
Dengan memperhatikan sifat-sifat peserta didik di atas, begitu juga sifat-sifat yang lain yang terkait, baik keluarga dekat maupun masyarakat luas, maka diperlukan kesabaran pendidik, antisipasi dini, motivasi tepat sasaran, dan metode cerdas dalam kegiatan. Peserta didik yang tidak tersentuh oleh upaya-upaya positif guru/pendidik dalam niatan perbaikan pendidikan Islam, akan berakibat pada gagalnya hakekat da'wah Islamiyah itu sendiri pada jenjang pendidikan.

5. Penutup

Tabligh (penyampaian) pendidikan, baik ilmu pengetahuan maupun akhlak, baik pendidikan umum maupun Islami, merupakan tanggung jawab semua pihak, dalam skup yang terkecil (keluarga) ia adalah tanggung jawab orang tua. Sementara pada skup yang luas, tanggung jawab ada pada orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Orang tua terlibat dalam tanggung jawab pendidikan dalam skup yang lebih luas karena sesunggunhnya ia merupakan unsur dalam susunan keluarga-keluarga yang ada di masyarakat.
Keluarga dan masyarakat perlu dididik dengan pendidikan agama agar tercipta kehidupan "baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur" (negeri yang baik yang penuh dengan ampunan Tuhan, yakni Tuhan tidak hendak mengadzab kaum secara kaafah dan merata), sebab kebenaran dari Allah yang sampai kepada kita harus pula diteruskan sampai kepada mereka agar tidak lantas menjadi kafir kepada Allah karenanya. Allah berfirman: "Wahai manusia, Sesungguhnya Telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun). Karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS [4] An Nisa: 170)
Dalam keluarga, anak adalah amanat yang harus dijada dipelihara dan dididik, agar kelak tidak menjadi fitnah (cobaan). Tinggal apakah kita mampu menghadapinya atau tidak.

وَاعْلَمُوْا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيْمٌ.

"Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS [8] Al Anfal : 28). Ayat lain yang senada dengan itu terdapat dalam (QS [64] Al Taghabun: 15).
Akhirnya, mudah-mudahan makalah ini menjadi inspirasi bagi yang membacanya untuk mengenal lebih jauh tentang apa, siapa, dan bagaimana memperlakukan objek pendidikan, yakni para peserta didik, agar pendidikan Islam kembali bergairah dalam menyongsong hidup yang lebih baik.
000

Daftar Bacaan

Amiruddin. 2003. Terjemah Fathul Baari-Syarah Shahih Bukhari Ibnu Hajar. Jakarta: Pustaka Azzam.
Depag RI. 2000.Al Quran dan Terjemahannya, Edisi Baru. Surabaya: CV Karya Utama
Ghazi, Samer. 2004. Quran 3.0--quran.vb-pro.net
Hadhiri, Choiruddin. 1995. Klasifikasi Kandungan Al Quran. Jakarta: Gema Insani Press
Sunarto, Achmad. 1999. Terjemah Riyadhus Shalihin An-Nawawi Jilid 1. Jakarta: Pustaka Amani.
----. 2002-2003. Mawsoaat Hadeeth-- IslamSpirit.com:Ada99

KAJIAN TENTANG ETIKA DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI

Oleh:
Nono Warsono*

1. Pendahuluan

Ketika hidup dijalani, seorang manusia tidak akan terlepas dari keterikatan
hubungan dengan manusia lainnya. Hal ini dapat dipahami karena ia adalah makhluk sosial. Tidak satupun yang merasa dan siap menghadapi kenyataan hidup seorang diri di tengah keramaian dan hiruk pikuknya dunia ini tanpa bantuan orang lain. Bahkan Islam mengajarkan akan pentingya hablun min Allah dan hablun min al naas (hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia) dan shilah al rahim (hubungan kasih sayang), sehingga tercipta kehidupan yang ideal dan harmonis.
Namun, aktivitas yang dilakukan manusia dalam interaksi sosial itu tidak akan pernah lepas dan selalu bersinggungan dengan nilai-nilai, baik yang tertulis maupun tidak. Sehingga disadari ataupun tidak, dalam menjalani aktivitas hidupnya, selalu dilandaskan pada nilai-nilai dalam lingkup dirinya, orang lain dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat pun seyogyanya tidak terlepas dari nilai-nilai sebagai pengontrol/pengendali, agar tidak terjerembab ke dalam keangkaramurkaan dan nafsu serakah yang pada akhirnya akan menghancurkan dunia dan peradaban manusia itu sendiri. Iptek yang disenyawakan dengan nilai-nilai atau etika ilmiah niscaya akan membuahkan produk yang bermanfaat tanpa harus bermasalah dengan tatanan peradaban umat manusia.
Pembahasan yang terkait dengan konsep nilai, sebanarnya merupakan kajian yang sangat erat secara substansial dengan persoalan etika. Kajian dalam persoalan ini biasanya mempertanyakan "apakah baik atau buruk", atau "bagaimana mestinya berbuat baik sehingga tujuan dapat dicapai dan bernilai". Menyikapi hal tersebut, dalam pembahasan makalah ini, akan dipaparkan tentang apa pengertian dan kajian etika ditinjau dari sudut pandang ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

2. Nilai, Etika, dan Filsafat

a. Nilai

Nilai diartikan sebagai suatu keyakinan/kepercayaan yang berkaitan dengan cara bertingkah laku untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan oleh manusia dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya. Definisi tersebut adalah seperti yang disarikan dari pendapat para ahli ilmu pengetahuan yang tertarik dengan tingkah laku manusia dan konsep nilai.
Beberapa diantaranya adalah:
"Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence." (Rokeach, 1973)
"Value is a general beliefs about desirable or undesirable ways of behaving and about desirable or undesirable goals or end-states". (Feather, 1994)
"Value is desirable transsituational goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a person or other social entity". (Schwartz, 1994)
Schwartz (1994)
menambahkan bahwa pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk. Dalam membentuk tipologi dari nilai-nilai, ia mengemukakan teori bahwa nilai berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial.

Sekarang jika diperhatikan, sebenarnya kehidupan memaksa kita untuk mengadakan pilihan, mengukur sesuatu dari segi lebih baik atau lebih buruk dan untuk memberi formulasi tentang ukuran nilai. Kita memuji atau mencela, mengatakan bahwa suatu tindakan itu benar atau salah. Setiap individu mempunyai perasaan tentang nilai, sehingga setiap gerak langkah dan prilakunya harus dipertimbangkan apakah harus atau tidak perlu mempunyai ukuran, keyakinan, kesetiaan atau idealisme sebagai dasar untuk mengatur kehidupan. Begitu juga apakah ukuran-ukuran itu konsisten atau tidak, harus mengembangkan kehidupan atau merusaknya.

Kita sadar betul bahwa menganggap sepi dari peran nilai berarti mempunyai gambaran yang keliru tentang manusia dan alamnya. Karena meskipun beberapa ilmuwan Barat menganggap pengetahuan yang dikembangkannya tidak tidak harus bersinggungan dengan nilai, seperti yang dikemukakan sekelompok ilmuwan bahwa filsafat dan ilmu bebas nilai (value free), namun ternyata ada beberapa cabang pengetahuan yang terkait dengan masalah nilai, misalnya ekonomi, etika, estetika, filsafat agama dan epistemology kebenaran. Semua ini pasti membutuhkan kaidah nilai. Meski demikian, bukan berarti cabang ilmu lainnya sama sekali tidak perlu berkaitan dengan nilai-nilai, sebab apapun disiplin dan cabang ilmunya, jika system dan proses konstruksinya terlepas dari kaidah nilai, maka dipastikan atau setidaknya dimungkinkan akan berdampak pada hilangnya nilai substantifnya. Dengan kata lain hal ini akan memberangus keluhuran martabat penggunanya.

b. Etika

Sementara etika, pada dasarnya merupakan penerapan dari nilai tentang baik buruk yang berfungsi sebagai norma atau kaidah tingkah laku dalam hubungannya dengan orang lain, sebagai ekspektasi atau yang diharapkan oleh masyarakat terhadap seseorang sesuai dengan status dan peranannya. Dilihat dari asal usul kata, etika berasal dari bahasa Yunani "ethos" yang berarti adat istiadat/kebiasaan yang baik. Pada perkembangannya, etika adalah studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana mereka harus bertindak.

Dalam teori nilai, etika dijadikan sebagai salah satu unsur penting dalam kajian filsafat. Ini berarti bahwa tingkah laku sosial manusia bertumpu pada system nilai yang berlaku, di manapun posisi dia berada. Peribahasa "dimana bumi dipijak, disitu langit dijungjung" barangkali sangat cocok menjadi gambaran diperlukannya penerapan etika.Etika dapat berfungsi sebagai penuntun pada setiap orang dalam mengadakan kontrol sosial. Karena etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formalnya adalah norma-norma kesusilaan manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik dalam suatu kondisi yang normative, yakni adanya pelibatan norma. Ketika bersinggungan dengan norma, maka muncullah pemikiran-pemikiran tentang etika itu sendiri. Sebagaimana dikatakan Dr. Frans Magnis Suseno, bahwa etika memang tidak dapat menggantikan agama, tetapi di lain pihak tidak bertentangan dengan agama. Manusia akan menjadi baik sekalipun tidak mempunyai tuntunan sebagai mana disebut dalam Al Quran, yaitu dengan mengandalkan akal budi dan daya pikirannya untuk memecahkan masalah atau dengan kata lain kita sebut kebijaksanaan. Sehingga dengannya, kita dapat memilih mana yang baik dan mana pula yang buruk bagi kita.
Namun perlu ditegaskan dalam diri kita bahwa Yang Maha Bijaksana hanyalah Allah, sehingga kebijaksanaanNya dalam mengatur dan menentukan sesuatu hal berada di atas kebijaksanaan kita. Oleh karenanya jika mungkin orang akan menjadi baik tanpa tuntunan Al Quran, maka "baiknya" adalah tidak baik, atau paling tidak menjadi "semu". Dalam Islam, semua urusan manusia, termasuk urusan segai baik dan buruk, jika tidak ada tuntunan dalam Al Quran, maka mesti dirujuk dalam al Hadits. Sedang urusan baru yang mungkin ditemukan pada abad modern dewasa ini, maka dasar tuntunannya adalah ijtihad qiyashi, yakni ijtihad dengan memperhatikan perbadingan qaidah ushul. Jadi, etika di sini yang penulis maksud, adalah etika yang didasarkan pada asas ruh Islam.

c. Filsafat

Dari segi semantik, filsafat dalam bahasa Yunani adalah "philosophia" yang diartikan sebagai cinta/suka kepada pengetahuan, hikmah/kebijaksanaan, atau kebenaran. Filsafat mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa. Karena ia merupakan hasil daya upaya manusia dengan akal budinya dalam memahami dan mendalami hakikat yang ada, maka ranah Tuhan, alam semesta, dan manusia itu sendiri menjadi sasaran dalam pengkajiannya.
Dikaitkan dengan etika, maka filsafat merupakan induk pengayomnya. Ilmu-ilmu lain seperti: logika, metafisika, estetika, epistemologi, filsafat sejarah, sosiologi dan antropologi, dan lain-lain juga berada di naungannya. Dengan kata lain cabang-cabang ilmu yang dalam kajiannya memerlukan pola berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh dalam menemukan hakikat kebenaran segala sesuatu, merupakan kajian filsafat. Apapun yang dipelajari dalam etika, adalah nilai-nilai kebenaran dan hikmah. Karena ia adalah bagian dari filsafat, maka segala yang dipelajari dalam teori nilai (axiology) haruslah dilakukan secara mendalam dan sungguh-sungguh.

3. Sistem Filsafat Moral


Secara garis besar, sistem filsafat moral dibedakan dalam dua macam etika, yaitu etika bertujuan (teleologis) dan etika berkewajiban (deontologis). Dalam hal ini filsafat dipusatkan pada pemberdayaan nilai-nilai moralitas ilmu. Etika dipandang sebagai ruh dalam memberi batasan-batasan penggalian pengetahuan yang mendalam. Sehingga hasil yang didapat, baik secara empirik maupun rasional, menjadi bermakna karena adanya pengevaluasian terhadap nilai manfaatnya.

a. Etika Bertujuan

Dalam etika ini, sistem filsafat moral terbagi dalam beberapa aliran (isme). Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Ini karena tokoh pencetusnya menggunakan paradigma tujuan yang berbeda.

1).Hedonisme

Aliran ini berasumsi bahwa hal yang terbaik bagi manusia adalah kesenangan (hedone), yaitu segala apa yang dapat memuaskan keinginan kita. Aristippos (±433-355 SM) berpendapat bahwa yang baik adalah kesenangan karena fakta menunjukkan bahwa sejak kecil manusia tertarik akan kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Sedangkan kesenangan itu bersifat badani yang hakikatnya adalah gerak. Ia juga bersifat aktual, bukan masa lau (ingatan) dan bukan pula masa yang akan datang (harapan), tetapi sekarang dan di sini. Termasuk bersifat individual, karena dialami oleh setiap individu. Meskipun dilakukan secara sosial, namun tetap saja kesenangan dirasakan oleh orang perorangan.
Hal senada dikemukakan oleh Epikuros (341-270 SM). Ia menyebutkan bahwa kesenangan adalah tujuan kehidupan manusia. Namun demikian, katanya, yang terbaik dan terpenting adalah yang terbebas dari segala keinginan itu, tapi justru mencapai ketengan jiwa (ataraxia).

2).Eudemonisme

Dikatakan bahwa dalam tiap aktivitas, manusia mengejar tujuan dan tujuan akhir yang ingin dicapai adalah kebahagiaan (eudemonia). Agar hal ini dapat dicapai, maka diperlukan cara-cara untuk menjalankan fungsi rasio/akalnya. Sebagaimana digagas oleh Aristoteles (384-322 SM). Di sini kekuatan rasio manusia harus dibarengi dengan kekuatan moralnya. Sedemikian hingga eudemonia betul-betul terasa mendalam.

3).Utilitarisme

Prinsip aliran ini adalah kegunaan (utility). Jeremy Bentham (1748-1832) mengemukakan sebuah teori, yaitu kebahagiaan terbesar adalah berasal dari jumlah orang terbesar (the greatest happiness of the greatest number). Oleh karenanya penetapan kegunaan pun melalui kuantifikasi (the hedonistic number), yakni penentuan jumlah terbesar. Artinya suatu perbuatan dinilai baik, menurut paham ini, jika dapat meningkatkan kebahagiaan orang sebanyak mungkin.
Namun John Stuart Mill (1806-1873), tokoh lain aliran ini, menambahkan bahwa kebahagiaan dan kesenangan tidak hanya diukur dengan kuantitasnya saja, tetapi juga perlu mempertimbangkan sisi kualitasnya. Dikatakannya bahwa kesenangan dan kebahagiaan itu ada yang bermutu tinggi ada pula yang rendah.
Jadi, penilaian suatu perbuatan itu baik atau tidak dipengaruhi oleh penentuan kualitas dan kuantitas terhadap kesenangan dan ketidaksenangan.

b. Etika Berkewajiban

Salah seorang pakar etika deontologis, Immanuel Kant (1724-1804) berpendapat bahwa yang baik itu adalah kehendak baik itu sendiri. Suatu kehendak menjadi baik karena bertindak menurut kewajiban. Kewajiban dimaksud adalah imperative category (perintah yang mewajibkan begitu saja, dan tanpa syarat). Ini nantinya menjadi hukum moral. Dikatakannya bahwa kebebasan bukan berarti bebas dari segala ikatan, tetapi tetap dengan taat pada hukum (moral).

4. Implementasi Nilai Etik dalam Ilmu

Telah diuraikan pada bagian terdahulu, bahwa disukai atau tidak, nampaknya nilai-nilai etika dipandang perlu diimplementasikan pada setiap kegiatan ilmiah, sebagai penyeimbang agar produknya tidak mengabaikan sisi-sisi kemanusiaan. Ilmu diharapkan menjadi melek moral. Sementara nilai diperlakukan bersenyawa dengan proses dan hasil kemajuan itu.
Namun, dalam pertimbangannya, para ilmuwan berbeda pandangan terhadap apakah etika diperlukan dalam pekerjaan-pekerjaan ilmiah atau tidak. Apakah ilmu tidak menjadi stagnan atau mengalami kemunduran karena terlalu banyaknya pertimbangan nilai. Prof. DR. H. Cecep Sumarna (2008) membedakannya menjadi dua golongan. Pertama, ilmuwan yang menggunakan satu pertimbangan, berupa kebenaran dengan mengesampingkan semua pertimbangan nilai. Kedua, mereka yang menganggap perlunya memasukkan pertimbangan nilai-nilai etik dan nilai-nilai kesusilaan. Sehingga sisi utility(kegunaanya) terasa sebagai penyeimbang pertimbangan nilai kebenaran dalam setiap aplikasi ilmu.
Bertolak dari pandangan para ilmuwan yang satu sama lain berbeda, dengan berbagai dalil alasan yang dikemukakannya, dapat kita pahami bahwa pemasukkan nilai etika ke dalam ilmu, diterima atau tidaknya, akan sangat berurusan dengan tujuan penciptaan ilmu itu sendiri. Ilmuwan yang tujuan penciptaannya memperhatikan segi kemanusiaan dan kesusialaan demi kebenaran tujuan penggunaannya, akan berupaya memasukkan nilai etik ke dalam ilmu. Faktor empirik dan rasional tidak dimentahkan dengan adanya nilai etik, tapi justru dijadikannya bernilai/bermartabat bagi kemaslahatan umat manusia. Pandangan bahwa ilmu harus bebas nilai (free value) adalah sebuah keangkuhan dalam berhubungan dengannya.
Sedangkan ilmuwan yang tujuan penciptaannya harus steril dari nilai-nilai metafisik, akan berupaya membendung dan menafikan keterlibatan nilai etik. Penulis beranggapan kalangan ilmuwan pada golongan ini, melakukan dikotomi / pemisahan untuk suatu tujuan penciptaan tidak secara sosial atropogal, melainkan secara eksak matematis. Pertimbangan konotasi atas evaluasi ilmu dianggap tidak diperlukan sebagaimana dipergunakan oleh kalangan ilmuwan yang membolehkan.
Fakta sejarah telah terbukti, proses dan pengawasan terhadap hasil rekayasa ilmu tidak selamanya dipergunakan dengan bebas dampak negatif. Sejak perang dunia kedua, bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima (Jepang) oleh sekutu dibawah pimpinan Amerika Serikat, berdampak negatif pada hilangnya sisi-sisi kemanusiaan dan rusaknya peradaban manusia. Obat bius jenis psikotroprika yang semestinya digunakan dalam pembedahan klinis, dengan lemahnya pengawasan yang menyeluruh, begitu juga teknologi kondom, karena bebas nilai moral dan tidak disertai dengan aturan yang jelas dan mengikat sebagai bentuk pengawasan, maka yang terjadi adalah penyalahgunaan (misuse).

Kita patut berbangga karena ilmu pengetahuan telah dikembangkan sedemikian rupa. Ia banyak menawarkan jasa bagi pemenuhan hajat hidup manusia, baik bersifat primer (kebutuhan pokok), sekunder (kebutuhan penyerta/sampingan), ataupun tersier (kebutuhan luks kesenangan). Kesemuanya merupakan produk dari perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Di bidang kedokteran, dengan ditemukannya berbagai macam obat, termasuk antibiotika, membawa dampak bagi terselamatkannya jutaan manusia yang sakit. Di bidang pengayaan Uranium, tenaga muklir amat berjasa dalam pembangkit tenaga listrik. Di bidang militer, pengembangan peralatan senjata mutakhir, akan sangat membantu dalam pertahanan negara.
Namun semua itu akan bernilai baik jika ilmu pengetahuan sebagai pilar utamanya dan hasil yang telah dikembangkan itu diikat dengan nilai. Dengan demikian tragedi dehumanisasi tidak akan menggejala. Majunya ilmu diharapkan mengikatnya nilai peradaban umat manusia.

5. Manfaat Mempelajari Etika

Seperti diibaratkan nasihat dokter kepada pasien dengan memberikan petunjuk/nasihat tentang apa yang boleh dan tidak berkenaan dengan penyakitnya, maka etika dapat membuat kita menjadi baik ataupun tidak bergantung pada kemauan kita mau mengikutinya atau tidak. Jika kita mau mentaati etika maka kita bisa menjadi manusia yang baik, jika tidak ia tidak akan berguna bagi kita. Yang jelas, manfaat yang diberikan begitu besar kepada siapapun yang mengikutinya. Ia dapat membukakan mata manusia untuk melihat baik dan buruk.
Sebenarnya tujuan etika bukan hanya untuk mengetahui pandangan (teori) di dalamnya semata. Akan tetapi yang paling penting adalah agar mendorong kita supaya membentuk hidup bahagia, menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan serta memberikan manfaat kepada sesama manusia.

6. Penutup

Secara ontologi, etika dalam filsafat ilmu yang merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat, adalah bagian yang tak terpisahkan dalam peradaban umat manusia. Sifat dasarnya sangat kritis, karena selalu mempersoalkan norma-norma yang berlaku, menyelidiki dasar dari norma-norma tersebut, begitu juga siapapun yang menetapkan norma itu.

Dari segi kegunaan (aksiologi), bahwa kehidupan manusia perlu ditopang dengan nilai-nilai etika, agar keberadaannya betul-betul dapat dinikmati dengan penuh arti. Dehumanisasi tidak perlu terjadi bilamana human (manusia) berikap legowo menetapkan etika kerja dan etika pengkajian ilmu. Itulah sebabnya mengapa kajian yang mendalam dan sungguh-sungguh ini dikemas dalam wadah filsafat.

Kita bersyukur sebahagian para ilmuwan telah berani memfatwakan perlunya nilai etika dalam semua bidang dan sendi-sendi kehidupan. Meski sebagian yang lain menafikannya. Sebab yang terpenting adalah berpulang kepada kitanya, mau mengiktui etika atau tidak. Mudah-mudahan kesungguhan kita dalam pengamalannya itu akan beroleh manfaat yang besar dan tak hingga nilainya.
Akhirnya mudah-mudahan makalah ini membawa percerahan baru bagi yang membacanya dalam memperoleh pemahaman tentang etika sebagai bagian dari filsafat ilmu.


7. Sumber Bacaan

Bertens, K. 1999. Etika. Jakarta: Gramedia
Ramadhan, M Suradi. 2009. Teori Nilai (Etika). www.dpdimmriau.co.cc.
Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press.
Ululalbab, Wahyu. 2009. Nilai, Etika, Idealisme Dalam Filsafat. http://wahyu-ululalbab.blogspot.com.


* Penulis adalah mahasiswa program pascasarjana (S-2) IAIN Syekh Nurjati Cirebon (2009)


To:
artikel
puisi
pelajaran Bahasa Inggris SMP

BELAJAR MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2003 DALAM PENDIDIKAN

Oleh : Nono Warsono




Perkembangan teknologi computer memberikan banyak manfaat dan kemudahan-kemudahan terutama dalam dunia pendidikan. Betapa tidak, beberapa tahun yang lalu ketika para pendidik diperkenalkan dengan program computer semisal Microsoft Word, mereka sudah dimudahkan dalam hal pengetikan naskah soal, program pembelajaran, dan laporan-laporan lainnya yang menggunakan program olah kata ini. Namun demikian, para guru masih menemukan kendala dan kesulitan-kesulitan ketika melakukan proses komputasi / hitung dan format data base yang cepat, semisal analisis hasil ulangan, laporan keuangan program sekolah, dan mmatrik / tabulasi yang berjumlah banyak. Tetapi setelah diperkenalkan program Microsoft Excel, hal itu bias diatasi.
Dalam makalah ini disajikan beberapa hal tentang bagaimana belajar menggunakan Ms. Excel 2003 dari kelompok program aplikasi Microsoft Office. Sebenarnya penggunaan semua versi Ms. Excel tidaklah jauh berdeda. Hanya saja, mungkin, kelengkapan fasilitas yang ditawarkan dari taip versi sedikit berbeda.

1. Mengenal Jendela Microsoft Excel 2003 dan Aplikasinya
Dalam jendela Ms. Excel 2003, terlihat bagian-bagian antara lain sebagai berikut:


a. Menu Bar (Daftar Menu)
1) File
Pada menu ini yang paling umum digunakan adalah: New (membuka lembar kerja baru yang masih kosong)-di toolbar dapat diakses dengan meng-klik ikon , Open (membuka lembar kerja/file yang pernah disimpan sebelumnya) kalau

di toolbar dengan meng-klik ikon . Pada tab Look in, klik drop-down untuk mencari direktori tempat file tersimpan, klik nama file, lalu klik Open atau tekan Enter pada Keyboard, maka file akan terbuka.
Close (menutup lembar kerja yang sedang terbuka)- atau dapat dengan mengklik tanda di sudut kanan atas jendela lembar kerja,
Save (menyimpan lembar kerja/file yang sedang terbuka), Save As.. (menyimpan lembar kerja/file yang sedang terbuka dengan nama baru. Jika file baru pertama kali disimpan, maka fungsi Save dan Save As. Ini dapat diakses dengan mengklik ikon
pada Toolbar.

Pada tab Save in klik drop-down untuk mencari direktori dimana file akan disimpan. Pada kotak File name, ketik nama file yang tepat, lalu klik Save, atau tekan Enter pada keyboard.
File Search (mencari nama file yang telah tersimpan pada suatu direktori)

Gbr 1 Gbr 2

Pada Gbr 1, di kotak Search text, ketik nama file yang hendak dicari, lalu klik tombol Go. Hasil pencarian terlihat di Gbr 2. Untuk membukanya, klik nama file tersebut.
Page Setup (menyetel halaman kertas)

pada Page size, pilih jenis kertas yang akan dipakai. Pada orientation, pilih posisi kertas. Klik OK.
Print Preview (memperlihatkan tapilan lembar kerja sebelum dicetak), dan Print (mencetak lembar kerja ke dalam lembaran kertas)



Cocokkan nama printer dengan printer yang akan digunakan. Pada print range, pilih All jika akan mencetak semua halaman file dalam lembar kerja, Pages from .. to .. jika akan mencetak beberapa halaman yang terpilih saja. Lalu klik OK. Jika memerlukan penyetelan, klik Properties…

2) Edit
Pada menu ini, yang paling umum digunakan adalah sub menu: Undo (membatalkan perintah). Sub menu ini dapat diakses dengan meng-klik ikon .
Cut (Memotong). Pada keyboard, dapat diakses dengan meng-klik ikon , atau dapat diakses dengan meng-klik kanan cell tersebut, lalu klik Cut.
Copy (Menyalin). Pada keyboard, dapat diakses dengan meng-klik ikon , atau dapat diakses dengan meng-klik kanan cell tersebut, lalu klik Copy.
Paste (Menempelkan hasil Cut atau Copy pada cell yang baru). Pada keyboard, dapat diakses dengan meng-klik ikon, . Atau dapat diakses dengan meng-klik kanan pada cell baru, klik paste.
Delete (menghapus isi cell yang terpilih), dapat pula diakses dengan meng-klik kanan cell tersebut, lalu pilih Delete..
pilihan Shift cell left berarti menghapus isi cell tersebut dan posisinya diisi oleh data dari cell sebelah kanan cell yang dihapus. Pilihan Shift cell up berarti menghapus isi cell tersebut dan posisinya diisi oleh data dari cell bawah. Pilihan


Entire row berarti menghapus data dari baris itu seluruhnya. Pilihan Entire column berarti berarti menghapus data dari kolom itu seluruhnya.

3) View
Menu tampilan jendela lembar kerja ini terdiri atas: Normal (tampilan Norman, Grb.1), Page Break Preview (tampilan batas halaman, Grb 2), Toolbars, Formula Bar, Status bar, Header and Footer (Gbr 3), Zoom (Gbr 4)


4) Insert
Menu untuk menyisipkan sesuatu ke dalam lembar kerja ini memiliki sub menu : Rows (menyisipkan baris) di atas baris yang sudah ada, baris baru akan ditambahkan. Columns (menyisipkan kolom), maka kolom baru akan di tambahkan di sebelah kiri kolom yang sudah ada. Worksheets (menyisipkan lembar kerja baru), fungsi ini sama dengan jika kita meng-klik kanan tab Sheet yang sedang aktif.
Chart (menyisipkan grafik), misalnya grafik kemajuan belajar :
Grafik Kemajuan Belajar
Kelas / Semester: VII A / 1
Tahun Pelajaran : 2009 / 2010



Gbr. 1


Gbr. 2

Gambar (1) adalah data masukan yang akan dibuat grafiknya. Klik Insert, Chart. Maka akan muncul seperti gambar (2). Pilih tipe Chart-nya, klik Next, untuk Data Range sorot data masukan pada gambar atas. Klik Next, pada menu title ketik judul pada Chart Title, ketik katagori pada axis (x) dan/atau (y)nya. Klik Next, Finish. Hasilnya seperti pada gambar (3).
Function… (menyisipkan fungsi rumus).sub menu ini sama dengan meng-klik lambang pada formula bar, yaitu akan muncul kotak dialog sebagai berikut:


Untuk Most Category Used, disajikan rumus-rumus yang biasa digunakan yaitu:
a. SUM (Menjumlah data pada range) b. MAX (Memunculkan nilai terbesar)


c. MIN (Memunculkan nilai terkecil) d. AVERAGE (Menghitung rata-rata)




e. STDEV (Menghitung Standar Deviasi) f. IF (Menentukan logika, JIKA)


g. COUNT (Menghitung jumlah bukan h. COUNTIF (Menghitung jumlah bukan
angka) angka tertentu/dengan syarat “jika”)



i. SUMIF (menghitung jumlah yang HASILNYA (dari a-i di atas) adalah:
kriterinya disebutkan)






Picture (menyisipkan gambar). Gambar/image ini dapat diambil dari ClipArt, setelah tampilan Clip Art terbuka, klik Organize Clips , klik ganda pada Office Collections, klik katagori-nya, lalu klik image/gambarnya, klik Copy. Lalu Paste di cell baru.

hasilnya :
Picture juga dapat diambil dari file (From File..) Kotak Insert from File terbuka, pilih direktori dimana file tersimpan, pilih gambar, lalu klik Insert.


Juga dapat meng-insert Struktur Organisasi dengan memilih Insert, Organization Chart…
Misal:


Bahkan dapat pula terhubung dengan file lain (teks dokumen, gambar, video, atau musik), misalnya Insert , Hyperlink, lagu (Sakura- Rossa):
Pilih judul lagu, lalu klik OK.


Hasilnya , untuk membukanya, klik alamat hyperlink itu. Pada kotak dialog [Do you want to continue?] pilih Yes. [Do you want to open this file?], pilih Yes.


maka hailnya akan ditampilkan Winam untuk lagu tersebut.


Untuk Insert, Hyperlink, gambar, maka lakukan hal yang sama. Ketika muncul kotak dialog di bawah ini, maka klik ikon Browse for file. Di kotak dialog Link to file, pilih gambar yang dikehendaki, jangan lupa pada files of type pilih All files, klik OK. Pada tampilan Insert, Hyperlink beikutnya, pilih OK.


Maka alamat hyperlink untuk gbr itu adalah sebagai berikut:


Untuk membukanya sama seperti pada hyperlink lagu di atas. Hasilnya:



5) Format
Menu ini terdiri dari : Cells.. Pada Format, Cells terdapat tab Numbers, berupa pemformatan : nomor (dengan decimal dan/atau separator) (Gbr 1), mata uang dengan simbolnya (Gbr 2), Tanggal (Gbr 3),


Gbr 1 Gbr 2 Gbr 3 dll.
Alignment .. berupa perataan pada cell terutama hasil merge dan orientasi teks.
Misalnya posisi teks. Teks no 2, menggunakan Alignment dengan orientasi teks vertical. Teks no.3, menggunakan Alignment dengan orientasi teks normal dan teks alignment Horizontal dan Vertical menggunakan Center.

Maka menjadi :

Border berupa garis tepi data pada tabel baik outline maupun garis dalam tabel.


Atur style (model garisnya, dan atur pula warna garisnya pada color, klik pada tampilan border. Maka hasilnya akan diformat sesuai dengan yang telah diatur.




Pattern (warna isian table dalam border), dapat diisi warna solid ataupun warna pola), seperti cell 2 Jakarta, diisi dengan warna solid orange dan cell 3 Jakarta diisi dengan pattern kotak-kotak

Langkah-langkahnya:



Rows.. (pengaturan tinggi baris / Height. Misalnya baris 1 tinggi 30, baris 2-4 tinggi (default= 2.75), baris 5 tinggi 30. berikut kotak dialog dan hasilnya

, hasilnya:
Column.. (pengaturan lebar kolom/ Width. Penagturannya sama seperti pada Rows .
6) Tools. Tidak Banyak yang dilakukan pada menu ini.
7) Data, berisi antara lain : Sort.. (menyortir/menyusun secara alphabets) misalnya:

setelah di sortir dengan menjadi:



b. Toolbars
Toolbars adalah sederet ikon yang merupakan kunci pintas sebagai pengganti sub-menu yang telah diuraikan di atas.

Toolbars atas dari kiri adalah : New (lembar kerja baru), Open (buka file yang tersimpan), Save (simpan file aktif), Permission (akses), E-mail, Print (mencetak), Print preview (tampilan pra cetak), Spelling (ejaan teks), Research (pencarian data ulang), Cut (potong data), Copy(salin data), Paste (tempelkan hasil Cut / Copy), Format painter (sapu salin format), Undo (batalkan perintah), Redo (kembalikan perintah yang dibatalkan), Insert hyperlink, AutoSum (jumlahkan secara langsung), Sort (A-Z dan Z-A), Chart Wizard (Wizard table), Drawing (menggambar), Zoom.
Toolbars bawah dari kiri adalah: Format Fonts (jenis, ukuran dan gaya huruf: Tebal, miring, garis bawah), Align (perataan teks: kiri, tengah, dan kanan), Merge and center (merger dan rata tengah teks), style : Currency (mata uang), percentage (persen), Comma, decimals : Increase/Decrease, Indent: Increase/Decrease, Borders, Fill colors (warna isi cell), Font colors (warna huruf)
c. Cell Aktif
Sel yang merupakan ordinat dari kolom dan baris, tempat meng-input data ke dalam lembar kerja.Nama posisi sel aktif dapat dilihat pada Name Box yang letaknya sejajar dengansebelah kiri formula bar.
d. Formula Bar
Pada sel ini disajikan daftar fungsi perumusan jika di-klik fungsi [fx]nya.
e. Sheet tabs
Tabs lembar kerja ini secara default disajikan sebanyak tiga buah dengan nama : Sheet 1, Sheet 2, Sheet 3. Namun kita data menambah atau menghapus bila dibutuhkan. Bahkan mengganti nama, memberi warna, memindah dan menyalin tabs. Untuk keperluan ini Sheet dapat diklik kanan. Pada pop-up berisi: Copy, Move, Delete, Rename, tab color, dll.

2. Beberapa Contoh Penggunaan Pada Lembar Kerja Ms. Excel 2003
a. Daftar Hadir (Merger, perataan, border, shading, menghitung, menghitung dengan logika)

Catatan:
Judul, gunakan merge and center
No, Nama, Jlh Hadir, dan Ket, masing-masing di-merge and center. Lalu format cell, alignment, center.
Rumus Jumlah hadir (AJI) :
Fx = COUNT(D8:H8)
Rumus Jumlah Siswa :
Fx = COUNT(I8:I14)
Rumus Jumlah Laki-laki :
Fx = COUNTIF(C8:C14,"L")
Rumus Jumlah Perempuan :
Fx = COUNTIF(C8:C14,"P")

b. Daftar Nilai (Menhitung Rata-rata, menjumlah, me-link data satu sheet, logika)

Catatan:
Menghitung Rata-rata (Listening) :
Fx = AVERAGE(C13:F13)
Menghitung Jumlah :
Fx = SUM(G13:G16)
Menghitung Rata-rata B Inggris :
Fx = AVERAGE(G13:G16)
Menampilkan Keterangan
(LISTENING) :
=IF(G13=0,"",IF(G13<$D$5,"kurang",IF(G13=$D$5,"Cukup","Terlampaui")))
Nama Guru di bawah : =D6
NIP di bawah :
="NIP."&D7
Maka jika Nilai diubah, status pada keterangan pun berubah

c. Grafik Ketidakhadiran (Absensi) Siswa (Insert Chart..)
a. Grafik Absensi Siwa (Umum)
Kelas : VII A
Semester : 1
Tahun Pelajaran : 2009/2010

Catatan:
Langkah awal, buat data kolom/series seperti pada bagian kiri
Langkah kedua, sisipkan/insert chart, ikuti petunjuknya, maka hasil grafiknya seperti pada gambar kanan

b. Menghitung Prosentase Kehadiran (bagi wali kelas)
(Dipakai pada data kelas di dinding. Dalam penghitungan di sini, dihitung dalam satu bulan, karena biasanya pengarsiran di data prosentase kehadiran di dinding kelas dilakukan setiap akhir bulan. Sementara data di dinding dibuat dalam satu tahun). Jika Tabel yang dibuat benar sesuai dengan langkah-langkah dibawah ini, proses memasukkan data kurang dari 10 detik sudah selesai, hanya dengan memasukkan data pada empat kotak yang berwarna kuning saja, data lain akan berubah dengan sendirinya secara otomatis. Selamat mencoba.

Berikut langkah-langkahnya:

Gbr 1


Gbr 2


1) Ketik Bulan, Jumlah hari belajar, Jumlah siswa, jumlah tidak hadir (S,I,A), Jlh hari x jlh siswa, % Ketidakhadiran siswa, %kehadiran siswa Bln, Grafik ketidakhadiran bulan, dan grafik kehadiran bulan, seperti terlihat pada gambar di atas.
2) Isi data di kotak kuning, sesuai yang ada pada buku absen kelas.
3) Untuk menghitung "jlh hari x jlh siswa =" masukkan rumus =E6*E7.
4) Untuk menghitung "% KETIDAKHADIRAN SISWA", masukkan rumus =E8/H6*100.
5) Untuk menulis "% KEHADIRAN SISWA BLN : OKTOBER" masukkan rumus =% KEHADIRAN SISWA BLN : " &D4" dan untuk menghitung hasilnya, masukkan rumus =100-E10. Jika hasilnya tidak dalam satu decimal, dapat diatur dengan klik menu Format, Format Cell, Number. Atau klik kanan lalu klik Format Cell, Number . Pilih satu decimal.
6) Buat grafik KETIDAK HADIRAN SISWA dengan cara klik menu Insert, Chart.., pilih Column yang pertama, kilk next. Pada Data Range, drag %KETIDAKHADIRAN SISWA berikut jumlah nilainya. Pada Series in, pilih Columns, klik Next. Pada Legend, kosongkan kotak Show Legend. Pada Data Labels, pilih Value. Klik Finish. Atur dengan memperkecil objek grafik. Klik bagian objek yang akan diberi warna, klik Fill Color pada format Drawing lalu pilih warna yang disuka, misalnya hijau. Dan Char area dengan warna biru muda. Hasilnya seperti gbr pertama di atas.
7) Untuk memasukkan nama bulan di bawah GRAFIK KETIDAKHADIRAN BULAN :, masukkan rumus =D4
8) Buat grafik KEHADIRAN SISWA dengan cara sama seperti pada langkah no. 6). Hanya pada Data Range, drag % KEHADIRAN SISWA BLN : OKTOBER berikut jumlah nilainya.
9) Untuk memasukkan nama bulan di bawah GRAFIK KEHADIRAN BULAN :, masukkan rumus =D4. Hasilnya seperti gbr kedua di atas.


d. Nota Kontan (menjumlah, mem-format mata uang, logika, pengurangan)


Catatan:
1. Buat kolom dan formulir
2. Angka pada Harga Satuan ditulis tanpa koma. Untuk me-nyetelnya dapat menggunakan Format Cells.. atau meng-klik ikon (comma style), lalu jika terdapat angka decimal, dapat dihilangkan dengan meng-klik (decrease decimal)
3. Jumlah Harga Satuan Buku Tulis “Kiky”menggunakan rumus: = D6*A6
4. Jumlah harga seluruh item :
=SUM(E6:E9)
5. Jumlah Discount 5% :
=IF(E11>A13,E11*B12%,0)
6. Jumlah Total Bayar :
=E11-E12

e. Daftar Peminjaman Buku Premium

Catatan:
1. Pengisian data rumus pada kolom kelebihan biaya pe-minjaman yang memperhi-tungkan data pada cell F4, F5, dan F6 menggunakan alamat cell absolute “$”
2. Penghitungan Lama Pinjam untuk NIS 010 adalah dengan rumus =DAY(D10-C10).
3. Penghitungan Kelebihan hari untuk NIS 010 adalah dengan rumus =IF(E10=$F$4,0,IF(E10<$F$4,0,E10-$F$4))
4. Penghitungan Biaya Pemin-jaman untuk NIS 010 adalah dengan rumus =$F$4*$F$5+G10*$F$6

f. Daftar Insentif Pelaksanaan Ujian Tulis Sekolah

Catatan:
1. Penghitungan jumlah insentif Pembuatan Naskah soal untuk Adnan adalah dengan rumus : =C7*$F$14
2. Penghitungan jumlah insentif mengoreksi lembar jawaban untuk Adnan adalah dengan rumus : = E7*$F$15
3. Penghitungan jumlah insentif mengawas ruang ujian untuk Adnan adalah dengan rumus : = G7*$F$16
4. Penghitungan jumlah insentif yang diterima oleh Adnan adalah dengan rumus
= SUM(D7,F7,H7)

3. Menyimpan dan Menutup Lembar Kerja
a. Menyimpan Lembar Kerja
Setelah satu atau beberapa lembar kerja selesai dikerjakan, file tersebut dapat disimpan untuk digunakan pada waktu yang berbeda. Penyimpanan dapat dilakukan di Harddisk, dengan meng-klik Menu File, Save As… Pada penyimpanan pertama kali, sub menu Save dan Save As.. mempunyai fungsi yang sama. Fungsi ini dapat diakses dengan meng-klik ikon pada toolbars.

Pada tab Save in, klik drop-down, lalu pilih folder /tempat penyimpanannya misalnya di My Document atau di folder lain yang telah dibuat. Ketik nama file pada kotak File name, lalu tekan Save atau tekan Enter pada keyboard.
Untuk penyimpanan pada flaskdisk, pada tab Save in, klik drop-down, pilih nama flaskdisk, biasanya pada partisi F:Removable disk.

b. Membuka Lembar Kerja
File yang sudah disimpan dapat dibuka kembali. Setelah jendela Ms Excel terbuka, klik menu File, Open. Atau dapat diakses dengan meng-klik ikon pada toolbar. Pada tab Open, klik drop-down, lalu pilih directory tempat file tersebut disimpan, lalu klik Open, atau tekan Enter pada keyboard, maka file akan terbuka.

4. Mencetak (Print)
Naskah/file yang sudah dibuat dapat dicetak ke dalam lembaran kertas. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mencetak. Untuk meyakinkan apakah tampilan yang akan dicetak sesuai dengan yang diharapan, tamilan bias dilihat pra cetaknya di print preview, dengan memilih print preview pada menu File, print perview, atau pada kotak dialog print, atau meng-klik ikon pada toolbar. Jika tampilan naskah terpotong atau tidak lengkap pada print preview, kemungkinan halaman kertas cetak berbeda dengan halaman kertas naskah. Ini dapat diperbaiki dengan meng-klik Print Option, lalau atur kertas pada Paper Size. Sesuaikan dengan ukuran pada lembar kerja. Ini juga dapat diatur melalui menu File, Page Setup. Lalu pilih OK.
Jika nomor halaman ingin dicetak, maka pengaturannya melalui menu File, Page Setup, Header & Footer. Atur posisi penempatan nomor halaman, di atas (header) atau di bawah (footer). Di sebelah kiri, tengah, atau di kanan. Begitu juga jenis font dan ukurannya.

5. Penutup
Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi baru dalam mengkreasi Spreadsheet dan mengembangkan penggunaan olah data dengan Microsoft Excel 2003 atau yang lebih tinggi.

6. Referensi
1. Vincentia Dwiyani S. 1997. Menggunakan Microsoft Excel 5.0. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.
2. Microsoft Excel Help. Microsoft Excel 2003.